[Udah Perkosa aja suaminya, Mbak. Heran hari gini mana ada suami nolak ngasi jatah istri kalau gak ada apa-apa.] [Suamiku sehari bisa minta sampai 3 kali. Gak pernah kali aku yang minta.] [Lagian Mbak gatel banget, mungkin suami nya capek dan lelah.] [Tidak mungkin capek, secapeknya suami dia pasti ingat minta jatah ke istri.] [Pasti ada perempuan lain di hati suami, atau dia sudah ngamar sama simpanannya di hotel.] [Perlu dicurigai, Mbak. Tanya baik-baik. Dan periksa gawainya, siapa tahu ada perempuan lain.] [Jangan-jangan suaminya belok. Laki normal gak mungkin libur selama enam bulan setelah melahirkan.] Kubaca satu persat
PoV Vania "Vania!" Mas Prabu terkejut melihatku ada didepan matanya. Walau hati bergemuruh namun aku tetap tenang. Toko ini sangat ramai pengunjung dan aku tidak mau kenyamanan mereka terusik oleh masalahku. "Oh. Ini simpanan kamu, Mas. Wanita ini biang keladi kamu gak mau memberiku nafkah batin!" sentakku padanya. Wajah Mas Prabu merah padam berusaha mencerna ini semua. Dia menggeleng cepat dan segera menjauh dari wanita muda itu. "Tidak Vania, aku berjumpa didepan dan tidak sengaja." Wanita itu mencebik dan tidak terima ucapan Mas Prabu, suamiku. "Mas!" Protesnya ke suamiku, suamiku membesarkan matanya kearah wanita itu agar dia bisa bekerja sama dalam berbohong. "Maaf, Mbak ini siapa ya?" tanya nya menelisik penampilanku.
PoV Vania "Vania, kamu sepertinya memang perlu waktu sendiri. Malam nanti kamu ku jemput ya. Oh ya kamu kerja disini, Van?" tanya Mas Prabu berusaha bersikap bersahabat. Mbak Farah terlihat berkacak pinggang ingin dia tampar wajah adik iparnya itu dan berkata jujur bahwa aku pemilik toko ini dan bukan jongos di sini. Namun aku menggeleng kepala pada Mbak Farah agar dia tetap tenang. "Apa peduli mu, kamu bahkan menjatah belanjaku. Ternyata uangmu kau berikan pada ayam kampus!" kataku ketus kearahnya. Mas Prabu mengeraskan rahangnya merasa marah namun dia berusaha menahannya. "Van, aku tidak selingkuh. Berapa kali harus ku jelaskan. Aku akan buktikan kalau aku tidak selingkuh." Aku tersenyum sinis kearahnya, sudah terpergok masih membela diri, hanya karena takut dengan perjanjian sebelum menikah dia s
PoV Vania "Aku titip Fauzan, Mbak Farah, sudah ada Asih juga disini yang bantuin," ucapku pada Mbak Farah, dia sedang sibuk dengan kalkulator dan gamis-gamis yang baru sampai. Sementara Queen sedang nonton film kartun di youtube. Queen nama anak Mbak Farah yang berusia 5 tahun sementara Asih adalah baby sitter Fauzan. Aku mempekerjakan dia mengurus Fauzan saat aku sibuk di toko. "Eh, kamu mau kemana? Masih banyak pekerjaan nih," Kata Mbak Farah yang sangat sibuk. "Aku lagi mikirin rencana ku, Mbak. Aku juga mau menghubungi Auriga, langkah apa yang harus kuambil buat memberi pelajaran pada suamiku." "Ya sudah, pergilah. Asal kamu bisa jaga diri dan jangan macam-macam. Sayangi dirimu," ucap Mbak Farah. Apa maksud kakak ku ini. Mungkin dia takut aku bunuh diri gara-gara galau diselingkuhi suamiku. Enak sekali hidup Mas Prabu jika aku sampai melakukan itu. Aku disiksa di neraka dan dia
PoV PrabuAku selingkuh, iya memang. Tetapi aku tak bisa mengaku, setelah ketahuan oleh Vania di toko tempo hari. Pikiranku liar kemana-mana. Aliran darah semakin deras dan otakku berpikir keras. Bagaimana bila dia mengadu ke atasan di kampus kalau aku selingkuh, aku akan dipecat dan Vania menceraikan ku. Dia dengan kepala tegak akan mengusirku dari rumah mewah yang susah payah ku bangun. Aku harus mengambil cicilan juga buat bisa punya rumah yang nyaman.Awal nya biasa saja, aku memandang mahasiswaku. Namun saat istriku Vania diusia kandungan tujuh bulan, dia pendarahan. Masuk rumah sakit dan dirawat. Dokter berkata Vania harusbedrestdan tidak boleh berhubungan intim dulu. Saat itulah aku uring-uringan tidak mendapat jatah dari Vania. Dua bulan aku berpuasa darinya, ketika usia kandungan sembilan bulan aku memberanikan diri me
Aku tak sangka suamiku se culas ini. Sekali berkhianat rupanya dia akan selalu berkhianat. Gawai itu juga sudah hancur lebur karena kerasnya dia pukul. Beberapa kali dia pukul untuk memastikan gawai itu benar-benar hancur. Sepertinya aku harus cari cara lain buat membuktikan kebohongannya. Aku sudah tak tahan, baru secuil pesan yang aku baca dan baru screen shoot pertama namun naas dia sudah datang. "Spada...." Suara itu, suara siapa yang datang kerumah kami. Aku membuka pintu sedangkan Mas Prabu secara cepat masuk kamar dan memakai pakaiannya. Ketika knop pintu kubuka. Mataku terbelalak melihat wanita itu. Wanita dengan lesung pipi dan suara mendayu ketika di toko datang kesini. Kerumah kami. Dia sama sepertiku terkejut. "Marsya! selingkuhan suamiku, buat apa kamu kemari. Wa
MENOLAK NAFKAH BATIN 7Mataku membola membaca pesan dari Mas Prabu, dia berpikir aku takut dipolisikan. Pesan darinya membuktikan dia yang takut karena barang bukti sudah ada padaku."Nia, aku tahu kau sedang dalam masalah." Auriga menghentikan lamunanku. Aku tertunduk, sebelum kesini berjumpa dia berkali-kali aku mencoba membuka gawainya Marsya namun selalu gagal. Kuhela napasku, tak ada salahnya aku minta bantuan Auriga. Temanku satu ini pintar dalam segala hal dan juga unik."Riga, aku butuh bantuanmu, aku ingin kunci ponsel ini terbuka. Bisakah kau membuka kunci nya karena dia terkunci menggunakan pola tertentu, sudah kucoba dan gagal!" seruku panik, ini satu-satunya bukti Mas Prabu dan Marsya berselingkuh."Sepertinya penting, Nia?" Dia mengerutkan dahi."Iya sangat penting, hidupku dipertaruhkan disini!" seruku padanya.
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 8"Van, kamu yakin?" tanya Mbak Farah padaku. Aku mengangguk, aku datang ke kafe bersama Mbak Farah dan Bang Sinaga. Bang Sinaga suami kakak ku adalah seorang prajurit TNI, aku sengaja memintanya buat datang kesini, tak lupa ku bawa pengacaraku. Agar lebih jelas semuanya. Sementara Fauzan berada di stoller bayi, dia tertidur setelah diberi susu, kubawa juga si Asih buat ikut membantu menjaga Fauzan."Iya, Mbak. Aku udah gak tahan melihat perselingkuhan Mas Prabu dengan Marsya," kataku tersenyum getir pada Kakakku."Apapun keputusan kamu, selama kamu yakin untuk melangkah dan bahagia. Mbak akan mendukungmu, Van," ucap Kakakku mengelus lenganku."Iya, Mbak. Terima kasih," ucapku lagi. Aku menggerutu kesal pada Mas Prabu, mengesalkan dia suruh aku menunggunya seperti ini. Masih teringat perbuatannya di rumah yan
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 45.Semua nya sudah jelas sekarang. Marsya adalah dalang dari kecelakaan yang menimpa Mas Prabu. Mas Prabu sudah mendapatkan balasan dari perbuatan yang dilakukannya padaku. Begitupun Marsya yang akan menjadi tahanan dipenjara.Beberapa kali orang tua Marsya meminta keringanan agar anak mereka setidaknya janganlah dihukum dengan hukuman yang terlalu berat bahkan kalau bisa berdamai saja. Namun Bu Arum dan Mas Prabu tetap pada pendirian mereka, memenjarakan Marsya.Aku menatap luar rumahku lewat balkon kamarku. Keputusanku sudah final. Aku akan meninggalkan kota ini dan berjuang hidup disana. Aku sudah pikir kan dengan dalam agar suasana hatiku menjadi tenang.Aku dan Mbak Farah membuka cabang di kota lain, bisnis yang semula hanya iseng belaka, tak sangka menjadi sukses. Tentang S2 ku, aku akan pindah kampus.
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 44. Mas Prabu nampak tidak suka saat Auriga hadir. Aku juga heran dengan Riga, sudah kusuruh dia buat tidak menjumpai aku dulu namun dia masih saja ngeyel. "Kamu lagi ada tamu?" katanya sedikit ketus padaku. "Bapak Auriga, sudah sejauh mana hubungan anda dengan istri saya!" kata Mas Prabu dengan penekanan. "Istri, dia akan menjadi mantan istri Bapak Prabu!" kata Auriga sengit. Mereka berdua saling melihat satu dengan yang lainnya secara tajam, ada kebencian yang membuncah di hati keduanya. "Aku gak akan menceraikan Vania. Tidak akan. Aku gak sebodoh itu melepas wanita yang kucintai untuk anda." "Mencintai, sadarlah. Kamu selingkuh sama mahasiswa mu sendiri. Kecelakaan memb
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 43.**"Siapa Vania?" tanya Bu Arum dengan raut wajah ingin tahu. Dia dari tadi mendengarkan aku dan pengacaraku berbicara, dia pasti sudah tahu siapa yang menghubungi namun mengapa bertanya lagi. Atau lebih tepatnya dia ingin tahu permasalahan kecelakaan yang dialami Mas Prabu."Aku ada urusan. Aku harus selesaikan," kataku memandang Bu Arum sejurus. Ketika hendak berlalu, dia dengan sigap memegang tanganku untuk menghentikan langkahku."Ada perkembangan tentang kasus Prabu?" tanya nya menatap lekat manik mataku berharap ada titik terang dalam kasus Mas Prabu."Mungkin, namun aku belum bisa pastikan. Berdoa saja, Bu," ucapku melihat nya dengan wajah datar."Vania, Ibu sebenarnya kesal sama kamu karena kamu sudah membuat Prabu kepikiran tentang nasib rumah tangga kalian. Namu
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 42. "Vania, maukah kamu memaafkan aku," kata Mas Prabu dengan suara parau. Aku terhenyak ku tatap manik matanya. Ku hembuskan napas gusarku, aku sudah memaafkannya namun begitu sulit melupakan perselingkuhannya dengan Marsya. Andai aku bisa lupa namun sulit bagiku, namun melihat wajahnya yang menahan sakit akupun tak tega. "Aku sudah memaafkanmu, Mas. Sudah ku maafkan sebelum kamu minta maaf," kataku padanya, wajah Mas Prabu nampak senang. Dia kemudian memberanikan diri memegang tanganku. Aku tercenung saat dia menyatukan tangan kami. "Vania, artinya aku bisa kembali bersamamu lagi?" katanya dengan tatapan penuh harap. Aku berusaha melepaskan tangan itu. Dia nampak tak senang. "Memaafkan artinya belum tentu aku sanggup bersama. Aku sulit melupakan apa yang ka
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 41Beberapa pria berpakaian seragam membuat kami bertiga menoleh. Semua tampak gusar dan ku alihkan pandangan ku kearah Marsya. Wajahnya terlihat pias. Seperti ada tekanan dalam dirinya."Assalamualaikum. Permisi Bapak dan Ibu sekalian. Kami dari pihak kepolisian, akan bertanya sekilas pada korban tentang kecelakaan yang menimpa saudara Prabu," kata Polisi itu tegas."Siapa yang lapor polisi?" tanya Marsya dengan wajah tegang."Saya yang lapor. Karena penasaran dengan kasus kecelakaan yang menimpa anakku, Prabu," ucap Bu Arum dengan nada pasti. Wajah Marsya seketika pias. Aku bisa melihat ekspresi nya berubah."Kecelakaan kecil aja pake lapor polisi segala, lebay." Kudengar Marsya bergumam. Aku merasa heran dengan beberapa ekspresi yang terlihat di wajah Marsya.
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 40.PoV VaniaBu Arum memandang sengit Auriga saat dia masuk dan begitu saja mengkhawatirkan keadaanku. Dia kemudian dengan cepat menarik tangan Auriga untuk dibawa ke sudut ruangan."Bapak dosen yang terhormat. Saya tahu, anda menyimpan rasa pada Vania dan sampai saat ini Vania masih istri anak saya. Lihat anak saya terbaring lemah tak berdaya dan anak saya hilang ingatan. Dalam ingatannya dia berumah tangga dengan Vania selama enam bulan dan dia tidak ingat Marsya serta tidak ingat anda yang sangat dekat dengan Vania""Maksud Ibu apa dan bagaimana, saya tidak paham," kata Auriga mengernyitkan dahinya tatapannya teralihkan pada Mas Prabu yang melihat kearah kami dengan pandangan bingung."Bapak ini dosen atau pengangguran, mengapa tidak paham apa maksud saya," kata Bu Arum kesal
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 39."Apa yang terjadi dengan anak saya dokter?" tanya Bu Arum saat kami datang untuk bertanya langsung ke dokter. Rasa penasaran yang besar membuat kami bertanya lebih lanjut. Mengapa Mas Prabu tidak ingat kejadian yang sekarang dan malah ingat bahwa kami menikah hampir enam bulan.Aku teringat pernikahan kami saat itu masih dalam nuansa romantis, dimana kami masih pengantin baru dan menanti datang nya anak. Di bulan ke tujuh aku hamil setelah menanti beberapa bulan."Kondisi pasien masih terus dipantau namun sejauh keluhan yang kalian sampaikan kami akan cek lebih lanjut melalui CT Scan. Sepertinya dia menderita psikogenik," jawab Dokter itu."Maksud Dokter bagaimana?" tanya Bu Arum dengan bingung wanita itu sesekali menghapus air matanya."Amnesia karena gangguan psikologis yang di
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 38.PoV VaniaEntah mengapa aku merasa curiga pada Marsya. Dia seakan menyembunyikan sesuatu dari aku. Bahasa tubuhnya tak bisa dibohongi kalau dia menyimpan sesuatu. Namun aku tak terlalu dalam untuk mengusik itu karena kondisi ku masih kurang baik ditambah kehamilan yang membuatku semakin susah ini."Mbak Vania, kondisi Mas Prabu menunjukkan aktivitas." Sebuah pesan membuyarkan lamunanku. Hari ini aku sedang repot di toko, ku paksakan bekerja walau aku sedang pusing. Aku harus mandiri dalam mencari uang karena aku juga akan menjadi single parents."Maksudmu?" Ku kirim pesan lagi pada Sila."Dia sedang berjuang buat sadar. Mas Prabu sangat membutuhkan Mbak, Vania. Datanglah bila sempat kesini, Sila mohon." Dia mengirimi ku lagi pesan. Lagi-lagi aku hanya bisa menghembuskan napas
SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 37.PoV Vania."Vania, kamu mikirin apa?" Auriga bertanya saat aku sedang melamun. Entah mengapa aku merasa sedikit pusing namun aku sudah mengambil tanggung jawab sebagai mahasiswa serta juga dosen yang mengajar sehingga aku tak bisa tidur-tiduran. Padahal kondisi badan sedang tidak enak sama sekali. Ditambah rasa mual yang mendera dan aku juga pusing."Tidak ada, Riga. Hanya entah mengapa aku merasa tidak nyaman," ucapku padanya, dia mengernyit. Seakan memikirkan sesuatu."Nia, Hmmm. Bagaimana tentang perceraian mu di pengadilan agama. Apakah sudah ada titik terang?" Dia bertanya, aku tahu maksud Auriga, dia ingin aku segera lepas dari belenggu Mas Prabu. Aku pun sama namun aku harus sabar untuk menghadapi proses itu karena Mas Prabu sengaja mengulur-ulur waktu."Aku ta