Beranda / Romansa / MENOLAK NAFKAH BATIN / Bab 3. Menyusun Rencana

Share

Bab 3. Menyusun Rencana

Penulis: AirinNash
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-11 01:33:00
PoV Vania

 

"Vania, kamu sepertinya memang perlu waktu sendiri. Malam nanti kamu ku jemput ya. Oh ya kamu kerja disini, Van?" tanya Mas Prabu berusaha bersikap bersahabat. Mbak Farah terlihat berkacak pinggang ingin dia tampar wajah adik iparnya itu dan berkata jujur bahwa aku pemilik toko ini dan bukan jongos di sini. Namun aku menggeleng kepala pada Mbak Farah agar dia tetap tenang. 

 

"Apa peduli mu, kamu bahkan menjatah belanjaku. Ternyata uangmu kau berikan pada ayam kampus!" kataku ketus kearahnya. Mas Prabu mengeraskan rahangnya merasa marah namun dia berusaha menahannya. 

 

"Van, aku tidak selingkuh. Berapa kali harus ku jelaskan. Aku akan buktikan kalau aku tidak selingkuh." 

 

Aku tersenyum sinis kearahnya, sudah terpergok masih membela diri, hanya karena takut dengan perjanjian sebelum menikah dia seperti ini dan terus menyangkal. 

 

"Aku juga akan kumpulkan bukti kalau kamu selingkuh dengan Marsya itu. Feeling istri itu kuat, Mas. Kamu itu susah dan berhutang ke Bank, punya istri satu masih susah, sok selingkuh dan nambah lagi. Pikir, Mas!" 

 

"Eh, Prabu, kamu sudah nyakitin adikku. Hanya aku saudaranya. Aku tak ridho kamu melakukan itu. Aku mendukungmu Vania buat berpisah darinya," ucap Mbak Farah melotot pada Mas Prabu. 

 

"Ini buktinya." Mas Prabu mengeluarkan gawainya dan diberikan padaku. Aku melihat aneh dirinya.

 

"Kenapa kau berikan ponselmu padaku?" 

 

"Kamu selalu mau tahu privasi ku sebagai Dosen. Tidak ada apa-apa di ponselku. Silahkan periksa, Vania," ucap Mas Prabu memberi gawai itu ke tangan ku. Dia paksa aku mengambilnya. Aku menerima dan tersenyum kecut. Dia berpikir aku bodoh. 

 

"Aku tidak sebodoh itu, kemarin ku minta tak kau beri. Sekarang kau beri setelah kepergok bersama Marsya. Pasti sudah kamu hapus." 

 

"Van, maafkan aku jika salah padamu. Sebaiknya kita selesaikan ini di rumah. Aku akan kasih apa yang kamu mau, Van," kata Mas Prabu padaku. Rautnya sudah tidak garang lagi dan memohon. 

 

"Apa maksud perkataanmu?" tanya ku pura-pura bodoh. Dia menjadi gusar. 

 

"Aku akan penuhi keinginanmu." Diliriknya Mbak Farah disana yang terus mengamati. Beberapa pengunjung juga sudah lebih tenang. Mas Prabu menjadi ragu menyampaikan. 

 

"Aku sudah tak mau apapun darimu setelah kamu berkhianat padaku, Mas." 

 

"Aku akan memberimu nafkah batin seperti selama ini yang kamu inginkan." lirihnya dengan suara pelan. Aku mencibir kearahnya, melihatnya pun aku sudah muak. Aku tak bisa bayangkan dirinya dan wanita itu bercumbu. Selama enam bulan lebih aku tak diberi hak batin olehnya dan dia terus berkelit lelah. Pasti dia sudah memadu kasih dengan Marsya. Sekarang setelah kepergok dia mau memberiku nafkah batin itu. Mas Prabu tidak hanya egois namun juga penghianat. 

 

"Aku menolak itu, bayanganmu mencumbu wanita itu menghantuiku, sebaiknya kau pergi dari hadapanku, Mas. Aku muak padamu. Mbak Farah tolong suruh dia pulang!"  ujarku masuk dan membawa anakku. Mas Prabu tampak tidak terima, dengan berat hati dia harus pulang karena Mbak Farah mengusirnya. 

 

🍁🍁

 

Apa rencana mu sekarang, Vania?" Mbak Farah bertanya agar aku tak memikirkan masalahku sendiri. Putraku sedang telungkup dan terlihat aktif. Aku hanya diam dan menggelengkan kepalaku merasa putus asa. Ku pandangi Fauzan seksama. Kasihan anakku bila aku berpisah namun bayangan suamiku tidur dengan wanita lain sulit ku buang. Dia pasti sudah sekamar dengan Marsya kalau tidak mana mungkin dia menolakku. 

 

"Kamu masih mau bersama dia setelah kamu dikhianati?" tanya Mbak Farah mengintimidasi. Aku hanya mendesah pelan.

 

"Aku bahkan jijik melihatnya Mbak. Tetapi dia ngeles sekali. Dia tiap hari sibuk, Mbak. Okelah dia Dosen harus membimbing, meneliti dan bikin laporan. Tetapi dia hari minggu pun pergi dengan berbagai alasan. Ada seminar lah, pertemuan lah, main golf sama teman lah. Buat rumah modal ngutang aja belagu. Mau berbicara dari hati ke hati pun sulit Mbak."

 

"Kalau kamu gak sanggup tinggalkan dan ambil rumah itu, tanah itu warisan Bapak dan jangan biarkan si Prabu yang mendapatkannya. Bisa-bisa dikasih sama bini mudanya." Mbak Farah mencebik kesal seakan ingin menendang Mas Prabu. 

 

"Aku tak akan biarkan, Mbak. Dia menyepelekan ku seperti ini." Kuhela napas beratku. "Kasihan Fauzan masih bayi namun orangtuanya sudah punya masalah besar." 

 

"Lebih nyesek kalau anakmu hidup dalam lingkaran keluarga tak harmonis!" Mbak Farah sepertinya menggiringku buat berpisah dari Mas Prabu. 

 

"Jadi aku harus cerai, Mbak?" 

 

"Kamu pikirkan baik-baik. Kalau sudah tidak sanggup ngapain menyiksa diri." 

 

"Aku harus ada bukti perselingkuhannya Mbak, biar rumah itu jadi milikku." 

 

"Cari dulu bukti kalau dia memang selingkuh." 

 

Aku mengerutkan dahiku. Aku adalah mahasiswa dengan IPK 3,56 dan predikat kelulusan dengan pujian. Hampir lima tahun aku tamat dari kuliah dan sekarang menyandang gelar Sarjana Pendidikan. Jurusanku matematika sedangkan Mas Prabu jurusan teknik mesin. Untuk mendapatkan bukti aku harus jadi dosen sepertinya. Mengikutinya dan membuat dia sadar kalau aku berharga. 

 

Setelah lulus kuliah aku selama dua tahun lebih mengajar di SMA favorit di kota sebelum berjumpa Mas Prabu yang sedang mengantar mahasiswanya buat PPL. Saat itu aku guru pembimbing PPL mahasiswanya dari situlah kami mulai dekat. Hingga akhirnya menikah. Aku memang mengajukan syarat sebelum menikah dan karena Bapak memberi warisan sekalian aku dan Mas Prabu membuat hitam diatas putih agar diantara kami tidak ada yang berselingkuh. Agaknya dua tahun dia suruh aku di rumah dan dia yang bekerja membuatnya lupa perjanjian yang kami buat bersama. 

 

'Kamu sangat curang, Mas. Selama hamil aku kamu suruh di rumah saja buat melayani mu dan mengurus anak. Namun kamu sendiri punya affair di belakangku, kusadari wanita bernama Marsya lebih menarik dan muda dariku. Lesung pipi nya dan kulitnya yang bersih dan glowing membuatmu tergila-gila. Kamu lupa pernah bilang kalau aku cantik karena pintar dan seru. Cantik itu relatif dan akan ku buktikan aku lebih cantik dari selingkuhan mu bahkan aku lebih berharga darinya. Kamu hanya Dosen sementara aku bisa menjadi Dosen dan pengusaha. Aku satu tingkat di atasmu' 

"Vania, apa rencana mu. Kok kamu malah bengong." Mbak Farah menyadarkan ku dari lamunanku. 

 

"Untuk mencari bukti dan membuat Mas Prabu menyesal aku harus jadi Dosen, Mbak Farah." 

 

"Maksud kamu?" Mbak Farah menjadi gusar. Dia yang dari tadi sedang melihat-lihat gamis terbaru dan bercermin dengan gamis gamis itu menghentikan aktivitasnya sesaat karena penasaran akan rencana ku.

 

"Maksud aku, aku akan jadi dosen dan bekerja kembali seperti dulu namun tidak menjadi guru melainkan dosen seperti Mas Prabu." 

 

"Tetapi kamu cuma tamat sarjana dan bukan S2. Jadi dosen minimal kamu harus selesaikan pendidikan S2." 

 

"Aku akan kuliah lagi." 

 

"Kelamaan kali, kuliah tidak bisa sebentar S2 paling tidak selama 2 tahun." 

 

Aku tersenyum pada Mbak Farah, dia pasti terbelalak mendengar rencana ku. 

 

"Aku kuliah saja S2, aku akan bilang kalau aku dalam masa pendidikan." 

 

"Tidak semudah itu, Vania." 

 

"Mudah, Mbak. Asal ada uang dan relasi. Aku hanya butuh bantuan Auriga." 

 

Mbak Farah memasang wajah yang masih bingung. 

 

"Auriga teman kamu yang unik itu?" tanya nya sambil mengerutkan dahi. Aku mengangguk.

 

 

Bersambung.

 

 

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ria Kusuma
klu gak selingkuh masa mahasiswa sama dosennya kok panggil "mas"..catat itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 4. Hatiku Tersilet

    PoV Vania "Aku titip Fauzan, Mbak Farah, sudah ada Asih juga disini yang bantuin," ucapku pada Mbak Farah, dia sedang sibuk dengan kalkulator dan gamis-gamis yang baru sampai. Sementara Queen sedang nonton film kartun di youtube. Queen nama anak Mbak Farah yang berusia 5 tahun sementara Asih adalah baby sitter Fauzan. Aku mempekerjakan dia mengurus Fauzan saat aku sibuk di toko. "Eh, kamu mau kemana? Masih banyak pekerjaan nih," Kata Mbak Farah yang sangat sibuk. "Aku lagi mikirin rencana ku, Mbak. Aku juga mau menghubungi Auriga, langkah apa yang harus kuambil buat memberi pelajaran pada suamiku." "Ya sudah, pergilah. Asal kamu bisa jaga diri dan jangan macam-macam. Sayangi dirimu," ucap Mbak Farah. Apa maksud kakak ku ini. Mungkin dia takut aku bunuh diri gara-gara galau diselingkuhi suamiku. Enak sekali hidup Mas Prabu jika aku sampai melakukan itu. Aku disiksa di neraka dan dia

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 5. POV Prabu

    PoV PrabuAku selingkuh, iya memang. Tetapi aku tak bisa mengaku, setelah ketahuan oleh Vania di toko tempo hari. Pikiranku liar kemana-mana. Aliran darah semakin deras dan otakku berpikir keras. Bagaimana bila dia mengadu ke atasan di kampus kalau aku selingkuh, aku akan dipecat dan Vania menceraikan ku. Dia dengan kepala tegak akan mengusirku dari rumah mewah yang susah payah ku bangun. Aku harus mengambil cicilan juga buat bisa punya rumah yang nyaman.Awal nya biasa saja, aku memandang mahasiswaku. Namun saat istriku Vania diusia kandungan tujuh bulan, dia pendarahan. Masuk rumah sakit dan dirawat. Dokter berkata Vania harusbedrestdan tidak boleh berhubungan intim dulu. Saat itulah aku uring-uringan tidak mendapat jatah dari Vania. Dua bulan aku berpuasa darinya, ketika usia kandungan sembilan bulan aku memberanikan diri me

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-11
  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 6. Masih Tak Mengaku

    Aku tak sangka suamiku se culas ini. Sekali berkhianat rupanya dia akan selalu berkhianat. Gawai itu juga sudah hancur lebur karena kerasnya dia pukul. Beberapa kali dia pukul untuk memastikan gawai itu benar-benar hancur. Sepertinya aku harus cari cara lain buat membuktikan kebohongannya. Aku sudah tak tahan, baru secuil pesan yang aku baca dan baru screen shoot pertama namun naas dia sudah datang. "Spada...." Suara itu, suara siapa yang datang kerumah kami. Aku membuka pintu sedangkan Mas Prabu secara cepat masuk kamar dan memakai pakaiannya. Ketika knop pintu kubuka. Mataku terbelalak melihat wanita itu. Wanita dengan lesung pipi dan suara mendayu ketika di toko datang kesini. Kerumah kami. Dia sama sepertiku terkejut. "Marsya! selingkuhan suamiku, buat apa kamu kemari. Wa

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 7. Rahasia Di Balik Gawai

    MENOLAK NAFKAH BATIN 7Mataku membola membaca pesan dari Mas Prabu, dia berpikir aku takut dipolisikan. Pesan darinya membuktikan dia yang takut karena barang bukti sudah ada padaku."Nia, aku tahu kau sedang dalam masalah." Auriga menghentikan lamunanku. Aku tertunduk, sebelum kesini berjumpa dia berkali-kali aku mencoba membuka gawainya Marsya namun selalu gagal. Kuhela napasku, tak ada salahnya aku minta bantuan Auriga. Temanku satu ini pintar dalam segala hal dan juga unik."Riga, aku butuh bantuanmu, aku ingin kunci ponsel ini terbuka. Bisakah kau membuka kunci nya karena dia terkunci menggunakan pola tertentu, sudah kucoba dan gagal!" seruku panik, ini satu-satunya bukti Mas Prabu dan Marsya berselingkuh."Sepertinya penting, Nia?" Dia mengerutkan dahi."Iya sangat penting, hidupku dipertaruhkan disini!" seruku padanya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-15
  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 8. Ambil Pria Ini

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 8"Van, kamu yakin?" tanya Mbak Farah padaku. Aku mengangguk, aku datang ke kafe bersama Mbak Farah dan Bang Sinaga. Bang Sinaga suami kakak ku adalah seorang prajurit TNI, aku sengaja memintanya buat datang kesini, tak lupa ku bawa pengacaraku. Agar lebih jelas semuanya. Sementara Fauzan berada di stoller bayi, dia tertidur setelah diberi susu, kubawa juga si Asih buat ikut membantu menjaga Fauzan."Iya, Mbak. Aku udah gak tahan melihat perselingkuhan Mas Prabu dengan Marsya," kataku tersenyum getir pada Kakakku."Apapun keputusan kamu, selama kamu yakin untuk melangkah dan bahagia. Mbak akan mendukungmu, Van," ucap Kakakku mengelus lenganku."Iya, Mbak. Terima kasih," ucapku lagi. Aku menggerutu kesal pada Mas Prabu, mengesalkan dia suruh aku menunggunya seperti ini. Masih teringat perbuatannya di rumah yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 9. Pengusiran Dramatis

    Aku terduduk di balkon toko, disinilah aku sekarang, besok rencananya aku akan pulang ke rumah dan mengusir Mas Prabu dari sana. "Vania," Kakak ku memanggil. "Iya, Mbak." "Nih, anak kamu udah tidur. Mbak letak di ayunan ya," ucap Mbak Farah, aku mengangguk. "Vania, kamu sudah siap?" "Maksud Mbak?" "Kamu sudah nabuh gendrang perang dengan Prabu. Mbak yakin pria tukang selingkuh kayak dia itu gak punya akhlak walaupun pendidikannya tinggi. Kamu harus hati-hati." "Iya, Mbak. Aku mau pastikan dulu dia dan Marsya mencabut gugatan pidana pencurian itu. Sesuai perjanjian bila dia cabut maka aku tak akan melaporkannya ke kampus, padaha

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-16
  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 10. Kuliah Lagi

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 10"Biarkan dia menunggu, Mbak. Aku sibuk mau wawancara," kata ku tegas saat diberitahu Mbak Farah siapa yang berada di toko. Dari mana dia tahu aku kerja di toko, semoga hanya kerja dan dia tak tahu kalau aku pemilik toko itu. Aku dan Mbak Farah sama-sama mulai dari nol, modal kami sama ketika membangun toko online itu hingga berkembang besar. Keuntungan pun tidak ada masalah. Hingga kami membuka toko nyata disamping online."Ih, kalau dia buat keributan gimana. Udah kamu kesini sebentar aja," tolak Mbak Farah,"Mbak kan tangguh, usir kek atau apa. Laporkan sama security biar dia kabur," kataku melengkungkan bibirku."Aih, dasar Vania, ya udah lah.""Makasih Mbak. Wawancara ini penting dan aku harus datang. Udah ya Mbak," ucapku pada Mbak Farah.

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17
  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 11. Kamu Tidak Becus

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 11Aku mengerutkan dahiku melihat Bu Arum pingsan. Ibu Mas Prabu itu terkejut mungkin melihat berbagai bukti anaknya yang berselingkuh dan lebih parah lagi dia tak terima rumah menjadi milikku."Mbak, kok malah bengong. Tolongin Ibu!" kata Sila adik iparku, aku menyuruh Mbok Jum membawakan air dan minyak angin. Pembantu paruh baya ku itu dengan cekatan membantu Bu Arum."Kalau ibu kenapa-napa gimana, Mbak. Mbak bisa dituntut karena ibu seperti ini!" kata Sila tak terima, aku mendengkus kearahnya. Bisa bisanya dia menyalahkan aku dalam situasi seperti ini."Kok kamu malah nyalahin aku. Ibu kamu gak percaya dan aku kasih bukti terus dia pingsan sendiri. Ya nggak ada sangkut paut sama sekali sama aku," kataku ketus kearahnya."Kenapa bisa Mas Prabu selingkuh. Mbak juga yang sal

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-17

Bab terbaru

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 45. Bertemu (End Session 1)

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 45.Semua nya sudah jelas sekarang. Marsya adalah dalang dari kecelakaan yang menimpa Mas Prabu. Mas Prabu sudah mendapatkan balasan dari perbuatan yang dilakukannya padaku. Begitupun Marsya yang akan menjadi tahanan dipenjara.Beberapa kali orang tua Marsya meminta keringanan agar anak mereka setidaknya janganlah dihukum dengan hukuman yang terlalu berat bahkan kalau bisa berdamai saja. Namun Bu Arum dan Mas Prabu tetap pada pendirian mereka, memenjarakan Marsya.Aku menatap luar rumahku lewat balkon kamarku. Keputusanku sudah final. Aku akan meninggalkan kota ini dan berjuang hidup disana. Aku sudah pikir kan dengan dalam agar suasana hatiku menjadi tenang.Aku dan Mbak Farah membuka cabang di kota lain, bisnis yang semula hanya iseng belaka, tak sangka menjadi sukses. Tentang S2 ku, aku akan pindah kampus.

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 44. Pilihan

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 44. Mas Prabu nampak tidak suka saat Auriga hadir. Aku juga heran dengan Riga, sudah kusuruh dia buat tidak menjumpai aku dulu namun dia masih saja ngeyel. "Kamu lagi ada tamu?" katanya sedikit ketus padaku. "Bapak Auriga, sudah sejauh mana hubungan anda dengan istri saya!" kata Mas Prabu dengan penekanan. "Istri, dia akan menjadi mantan istri Bapak Prabu!" kata Auriga sengit. Mereka berdua saling melihat satu dengan yang lainnya secara tajam, ada kebencian yang membuncah di hati keduanya. "Aku gak akan menceraikan Vania. Tidak akan. Aku gak sebodoh itu melepas wanita yang kucintai untuk anda." "Mencintai, sadarlah. Kamu selingkuh sama mahasiswa mu sendiri. Kecelakaan memb

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 43. Titik Terang

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 43.**"Siapa Vania?" tanya Bu Arum dengan raut wajah ingin tahu. Dia dari tadi mendengarkan aku dan pengacaraku berbicara, dia pasti sudah tahu siapa yang menghubungi namun mengapa bertanya lagi. Atau lebih tepatnya dia ingin tahu permasalahan kecelakaan yang dialami Mas Prabu."Aku ada urusan. Aku harus selesaikan," kataku memandang Bu Arum sejurus. Ketika hendak berlalu, dia dengan sigap memegang tanganku untuk menghentikan langkahku."Ada perkembangan tentang kasus Prabu?" tanya nya menatap lekat manik mataku berharap ada titik terang dalam kasus Mas Prabu."Mungkin, namun aku belum bisa pastikan. Berdoa saja, Bu," ucapku melihat nya dengan wajah datar."Vania, Ibu sebenarnya kesal sama kamu karena kamu sudah membuat Prabu kepikiran tentang nasib rumah tangga kalian. Namu

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 42. Aku Akan Berubah

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 42. "Vania, maukah kamu memaafkan aku," kata Mas Prabu dengan suara parau. Aku terhenyak ku tatap manik matanya. Ku hembuskan napas gusarku, aku sudah memaafkannya namun begitu sulit melupakan perselingkuhannya dengan Marsya. Andai aku bisa lupa namun sulit bagiku, namun melihat wajahnya yang menahan sakit akupun tak tega. "Aku sudah memaafkanmu, Mas. Sudah ku maafkan sebelum kamu minta maaf," kataku padanya, wajah Mas Prabu nampak senang. Dia kemudian memberanikan diri memegang tanganku. Aku tercenung saat dia menyatukan tangan kami. "Vania, artinya aku bisa kembali bersamamu lagi?" katanya dengan tatapan penuh harap. Aku berusaha melepaskan tangan itu. Dia nampak tak senang. "Memaafkan artinya belum tentu aku sanggup bersama. Aku sulit melupakan apa yang ka

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 41. Serba Dilema

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 41Beberapa pria berpakaian seragam membuat kami bertiga menoleh. Semua tampak gusar dan ku alihkan pandangan ku kearah Marsya. Wajahnya terlihat pias. Seperti ada tekanan dalam dirinya."Assalamualaikum. Permisi Bapak dan Ibu sekalian. Kami dari pihak kepolisian, akan bertanya sekilas pada korban tentang kecelakaan yang menimpa saudara Prabu," kata Polisi itu tegas."Siapa yang lapor polisi?" tanya Marsya dengan wajah tegang."Saya yang lapor. Karena penasaran dengan kasus kecelakaan yang menimpa anakku, Prabu," ucap Bu Arum dengan nada pasti. Wajah Marsya seketika pias. Aku bisa melihat ekspresi nya berubah."Kecelakaan kecil aja pake lapor polisi segala, lebay." Kudengar Marsya bergumam. Aku merasa heran dengan beberapa ekspresi yang terlihat di wajah Marsya.

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 40. Pengganggu Si Sakit

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 40.PoV VaniaBu Arum memandang sengit Auriga saat dia masuk dan begitu saja mengkhawatirkan keadaanku. Dia kemudian dengan cepat menarik tangan Auriga untuk dibawa ke sudut ruangan."Bapak dosen yang terhormat. Saya tahu, anda menyimpan rasa pada Vania dan sampai saat ini Vania masih istri anak saya. Lihat anak saya terbaring lemah tak berdaya dan anak saya hilang ingatan. Dalam ingatannya dia berumah tangga dengan Vania selama enam bulan dan dia tidak ingat Marsya serta tidak ingat anda yang sangat dekat dengan Vania""Maksud Ibu apa dan bagaimana, saya tidak paham," kata Auriga mengernyitkan dahinya tatapannya teralihkan pada Mas Prabu yang melihat kearah kami dengan pandangan bingung."Bapak ini dosen atau pengangguran, mengapa tidak paham apa maksud saya," kata Bu Arum kesal

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 39. Dia Harus Ingat

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 39."Apa yang terjadi dengan anak saya dokter?" tanya Bu Arum saat kami datang untuk bertanya langsung ke dokter. Rasa penasaran yang besar membuat kami bertanya lebih lanjut. Mengapa Mas Prabu tidak ingat kejadian yang sekarang dan malah ingat bahwa kami menikah hampir enam bulan.Aku teringat pernikahan kami saat itu masih dalam nuansa romantis, dimana kami masih pengantin baru dan menanti datang nya anak. Di bulan ke tujuh aku hamil setelah menanti beberapa bulan."Kondisi pasien masih terus dipantau namun sejauh keluhan yang kalian sampaikan kami akan cek lebih lanjut melalui CT Scan. Sepertinya dia menderita psikogenik," jawab Dokter itu."Maksud Dokter bagaimana?" tanya Bu Arum dengan bingung wanita itu sesekali menghapus air matanya."Amnesia karena gangguan psikologis yang di

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 38. Berusaha Untukmu

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 38.PoV VaniaEntah mengapa aku merasa curiga pada Marsya. Dia seakan menyembunyikan sesuatu dari aku. Bahasa tubuhnya tak bisa dibohongi kalau dia menyimpan sesuatu. Namun aku tak terlalu dalam untuk mengusik itu karena kondisi ku masih kurang baik ditambah kehamilan yang membuatku semakin susah ini."Mbak Vania, kondisi Mas Prabu menunjukkan aktivitas." Sebuah pesan membuyarkan lamunanku. Hari ini aku sedang repot di toko, ku paksakan bekerja walau aku sedang pusing. Aku harus mandiri dalam mencari uang karena aku juga akan menjadi single parents."Maksudmu?" Ku kirim pesan lagi pada Sila."Dia sedang berjuang buat sadar. Mas Prabu sangat membutuhkan Mbak, Vania. Datanglah bila sempat kesini, Sila mohon." Dia mengirimi ku lagi pesan. Lagi-lagi aku hanya bisa menghembuskan napas

  • MENOLAK NAFKAH BATIN   Bab 37. Butuh Pertolongan

    SUAMI MENOLAK MEMBERIKU NAFKAH BATIN BAG 37.PoV Vania."Vania, kamu mikirin apa?" Auriga bertanya saat aku sedang melamun. Entah mengapa aku merasa sedikit pusing namun aku sudah mengambil tanggung jawab sebagai mahasiswa serta juga dosen yang mengajar sehingga aku tak bisa tidur-tiduran. Padahal kondisi badan sedang tidak enak sama sekali. Ditambah rasa mual yang mendera dan aku juga pusing."Tidak ada, Riga. Hanya entah mengapa aku merasa tidak nyaman," ucapku padanya, dia mengernyit. Seakan memikirkan sesuatu."Nia, Hmmm. Bagaimana tentang perceraian mu di pengadilan agama. Apakah sudah ada titik terang?" Dia bertanya, aku tahu maksud Auriga, dia ingin aku segera lepas dari belenggu Mas Prabu. Aku pun sama namun aku harus sabar untuk menghadapi proses itu karena Mas Prabu sengaja mengulur-ulur waktu."Aku ta

DMCA.com Protection Status