"Kamu itu bodoh atau polos, untung saja tidak jatuh pada pria yang jahat, meski aku sendiri tidak baik, tapi setidaknya tidak menjadikan kau budak nafsu." Bernard berkata dalam hatinya dan sekilas melirik ke arah Bella saat ingin mengikuti masuk ke kamar."Kenapa Tuan Ben melirik saya seperti itu?" tanya Bella risi sekaligus penasaran.Tentu saja gadis itu sangat penasaran karena tidak biasanya pria itu bersikap manis dan tidak jutek lagi padanya.Saat melihat seperti itu tuannya terlihat sangat manis dan tampan, tidak seperti kemarin dengan wajah galak dan dingin juga jahil."Lalu kenapa hati kamu juga berisik menilai saya?" tanya balik Bernard saat melihat wajah lucu dan imut Bella."Hah! dia tahu aja aku mengoceh dalam hati," batin Bella."Saya tidak ngapa-ngapain, Tuan," ujar Bella seraya wajahnya bersemu merah."Awas saja!""Saya berangkat kerja dulu, dan kamu istirahat saja, jangan membuka pintu untuk siapa pun kecuali saya sendiri.""Baik, Tuan.""Dan itu tolong mulai sekarang
Tangan gadis itu pun dengan perlahan memijat kulit kepala Ben, dengan sangat hati-hati. Tidak ada dalam mimpinya memijat pria yang membelinya, pria tampan dan jika tersenyum, ada madu tumpah ruah di sana, meski jarang sekali tertawa tapi sudah beberapa hari pria itu bisa tersenyum dengan tulus."Tuan apa Anda baik-baik saja?" tanya Bella saat suhu tubuh pria itu semakin demam dan menggigil. "Kepalaku sangat sakit dan perut terasa penuh," balas Pria itu pelan."Kalau begitu kita ke rumah sakit," ajak Bella."Tidak, biarkan aku istirahat nanti juga sembuh," tolak Ben dan matanya tetap terpejam."Kalau tidak sembuh bagaimana?""Kamu jadi janda sebelum waktunya," jawab Ben asal. Karena tidak mau membuat gadis itu khawatir.Sebelumnya hampir dua jam dia berendam dia air dalam keadaan perut kosong, lalu semalam ga tidur dan inilah hasilnya seluruh tubuhnya sakit dan demam."Tuan, kalau tidak ke dokter sakit Anda tambah parah," ajak Bella lagi dan tak menggubris ucapan Ben yang melantur.
"Wajah Tuan mirip pria pedopilia, yang sedang mencari mangsa abegeh polos dan mudah di rayu dengan uang yang tak seberapa," sahut Bella yang sedang menatap Ben dengan menahan tawa."Saya menolak makan bubur, karena...."Belum juga selesai Bella meneruskan perkataannya, tapi Ben sudah memotong ucapan itu dengan dibarengi tatapan menghunjam tembus sampai ke jantung."Harus makan bubur, kalau tidak mau, saya pun sama dan curiga jika di dalam bubur itu kamu kasih racun!""Satu lagi saya bukan pedopilia, tapi gadis yang saya sentuh datang sendiri dan malah minta tambah, lagi dan lagi sampai saya encok dibuatnya.""Tuan, parah kalau bicara, bukan Tuan yang encok tapi tubuh saya yang remuk!"Ben sendiri hanya tersenyum saat menatap Bella dengan bibir komat-kamit ala dukun yang sedang mengobati pasiennya, ya dia tidak menggubris ucapan gadis itu bahkan tidak tahu apa yang ucapkan.Bella sendiri segera menyiapkan satu mangkuk bubur ayam lengkap dengan suwiran ayam, bawang goreng, kerupuk dan k
Pagi sekali pria itu sudah dijemput asistennya yang bernama Bobby, meninggalkan wanitanya yang masih terlelap dibuai mimpi indah di pagi hari.Pria itu hanya menulis pesan di kertas dan menempelkannya di meja, bahwa dirinya berangkat sangat pagi sekali.Susana di kantor saat Bernard sampai masih sangat sepi, karena waktu masih menunjukkan waktu pukul enam pagi. Sementara semua staf rata-rata datang jam tujuh pagi.Meskipun Ben masih demam, ia tetap harus berangkat ke kantor karena memang sangat sibuk sekali.Selain ada rapat penting dengan klien juga peluncuran bisnis lainnya yaitu produk pakaian renang anak-anak.Bernard berada di ruangannya bersama Bobby asisten kepercayaan yang sedang sibuk mengurus launching produk baru dari pabriknya. "Tuan, Nona Kristin semakin nekat saja, dan saya sangat ngeri kena imbas dari wanita itu."Curhat Bobby pada Ben yang sedang fokus menatap berkas dengan wajah sangat datar.Bobby membuka suara, memecah keheningan diantara keduanya. Sontak Ben meli
Bernard segera menghubungi Bella, saat berkas yang sudah dia persiapkan semalam tertinggal di atas meja kecil dekat tempat tidur.Ini kali pertamanya menjadi manusia pelupa, dan itu sungguh sangat menjengkelkan baginya.Bagaimana Seorang Bernard Antonio yang selalu ingin sempurna kini melakukan kesalahan, yang menurut sebagian orang sangat sepele akan tetapi tidak bagi dirinya.Baru kali ini pria itu melakukan kesalahan. Namun, seolah sudah berkali-kali melakukannya.Akhirnya pria itu dengan terpaksa meminta Bella untuk mengantarkan berkas yang ia butuh kan Bernard sadar, teriknya panas matahari siang sangat menusuk kulit, terlebih jika wanita itu datang dengan menaiki ojek bukan taxi.Setelah meminta Customer Service untuk menunggu dan mengantarkan gadis yang bernama Bella, pria itu pun segera fokus dengan angka di layar laptop di hadapannya.Sepuluh menit kemudian, Bernard sudah tak sabar menunggu Bella dan sesekali menghubungi gadis itu yang sedang berada di jalan menuju ke kan
Saya tidak butuh, Tuan, lagi pula apa pedulinya!" tolak Bella dan langsung melepaskan diri dari rengkuhan tangan Bernard.Ben tertawa terbahak saat mendengar gadis itu bicara, ia tahu wanitanya sedang cemburu.Sementara Bella sendiri langsung bergegas masuk kamar dan langsung mengunci kamar dari dalam."Uuh, wanita kalau sedang cemburu sangat menggemaskan, awas saja malam ini ga akan aku biarkan tidur pulas." Ben tersenyum penuh ancaman dan seperti biasa hidupnya akan penuh gairah semenjak tinggal dengan Bella.Di dalam kamar, gadis itu menggerutu, marah-marah sendiri karena sangat kesal pada pria buaya yang bernama Tuan Bernard Antonio."Mandi lebih baik, otakku biar segar dan bisa berpikir cemerlang."Gegas wanita itu masuk kamar mandi dan mulai melakukan ritual mandinya dengan sempurna selama satu jam lebih. Bernard sudah tak sabar menunggu lebih lama lagi, cukup dua jam kurang dan ia harus masuk segera ke kamar di mana Bella berada. Bernard berusaha membuka pintu kamar yang di
"Jagung bakar, cepat!" teriak Ben, yang sudah tak sabaran menunggu Bella keluar kamar. Padahal pria itu duduk di ruang tamu belum genap tiga menit."Sebentar kadal raksasa!" sahut Bella dari dalam kamar, gadis itu lama dalam memilih pakaian yang ke semuanya seksi dan mempunyai belahan dada yang sangat rendah, sehingga leher jenjangnya akan terekspos bebas, apa lagi di kulit leher dan dadanya banyak bekas gigitan drakula yang haus darah."Lama sekali, ngapain saja sih!" ucap pria itu ketus, saat melihat pintu yang ditempati Bella bergerak dan muncullah seorang gadis dengan pakaian yang tampak seksi dengan kaos dan rok mini.Sesaat Bernard melotot tajam ke arah Bella yang mengurungkan langkahnya yang hendak keluar kamar."Ganti!" seru Ben dan langsung berdiri dari duduknya dan segera bergegas berjalan ke arah Bella yang berdiri mematung di ambang pintu kamar.Ganti atau kamu tidak akan pernah keluar kamar seumur hidup!" perintahnya, lalu mendorong tubuh Bella dengan kedua tangannya supa
Rujak Belimbing wuluh"Bella minta maaf, Pah, bukan tidak mau berbakti, tapi Adella adalah anak yatim piatu dan ada kekurangan, jika meninggalkannya, aku adalah manusia jahat yang tidak bisa melindungi sesama manusia." Akhirnya terdengar suara Bella yang serak menahan sesak di dada, setelah beberapa saat ruangan itu hening akibat semuanya terdiam dan terhanyut dalam pikiran masing-masing."Jangan meminta aku memilih, karena sayangku pada orang tua dan anak itu berbeda, tapi keduanya tidak bisa dipisahkan begitu saja, tolong, berikan aku ruang dan suatu saat Papa akan tersenyum atas pengorbanan aku ini," ujar Bella, seraya menyusut matanya yang terus saja gerimis."Terserah! papa tidak akan peduli lagi!" balas Wisnu seraya berteriak melepaskan kemarahannya pada sang putri.Keras kepalanya seorang ayah yang kecewa dan terluka, tapi ia juga lupa bahwa putrinya itu telah dewasa dan mampu memilih jalannya sendiri.Sebuah keputusan memang akan selalu membawa rasa kecewa pada salah satu
Semua proses akad nikah berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apapun sehingga keduanya sangat berbahagia bahkan dua keluarga tanpa bisa menghentikan air mata mereka turut bersuka cita pada akhirnya keduanya bersatu dalam cinta."Anda sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Semoga lekas bahagia sampai akhir hayat," ucap pendeta.Bernard mendekatkan wajahnya dengan menunduk ke arah Bella, semua pasang mata menatap pada kedua pasangan suami istri yang baru saja disahkan itu.Bernard mendaratkan ciuman di bibir manis Bella, wanita itu pun membuka bibirnya dan menerima kecupan dari sang suami sungguh seperti mimpi. Bernard mencium Bella semakin dalam sehingga Ia lupa Jika masih ada orang-orang yang menatapnya."Maaf. Tolong pasangkan cincin ini dari jari Anda tegur pendeta sambil membawa cincin pernikahan kedua mempelai tersebut. Sontak saja Bernard melepas tautan bibir mereka sehingga tamu undangan yang hanya kerabat terdekat itu pun saling tertawa melihat tingkah Bernard yang
"Benar, ini adalah Adela gadis kecil yang Papa tolak keberadaannya," jawab sang istri dengan pelan mesti dengan senyum tapi suara itu sangat jelas di telinga ayahnya Bella."Tetap saja jika melihat anak kecil itu, aku sangat sakit hati saat Bella ditinggalkan begitu saja oleh suaminya dan dengan teganya menaruh bayi yang tidak berdosa, bahkan tanpa malu mereka pergi meninggalkan bayi itu yang ternyata tidak bisa melihat.""Belajar ikhlas, karena Putri kita sudah bahagia bersama pria yang tepat, dia suami yang baik bahkan saat kondisi Adella kritis Tuan Bernard lah yang menolongnya."Mereka terus berjalan saling berjejer menuju halaman yang luasnya mirip seperti lapangan bola, sangat jauh dengan rumah yang berada di Cianjur meski mereka terbilang orang kaya tetap saja di mata menantunya mereka adalah orang yang tidak mampu.Berjalan perlahan Setapak demi Setapak melangkah meski ragu tetap saja keluarga Bella me mantapkan diri untuk masuk ke rumah calon menantu mereka."Selamat d
Satu bulan sudah Sherin menyiapkan pernikahan Bella dan Ben, dan semuanya sudah sembilan puluh sembilan persen selesai.Ya, sebelum dia pulang ke negara Paman Sam, dia harus memastikan jika putra sulungnya sudah menikah dengan gadis yang dicintainya.Sehingga Ia bisa pulang dengan tenang dan kali ini hidupnya menjadi lebih ringan juga sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan menjadi nenek juga putranya akan menjadi ayah yang baik buat anak kembarnya nanti."Nanti malam Ayah dan keluargamu yang dari Cianjur akan datang, bersikap baiklah karena itu orang tua, itu yang utama untuk perjalanan hidup rumah tangga kalian berdua."Baik Ma, Bela akan ingat itu, tapi bagaimana dengan Adella?”"Adella adalah cucu Mama, dia tidak akan ke mana-mana apalagi diungsikan karena hanya ada satu orang yang tidak menyukainya dan itu tidak akan berpengaruh.""Terima kasih Ma. Bella sangat berharap ada keajaiban di sana, ayah saya akan lebih menerima Adella dengan tulus.""Baiklah sebentar lagi Be
"Mama! kakak sangat mesum, cepat nikahkan mereka!" teriak Rachel sembari berlari menuju kamarnya, sementara Bernard hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya. Meski perempuan itu telah bersuami tetap saja tingkahnya seperti anak remaja yang baru lulus sekolah SMP.Tentu saja Bela malu ia memberanikan diri untuk mencium Bernard ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan dengan langsung."Nanti kalau Rachel bilang ke mama, bagaimana? Sungguh saya tidak mau jika dianggap terlalu agresif, Tuan.""Bella sudah aku peringatkan ke sekian kalinya Jangan panggil aku dengan sebutan "Tuan" sungguh terdengar tidak nyaman sama sekali, aku mohon," kata Bernard dengan suara manjanya."Jika setelah menikah apa kamu juga akan memanggil aku dengan sebutan itu?" tanya Bernard yang berkacak pinggang di depan Bella."Tentu saja," jawab Bela sambil terkekeh geli."Panggil aku dengan sebutan sayang," ucap Bernard.Pria itu berbisik. Suaranya sangat pelan, sepelan mungkin sehingga perlak
Noda Hitam bab 56Sepasang kekasih perempuan memakai gaun berwarna putih tulang sedangkan lelaki memakai jas berwarna hitam.Keduanya berdiri di altar dan disaksikan oleh Pendeta dan juga tamu undangan, terlihat semua anak manusia tersebut saling senyum. Mencolek satu sama lain sehingga membuat para tamu undangan terkekeh melihat sepasang kekasih tersebut.Keduanya saling tatap dan pandang satu sama lain Seraya memegang tangan.Terlihat mempelai pria memejamkan mata sambil berkata "Saya mengambil engkau. Bella untuk memiliki dan memelihara mulai hari ini dan seterusnya, pada waktu baik atau buruk, pada waktu susah maupun duka, pada waktu Jaya maupun miskin, pada waktu sehat ataupun sakit, untuk mengasihi engkau dan menghargai engkau sampai kematian yang memisahkan kita berdua. Ini sumpah dan janji saya sesungguhnya."Setelah berucap setulus hati mempelai pria tersebut membuka matanya kini giliran mempelai perempuan memejamkan mata dan berucap "Saya, Bella mengambil engkau Bernard
Kini Bella dan Bernard sedang menuju ruang makan keduanya ditunggu oleh Sherin untuk makan siang, wanita sepuh itu sangat rindu makanan Indonesia.Wanita paruh baya yang berwajah Bule itu menggandeng Bernard dan Bella menuju ke ruang makan, terlihat makanan ciri khas Indonesia ada nasi dan urap juga ayam bakar tambah sambal terasi dan sayur asam ada juga ikan asin ciri khas lalaban petai yang baunya sangat mengenakan tapi nikmat di lidah."Wow! banyak sekali makanan ini apa Mama yang masak?" tanya Bella."Tentu tidak. Bibi yang masak ini semua."Mereka pun duduk di kursi makan masing-masing. Sherin duduk di kursi ujung sedangkan Rachel duduk di depan Bernard sementara Bella Masih Berdiri, perempuan itu bingung duduk di sebelah mana."Ya ampun duduk, Kak! di sebelah Kak Bernard dan Kenapa juga Kakak enggak segera duduk. Apakah ambeien?" goda Rachel sambil menahan tawa."Duduk sini." Bernard meraih tangan Bella sehingga wanita cantik itu duduk pas di dekatnya."Bella, ayo makan temani
Noda Hitam Bab 54Hadiah Setelah berada di dalam kamar Bernard, Bela terbelalak, karena di sudut tempat dia biasa duduk termenung terdapat satu tumpuk hadiah Entah dari siapa."Itu hadiah dari mama saat pulang dari luar negeri dan dari Bali memang sengaja untuk kejutan," ungkap Bernard saat melihat Bella kaget dan wajahnya sangat menggemaskan."Sebanyak itu?" tanya Bella, sangat penasaran."Itu hanya separuhnya yang lain ada di dalam kamar tamu. Nanti Mama ke sini sama Rachel untuk menjelaskan Apa saja kegunaan barang itu," terang Bernard.Pria itu memperlakukan Bella semakin manis dan lembut."Tuan, bisakah kau turunkan aku?" Bella meminta untuk diturunkan dari gendongan Bernard, selain ia mual mencium bau tubuh pria itu dia juga takut jatuh."Baiklah," jawab Ben, tanpa penolakan, karena ia tahu calon ibu dari anaknya itu butuh istirahat. Pria itu dengan hati-hati menurunkan Bella di atas tempat tidur menata bantal lalu menyusunnya memastikan calon istrinya itu senyaman mu
Akhirnya Bernard dan Bella pulang ke rumah mereka, tentunya rumah Bernard yang dulu diperuntukkan untuk Kristin, tentu saja kini untuk Bella calon ibu dari anak-anaknya.Sherin dan Rachel memakai mobil yang lain keduanya mengikuti mobil Bernard yang melaju di depan mereka lebih dulu dengan kecepatan sedang. Tepatnya merayap mirip siput yang sedang balap lari.Senyum wanita yang sudah termakan usia itu selalu mengembang, karena dia bahagia sebentar lagi akan menjadi nenek seutuhnya. Begitu juga dengan Rachel, meski dirinya belum dikarunia anak tapi mendengar dan melihat kakaknya akan menjadi seorang ayah dia sangat senang sekali.Anak kandung atau ponakan ataupun anak angkat baginya itu tidak masalah, begitu pun dengan suaminya yang tidak terlalu menekan dirinya untuk mempunyai anak.James-suaminya sangat baik dan terbuka dalam hal apa pun juga, termasuk memperoleh anak.Karena anak itu karunia dari Tuhan, jadi saat belum diberi, mereka sangat menikmati setiap hari bulan madu."Bern
"Kenapa harus ke dokter SpOG, Bukankah dokter yang lain juga ada?" tanya Bernard kepada Bima karena mereka khawatir pada kondisi Bella yang terlihat sangat lemah."Nona Bella harus diperiksa di USG dan lain-lain karena memastikan saja untuk kondisi kesehatannya nanti." jawab sang dokter dengan menahan sabar.Ia tahu sepupunya itu sangat ribet, dia menyukai Bella saat gadis itu belum dekat dengan Bernard, sekarang kenyataan pahit itu datang, dia berpikir yang lain, dan hatinya memang sangat sakit. Kala cintanya bertepuk sebelah tangan.Seketika Bernard terdiam hanya menatap Gadis itu yang tergolek lemah di atas ranjang pasien yang sangat sempit dan hanya dihalangi dengan pasien lain sehelai tirai yang berwarna biru.Bernard pun memberikan jalan untuk para perawat membawa Bella menuju ke ruangan dokter SpOG untuk segera diperiksa.Ben, berjalan bersisian dengan para perawat, wajah pria itu semakin menampakkan raut wajah yang dingin dan tegang. Tak berapa lama Sherin dan Rachel