Rujak Belimbing wuluh"Bella minta maaf, Pah, bukan tidak mau berbakti, tapi Adella adalah anak yatim piatu dan ada kekurangan, jika meninggalkannya, aku adalah manusia jahat yang tidak bisa melindungi sesama manusia." Akhirnya terdengar suara Bella yang serak menahan sesak di dada, setelah beberapa saat ruangan itu hening akibat semuanya terdiam dan terhanyut dalam pikiran masing-masing."Jangan meminta aku memilih, karena sayangku pada orang tua dan anak itu berbeda, tapi keduanya tidak bisa dipisahkan begitu saja, tolong, berikan aku ruang dan suatu saat Papa akan tersenyum atas pengorbanan aku ini," ujar Bella, seraya menyusut matanya yang terus saja gerimis."Terserah! papa tidak akan peduli lagi!" balas Wisnu seraya berteriak melepaskan kemarahannya pada sang putri.Keras kepalanya seorang ayah yang kecewa dan terluka, tapi ia juga lupa bahwa putrinya itu telah dewasa dan mampu memilih jalannya sendiri.Sebuah keputusan memang akan selalu membawa rasa kecewa pada salah satu
Usai penolakan oleh Bernard yang tidak mau mencarikan belimbing wulu gadis itu merajuk dan satu jam perjalanan hanya ia gunakan dengan diam.Tidak seperti biasanya, perjalanan di siang hari sangat macet, ribuan kendaraan bergerak seperti siput yang sangat lamban.Bella sendiri diam dan berusaha melupakan keinginannya untuk menikmati rujak buah itu yang sudah terasa di ujung lidahnya.Semakin berusaha melupakan dan membayangkan masakan lain yang mudah dan aman buat lambungnya, semakin rujak belimbing wulu itu menari-nari di matanya, dan itu membuatnya sedih sekaligus sakit hati."Oh, Tuhan, ada apa denganku, kenapa aku ini cengeng dan lemah, kenapa juga aku harus minta sama dia? harusnya bisa mencari sendiri karena pria itu bukan siapa-siapa," batin Bella bergejolak dan semakin bertekad ingin mencari buah itu.Sesekali Bernard melirik gadis di sampingnya yang tengah diam merajuk, entah apa yang ada dalam otaknya, semakin Bella bertingkah aneh membuat dia gemas dan semakin tak bisa mele
Bella terus saja berjalan masuk ke taman belakang dan segera mencari pohon belimbing yang ia inginkan, lidahnya sudah tidak tahan ingin segera menikmati rasa asam dari buah itu.Di sudut taman tak jauh dengan pohon ceremai nampak lah pohon yang gadis itu cari, tidak pendek juga tidak tinggi, dan pohon belimbing sedang berbuah lebat yang menempel pada dahannya."Nona Bella, sedang apa di sini?" tanya Bi Tini, yang kaget karena melihat Bella yang sedang tersenyum memandangi pohon belimbing dengan mata berbinar, seolah sedang bahagia karena mendapatkan hadiah. Kelakuan gadis itu sangat menggemaskan dan membuat wanita paruh baya itu ikut tersenyum senang."Bi, saya mau makan buahnya, langsung petik di pohon rasanya pasti enak," ucap Bella tanpa dosa, dengan menampakkan wajah berseri."Mau pakai sambal rujak tidak, Nona?" tanya Bi Tini, paham dan wanita paruh baya itu hanya menerka-nerka dalam hatinya jika majikannya sebentar lagi punya bayi."Boleh, tapi hanya garam dan cabai saja," balas
"Jika ingin bertemu Adella, gadis kecil itu ada di kamar tamu bersama Rachel dan Titin." Terang Sherin yang tangannya menunjuk ke arah salah satu kamar yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.Sherin tersenyum hangat pada gadis yang terlihat menjadi pendiam dan pucat itu."Bella boleh makan rujak belimbing lagi tapi tidak sekarang, harus di jeda, sebab saya tahu kamu punya magh kronis," lanjut Sherin lagi karena tidak enak hati, tapi kesehatan itu lebih utama."Saya sudah tidak mau rujak lagi, Ma," balas Bella dengan malu, karena atas keinginannya ingin makan buah asam itu semua orang menjadi terlibat dan repot."Syukurlah kalau begitu, saya tenang." Imbuh Sherin yang menatap lekat ke arah sang gadis.Bella sendiri meski dirinya sangat ingin bertanya kenapa Sherin pulang cepat, tapi semua pertanyaan itu hanya sampai di ujung lidah saja tidak sampai bersuara.Enggan dan segan, dan pada akhirnya diam dan segera pamit pada Sherin dan Bernard untuk bertemu putrinya Adella."Mama suka gad
Di rumah, Bernard khawatir karena gadisnya tidak ada, dan memutuskan untuk mencari ke kontrakan lama, dan segera menghubungi Rini, karena wanita itu satu-satunya yang dekat dengan Bella selama tinggal di Jakarta.Selama ini Rini juga selalu membantunya untuk membantu menaklukkan hati orang tua Bella di kampung.Pria itu segera mengeluarkan motor matick tak lupa juga membawa dua helm, dia yakin Bella pasti ke sana meski tidak tahu alasan perginya yang diam-diam tanpa memberitahu salah satu penghuni rumah. Setelah melihat Adella yang sedang bermain dengan adiknya, lalu pamit pada Sherin yang tampak shock karena gadis itu menghilang.Tentu saja wanita paruh baya itu menyalahkan putranya yang mungkin menyakiti hati Bella, sehingga gadis itu pergi secara diam-diam."Cari sampai ketemu, jika belum dapat, kamu jangan pulang!" ujar Sherin pada putranya sebelum pria itu pergi dengan motor maticknya yang jarang digunakan, dan hanya sebagai penghias di garasinya yang luas.Bernard tidak membala
"Hidung kamu bermasalah dan kita harus ke dokter!" ajak Ben saat Bella meminta dirinya menjauh dan gadis itu menutup hidungnya dan mual-mual."Aku tidak mau ke rumah sakit, Tuanlah yang harus mandi dan memakai sabun yang banyak. Bersihkan tubuh Tuan biar tidak bau!" "Tapi kan wajah kamu pucat, sayang. Pokoknya kita harus ke rumah sakit sekarang juga, titik tidak boleh membantah!"Keinginan Bernard tidak bisa dibantahkan oleh Bella sementara dirinya juga merasa mual dan pusing.Pria itu bersiap-siap meski gadis itu tetap diam di tempat dan mengurut pelipisnya yang terasa pusing.Bernard merasa ada yang aneh di tubuh Bella karena bukankah dia telah mandi, pakaian pun bersih dan memakai minyak wangi yang termahal, tapi kenapa gadis itu merasakan bau padahal itu sama sekali tidak dia rasakan."Aku tunggu sepuluh menit kamu harus sudah bersiap. Apapun yang terjadi aku tidak mau kamu membantah, kamu pun sangat lemah aku melihatnya itu.""Tuan Aku hanya ingin beristirahat saja, aku
"Kenapa harus ke dokter SpOG, Bukankah dokter yang lain juga ada?" tanya Bernard kepada Bima karena mereka khawatir pada kondisi Bella yang terlihat sangat lemah."Nona Bella harus diperiksa di USG dan lain-lain karena memastikan saja untuk kondisi kesehatannya nanti." jawab sang dokter dengan menahan sabar.Ia tahu sepupunya itu sangat ribet, dia menyukai Bella saat gadis itu belum dekat dengan Bernard, sekarang kenyataan pahit itu datang, dia berpikir yang lain, dan hatinya memang sangat sakit. Kala cintanya bertepuk sebelah tangan.Seketika Bernard terdiam hanya menatap Gadis itu yang tergolek lemah di atas ranjang pasien yang sangat sempit dan hanya dihalangi dengan pasien lain sehelai tirai yang berwarna biru.Bernard pun memberikan jalan untuk para perawat membawa Bella menuju ke ruangan dokter SpOG untuk segera diperiksa.Ben, berjalan bersisian dengan para perawat, wajah pria itu semakin menampakkan raut wajah yang dingin dan tegang. Tak berapa lama Sherin dan Rachel
Akhirnya Bernard dan Bella pulang ke rumah mereka, tentunya rumah Bernard yang dulu diperuntukkan untuk Kristin, tentu saja kini untuk Bella calon ibu dari anak-anaknya.Sherin dan Rachel memakai mobil yang lain keduanya mengikuti mobil Bernard yang melaju di depan mereka lebih dulu dengan kecepatan sedang. Tepatnya merayap mirip siput yang sedang balap lari.Senyum wanita yang sudah termakan usia itu selalu mengembang, karena dia bahagia sebentar lagi akan menjadi nenek seutuhnya. Begitu juga dengan Rachel, meski dirinya belum dikarunia anak tapi mendengar dan melihat kakaknya akan menjadi seorang ayah dia sangat senang sekali.Anak kandung atau ponakan ataupun anak angkat baginya itu tidak masalah, begitu pun dengan suaminya yang tidak terlalu menekan dirinya untuk mempunyai anak.James-suaminya sangat baik dan terbuka dalam hal apa pun juga, termasuk memperoleh anak.Karena anak itu karunia dari Tuhan, jadi saat belum diberi, mereka sangat menikmati setiap hari bulan madu."Bern
Semua proses akad nikah berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan apapun sehingga keduanya sangat berbahagia bahkan dua keluarga tanpa bisa menghentikan air mata mereka turut bersuka cita pada akhirnya keduanya bersatu dalam cinta."Anda sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Semoga lekas bahagia sampai akhir hayat," ucap pendeta.Bernard mendekatkan wajahnya dengan menunduk ke arah Bella, semua pasang mata menatap pada kedua pasangan suami istri yang baru saja disahkan itu.Bernard mendaratkan ciuman di bibir manis Bella, wanita itu pun membuka bibirnya dan menerima kecupan dari sang suami sungguh seperti mimpi. Bernard mencium Bella semakin dalam sehingga Ia lupa Jika masih ada orang-orang yang menatapnya."Maaf. Tolong pasangkan cincin ini dari jari Anda tegur pendeta sambil membawa cincin pernikahan kedua mempelai tersebut. Sontak saja Bernard melepas tautan bibir mereka sehingga tamu undangan yang hanya kerabat terdekat itu pun saling tertawa melihat tingkah Bernard yang
"Benar, ini adalah Adela gadis kecil yang Papa tolak keberadaannya," jawab sang istri dengan pelan mesti dengan senyum tapi suara itu sangat jelas di telinga ayahnya Bella."Tetap saja jika melihat anak kecil itu, aku sangat sakit hati saat Bella ditinggalkan begitu saja oleh suaminya dan dengan teganya menaruh bayi yang tidak berdosa, bahkan tanpa malu mereka pergi meninggalkan bayi itu yang ternyata tidak bisa melihat.""Belajar ikhlas, karena Putri kita sudah bahagia bersama pria yang tepat, dia suami yang baik bahkan saat kondisi Adella kritis Tuan Bernard lah yang menolongnya."Mereka terus berjalan saling berjejer menuju halaman yang luasnya mirip seperti lapangan bola, sangat jauh dengan rumah yang berada di Cianjur meski mereka terbilang orang kaya tetap saja di mata menantunya mereka adalah orang yang tidak mampu.Berjalan perlahan Setapak demi Setapak melangkah meski ragu tetap saja keluarga Bella me mantapkan diri untuk masuk ke rumah calon menantu mereka."Selamat d
Satu bulan sudah Sherin menyiapkan pernikahan Bella dan Ben, dan semuanya sudah sembilan puluh sembilan persen selesai.Ya, sebelum dia pulang ke negara Paman Sam, dia harus memastikan jika putra sulungnya sudah menikah dengan gadis yang dicintainya.Sehingga Ia bisa pulang dengan tenang dan kali ini hidupnya menjadi lebih ringan juga sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan menjadi nenek juga putranya akan menjadi ayah yang baik buat anak kembarnya nanti."Nanti malam Ayah dan keluargamu yang dari Cianjur akan datang, bersikap baiklah karena itu orang tua, itu yang utama untuk perjalanan hidup rumah tangga kalian berdua."Baik Ma, Bela akan ingat itu, tapi bagaimana dengan Adella?”"Adella adalah cucu Mama, dia tidak akan ke mana-mana apalagi diungsikan karena hanya ada satu orang yang tidak menyukainya dan itu tidak akan berpengaruh.""Terima kasih Ma. Bella sangat berharap ada keajaiban di sana, ayah saya akan lebih menerima Adella dengan tulus.""Baiklah sebentar lagi Be
"Mama! kakak sangat mesum, cepat nikahkan mereka!" teriak Rachel sembari berlari menuju kamarnya, sementara Bernard hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya. Meski perempuan itu telah bersuami tetap saja tingkahnya seperti anak remaja yang baru lulus sekolah SMP.Tentu saja Bela malu ia memberanikan diri untuk mencium Bernard ternyata ada sepasang mata yang memperhatikan dengan langsung."Nanti kalau Rachel bilang ke mama, bagaimana? Sungguh saya tidak mau jika dianggap terlalu agresif, Tuan.""Bella sudah aku peringatkan ke sekian kalinya Jangan panggil aku dengan sebutan "Tuan" sungguh terdengar tidak nyaman sama sekali, aku mohon," kata Bernard dengan suara manjanya."Jika setelah menikah apa kamu juga akan memanggil aku dengan sebutan itu?" tanya Bernard yang berkacak pinggang di depan Bella."Tentu saja," jawab Bela sambil terkekeh geli."Panggil aku dengan sebutan sayang," ucap Bernard.Pria itu berbisik. Suaranya sangat pelan, sepelan mungkin sehingga perlak
Noda Hitam bab 56Sepasang kekasih perempuan memakai gaun berwarna putih tulang sedangkan lelaki memakai jas berwarna hitam.Keduanya berdiri di altar dan disaksikan oleh Pendeta dan juga tamu undangan, terlihat semua anak manusia tersebut saling senyum. Mencolek satu sama lain sehingga membuat para tamu undangan terkekeh melihat sepasang kekasih tersebut.Keduanya saling tatap dan pandang satu sama lain Seraya memegang tangan.Terlihat mempelai pria memejamkan mata sambil berkata "Saya mengambil engkau. Bella untuk memiliki dan memelihara mulai hari ini dan seterusnya, pada waktu baik atau buruk, pada waktu susah maupun duka, pada waktu Jaya maupun miskin, pada waktu sehat ataupun sakit, untuk mengasihi engkau dan menghargai engkau sampai kematian yang memisahkan kita berdua. Ini sumpah dan janji saya sesungguhnya."Setelah berucap setulus hati mempelai pria tersebut membuka matanya kini giliran mempelai perempuan memejamkan mata dan berucap "Saya, Bella mengambil engkau Bernard
Kini Bella dan Bernard sedang menuju ruang makan keduanya ditunggu oleh Sherin untuk makan siang, wanita sepuh itu sangat rindu makanan Indonesia.Wanita paruh baya yang berwajah Bule itu menggandeng Bernard dan Bella menuju ke ruang makan, terlihat makanan ciri khas Indonesia ada nasi dan urap juga ayam bakar tambah sambal terasi dan sayur asam ada juga ikan asin ciri khas lalaban petai yang baunya sangat mengenakan tapi nikmat di lidah."Wow! banyak sekali makanan ini apa Mama yang masak?" tanya Bella."Tentu tidak. Bibi yang masak ini semua."Mereka pun duduk di kursi makan masing-masing. Sherin duduk di kursi ujung sedangkan Rachel duduk di depan Bernard sementara Bella Masih Berdiri, perempuan itu bingung duduk di sebelah mana."Ya ampun duduk, Kak! di sebelah Kak Bernard dan Kenapa juga Kakak enggak segera duduk. Apakah ambeien?" goda Rachel sambil menahan tawa."Duduk sini." Bernard meraih tangan Bella sehingga wanita cantik itu duduk pas di dekatnya."Bella, ayo makan temani
Noda Hitam Bab 54Hadiah Setelah berada di dalam kamar Bernard, Bela terbelalak, karena di sudut tempat dia biasa duduk termenung terdapat satu tumpuk hadiah Entah dari siapa."Itu hadiah dari mama saat pulang dari luar negeri dan dari Bali memang sengaja untuk kejutan," ungkap Bernard saat melihat Bella kaget dan wajahnya sangat menggemaskan."Sebanyak itu?" tanya Bella, sangat penasaran."Itu hanya separuhnya yang lain ada di dalam kamar tamu. Nanti Mama ke sini sama Rachel untuk menjelaskan Apa saja kegunaan barang itu," terang Bernard.Pria itu memperlakukan Bella semakin manis dan lembut."Tuan, bisakah kau turunkan aku?" Bella meminta untuk diturunkan dari gendongan Bernard, selain ia mual mencium bau tubuh pria itu dia juga takut jatuh."Baiklah," jawab Ben, tanpa penolakan, karena ia tahu calon ibu dari anaknya itu butuh istirahat. Pria itu dengan hati-hati menurunkan Bella di atas tempat tidur menata bantal lalu menyusunnya memastikan calon istrinya itu senyaman mu
Akhirnya Bernard dan Bella pulang ke rumah mereka, tentunya rumah Bernard yang dulu diperuntukkan untuk Kristin, tentu saja kini untuk Bella calon ibu dari anak-anaknya.Sherin dan Rachel memakai mobil yang lain keduanya mengikuti mobil Bernard yang melaju di depan mereka lebih dulu dengan kecepatan sedang. Tepatnya merayap mirip siput yang sedang balap lari.Senyum wanita yang sudah termakan usia itu selalu mengembang, karena dia bahagia sebentar lagi akan menjadi nenek seutuhnya. Begitu juga dengan Rachel, meski dirinya belum dikarunia anak tapi mendengar dan melihat kakaknya akan menjadi seorang ayah dia sangat senang sekali.Anak kandung atau ponakan ataupun anak angkat baginya itu tidak masalah, begitu pun dengan suaminya yang tidak terlalu menekan dirinya untuk mempunyai anak.James-suaminya sangat baik dan terbuka dalam hal apa pun juga, termasuk memperoleh anak.Karena anak itu karunia dari Tuhan, jadi saat belum diberi, mereka sangat menikmati setiap hari bulan madu."Bern
"Kenapa harus ke dokter SpOG, Bukankah dokter yang lain juga ada?" tanya Bernard kepada Bima karena mereka khawatir pada kondisi Bella yang terlihat sangat lemah."Nona Bella harus diperiksa di USG dan lain-lain karena memastikan saja untuk kondisi kesehatannya nanti." jawab sang dokter dengan menahan sabar.Ia tahu sepupunya itu sangat ribet, dia menyukai Bella saat gadis itu belum dekat dengan Bernard, sekarang kenyataan pahit itu datang, dia berpikir yang lain, dan hatinya memang sangat sakit. Kala cintanya bertepuk sebelah tangan.Seketika Bernard terdiam hanya menatap Gadis itu yang tergolek lemah di atas ranjang pasien yang sangat sempit dan hanya dihalangi dengan pasien lain sehelai tirai yang berwarna biru.Bernard pun memberikan jalan untuk para perawat membawa Bella menuju ke ruangan dokter SpOG untuk segera diperiksa.Ben, berjalan bersisian dengan para perawat, wajah pria itu semakin menampakkan raut wajah yang dingin dan tegang. Tak berapa lama Sherin dan Rachel