Saya tidak butuh, Tuan, lagi pula apa pedulinya!" tolak Bella dan langsung melepaskan diri dari rengkuhan tangan Bernard.Ben tertawa terbahak saat mendengar gadis itu bicara, ia tahu wanitanya sedang cemburu.Sementara Bella sendiri langsung bergegas masuk kamar dan langsung mengunci kamar dari dalam."Uuh, wanita kalau sedang cemburu sangat menggemaskan, awas saja malam ini ga akan aku biarkan tidur pulas." Ben tersenyum penuh ancaman dan seperti biasa hidupnya akan penuh gairah semenjak tinggal dengan Bella.Di dalam kamar, gadis itu menggerutu, marah-marah sendiri karena sangat kesal pada pria buaya yang bernama Tuan Bernard Antonio."Mandi lebih baik, otakku biar segar dan bisa berpikir cemerlang."Gegas wanita itu masuk kamar mandi dan mulai melakukan ritual mandinya dengan sempurna selama satu jam lebih. Bernard sudah tak sabar menunggu lebih lama lagi, cukup dua jam kurang dan ia harus masuk segera ke kamar di mana Bella berada. Bernard berusaha membuka pintu kamar yang di
"Jagung bakar, cepat!" teriak Ben, yang sudah tak sabaran menunggu Bella keluar kamar. Padahal pria itu duduk di ruang tamu belum genap tiga menit."Sebentar kadal raksasa!" sahut Bella dari dalam kamar, gadis itu lama dalam memilih pakaian yang ke semuanya seksi dan mempunyai belahan dada yang sangat rendah, sehingga leher jenjangnya akan terekspos bebas, apa lagi di kulit leher dan dadanya banyak bekas gigitan drakula yang haus darah."Lama sekali, ngapain saja sih!" ucap pria itu ketus, saat melihat pintu yang ditempati Bella bergerak dan muncullah seorang gadis dengan pakaian yang tampak seksi dengan kaos dan rok mini.Sesaat Bernard melotot tajam ke arah Bella yang mengurungkan langkahnya yang hendak keluar kamar."Ganti!" seru Ben dan langsung berdiri dari duduknya dan segera bergegas berjalan ke arah Bella yang berdiri mematung di ambang pintu kamar.Ganti atau kamu tidak akan pernah keluar kamar seumur hidup!" perintahnya, lalu mendorong tubuh Bella dengan kedua tangannya supa
Rujak Belimbing wuluh"Bella minta maaf, Pah, bukan tidak mau berbakti, tapi Adella adalah anak yatim piatu dan ada kekurangan, jika meninggalkannya, aku adalah manusia jahat yang tidak bisa melindungi sesama manusia." Akhirnya terdengar suara Bella yang serak menahan sesak di dada, setelah beberapa saat ruangan itu hening akibat semuanya terdiam dan terhanyut dalam pikiran masing-masing."Jangan meminta aku memilih, karena sayangku pada orang tua dan anak itu berbeda, tapi keduanya tidak bisa dipisahkan begitu saja, tolong, berikan aku ruang dan suatu saat Papa akan tersenyum atas pengorbanan aku ini," ujar Bella, seraya menyusut matanya yang terus saja gerimis."Terserah! papa tidak akan peduli lagi!" balas Wisnu seraya berteriak melepaskan kemarahannya pada sang putri.Keras kepalanya seorang ayah yang kecewa dan terluka, tapi ia juga lupa bahwa putrinya itu telah dewasa dan mampu memilih jalannya sendiri.Sebuah keputusan memang akan selalu membawa rasa kecewa pada salah satu
Usai penolakan oleh Bernard yang tidak mau mencarikan belimbing wulu gadis itu merajuk dan satu jam perjalanan hanya ia gunakan dengan diam.Tidak seperti biasanya, perjalanan di siang hari sangat macet, ribuan kendaraan bergerak seperti siput yang sangat lamban.Bella sendiri diam dan berusaha melupakan keinginannya untuk menikmati rujak buah itu yang sudah terasa di ujung lidahnya.Semakin berusaha melupakan dan membayangkan masakan lain yang mudah dan aman buat lambungnya, semakin rujak belimbing wulu itu menari-nari di matanya, dan itu membuatnya sedih sekaligus sakit hati."Oh, Tuhan, ada apa denganku, kenapa aku ini cengeng dan lemah, kenapa juga aku harus minta sama dia? harusnya bisa mencari sendiri karena pria itu bukan siapa-siapa," batin Bella bergejolak dan semakin bertekad ingin mencari buah itu.Sesekali Bernard melirik gadis di sampingnya yang tengah diam merajuk, entah apa yang ada dalam otaknya, semakin Bella bertingkah aneh membuat dia gemas dan semakin tak bisa mele
Bella terus saja berjalan masuk ke taman belakang dan segera mencari pohon belimbing yang ia inginkan, lidahnya sudah tidak tahan ingin segera menikmati rasa asam dari buah itu.Di sudut taman tak jauh dengan pohon ceremai nampak lah pohon yang gadis itu cari, tidak pendek juga tidak tinggi, dan pohon belimbing sedang berbuah lebat yang menempel pada dahannya."Nona Bella, sedang apa di sini?" tanya Bi Tini, yang kaget karena melihat Bella yang sedang tersenyum memandangi pohon belimbing dengan mata berbinar, seolah sedang bahagia karena mendapatkan hadiah. Kelakuan gadis itu sangat menggemaskan dan membuat wanita paruh baya itu ikut tersenyum senang."Bi, saya mau makan buahnya, langsung petik di pohon rasanya pasti enak," ucap Bella tanpa dosa, dengan menampakkan wajah berseri."Mau pakai sambal rujak tidak, Nona?" tanya Bi Tini, paham dan wanita paruh baya itu hanya menerka-nerka dalam hatinya jika majikannya sebentar lagi punya bayi."Boleh, tapi hanya garam dan cabai saja," balas
"Jika ingin bertemu Adella, gadis kecil itu ada di kamar tamu bersama Rachel dan Titin." Terang Sherin yang tangannya menunjuk ke arah salah satu kamar yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.Sherin tersenyum hangat pada gadis yang terlihat menjadi pendiam dan pucat itu."Bella boleh makan rujak belimbing lagi tapi tidak sekarang, harus di jeda, sebab saya tahu kamu punya magh kronis," lanjut Sherin lagi karena tidak enak hati, tapi kesehatan itu lebih utama."Saya sudah tidak mau rujak lagi, Ma," balas Bella dengan malu, karena atas keinginannya ingin makan buah asam itu semua orang menjadi terlibat dan repot."Syukurlah kalau begitu, saya tenang." Imbuh Sherin yang menatap lekat ke arah sang gadis.Bella sendiri meski dirinya sangat ingin bertanya kenapa Sherin pulang cepat, tapi semua pertanyaan itu hanya sampai di ujung lidah saja tidak sampai bersuara.Enggan dan segan, dan pada akhirnya diam dan segera pamit pada Sherin dan Bernard untuk bertemu putrinya Adella."Mama suka gad
Di rumah, Bernard khawatir karena gadisnya tidak ada, dan memutuskan untuk mencari ke kontrakan lama, dan segera menghubungi Rini, karena wanita itu satu-satunya yang dekat dengan Bella selama tinggal di Jakarta.Selama ini Rini juga selalu membantunya untuk membantu menaklukkan hati orang tua Bella di kampung.Pria itu segera mengeluarkan motor matick tak lupa juga membawa dua helm, dia yakin Bella pasti ke sana meski tidak tahu alasan perginya yang diam-diam tanpa memberitahu salah satu penghuni rumah. Setelah melihat Adella yang sedang bermain dengan adiknya, lalu pamit pada Sherin yang tampak shock karena gadis itu menghilang.Tentu saja wanita paruh baya itu menyalahkan putranya yang mungkin menyakiti hati Bella, sehingga gadis itu pergi secara diam-diam."Cari sampai ketemu, jika belum dapat, kamu jangan pulang!" ujar Sherin pada putranya sebelum pria itu pergi dengan motor maticknya yang jarang digunakan, dan hanya sebagai penghias di garasinya yang luas.Bernard tidak membala
"Hidung kamu bermasalah dan kita harus ke dokter!" ajak Ben saat Bella meminta dirinya menjauh dan gadis itu menutup hidungnya dan mual-mual."Aku tidak mau ke rumah sakit, Tuanlah yang harus mandi dan memakai sabun yang banyak. Bersihkan tubuh Tuan biar tidak bau!" "Tapi kan wajah kamu pucat, sayang. Pokoknya kita harus ke rumah sakit sekarang juga, titik tidak boleh membantah!"Keinginan Bernard tidak bisa dibantahkan oleh Bella sementara dirinya juga merasa mual dan pusing.Pria itu bersiap-siap meski gadis itu tetap diam di tempat dan mengurut pelipisnya yang terasa pusing.Bernard merasa ada yang aneh di tubuh Bella karena bukankah dia telah mandi, pakaian pun bersih dan memakai minyak wangi yang termahal, tapi kenapa gadis itu merasakan bau padahal itu sama sekali tidak dia rasakan."Aku tunggu sepuluh menit kamu harus sudah bersiap. Apapun yang terjadi aku tidak mau kamu membantah, kamu pun sangat lemah aku melihatnya itu.""Tuan Aku hanya ingin beristirahat saja, aku