**Bab 045 Hugh dan Helena**Tok tok tok."Masuk."Helena melangkah masuk dengan ekspresi penuh percaya diri, meskipun di dalam hatinya, ia sudah menyiapkan dirinya untuk menghadapi perdebatan panjang yang sudah menjadi kebiasaan."Tuanku Duke..."Hugh, yang tengah sibuk membaca laporan di mejanya, hanya melirik sekilas tanpa mengalihkan pandangannya sepenuhnya. "Ada hal penting yang harus aku ketahui langsung darimu, Helena?""Sepertinya iya, Tuanku," jawab Helena dengan nada tegas, meskipun ia tahu betul, bagi Hugh, segala sesuatunya harus melalui penyampaian yang cermat.Hugh meletakkan dokumen yang sedang dibacanya, menanggalkan kesibukannya sejenak dan menyandarkan tubuh di kursi. "Baik, mulai laporanmu."Helena menarik napas dalam-dalam, seakan menyusun kata-kata dengan hati-hati. "Dimulai dari ketika Anda baru saja meninggalkan Manor menuju Granthar..."Hugh tidak menanggapi secara verbal, namun gerakan tangannya yang sedikit ke depan memberi isyarat agar Helena melanjutkan."Tig
**Bab 46 Hugh dan Naira**Di dalam Manor Eldoria, cahaya lilin berpendar lembut di dinding-dinding batu, menciptakan bayangan yang menari-nari. Di lorong Atthy berdiri di tengah, dikelilingi beberapa pelayan yang masih sibuk dengan tugas mereka, meski hari telah berganti malam."Miranda, bukankah kau seharusnya sudah pulang?" Atthy menatap wanita yang usianya sekitar 30an itu dengan lembut, nada suaranya tidak menghakimi, hanya penuh perhatian.Miranda tersenyum tipis. "Ah, iya, Duchess. Saya hanya ingin memastikan semuanya cukup untuk beberapa hari ke depan."Atthy mengangguk pelan, matanya menyapu ruangan yang mulai sepi. "Ah, karena kedatangan para prajurit, ya?""Betul, Duchess…" Miranda menurunkan catatannya, sedikit menghela napas.Atthy menoleh pada seorang gadis muda yang berdiri tak jauh dari Miranda, tampak berusaha menyimak percakapan mereka. "Carla, kau masih muda, tapi pelajari baik-baik cara kerja ini. Jika kau menguasainya, kau bisa meringankan beban Miranda."Carla, ya
**Bab 047 Hugh, Atthy, dan Naira.**Hugh, Atthy, dan Naira berjalan berdampingan menyusuri koridor menuju ruang makan. Langkah mereka terdengar teratur di sepanjang lorong panjang yang diterangi cahaya lilin. Namun, meski berjalan bersama, ada sesuatu yang terasa canggung di antara mereka.Atthy tetap menjaga postur elegannya, tatapannya lurus ke depan, sementara Hugh berjalan di sisi yang sedikit lebih jauh darinya. Seperti biasanya, ekspresinya sulit ditebak. Naira yang berada di samping Hugh, menggandeng tangan pamannya dengan santai. Tidak ada kecanggungan di wajah gadis kecil itu—berbeda dengan kedua orang dewasa di sisinya.Keheningan yang mengiringi langkah mereka terasa aneh. Tidak ada obrolan ringan, tidak ada tawa kecil. Sesuatu yang mungkin biasa bagi Hugh, tetapi bagi Atthy, situasi ini terasa terlalu kaku.Tiba-tiba, tanpa berkata apa-apa, Naira melepas genggamannya dari tangan Hugh. Seketika, dia berpindah ke tengah-tengah mereka, lalu dengan polosnya menggenggam tangan
**Bab 048 Percakapan Setelah Makan Malam**Makan malam telah selesai, tetapi suasana di meja makan masih terasa hangat. Para pelayan mulai membereskan sisa hidangan, meninggalkan Hugh, Atthy, Karl, Nathan, dan Naira dalam percakapan yang lebih santai.Nathan yang duduk di sebelah Karl terlihat menguap lebar, sementara Karl hanya meliriknya sekilas sebelum kembali fokus pada piringnya yang kini hanya tersisa setengah gelas teh hangat. Naira masih duduk dengan nyaman di antara Hugh dan Atthy, tangannya bertumpu di atas meja dengan ekspresi puas setelah menikmati hidangan.Nathan tiba-tiba menegakkan punggungnya, matanya berbinar penuh antusias. "Paman Hugh, apakah besok Anda akan berlatih dengan kami?"Karl mendengus kecil sebelum Hugh sempat menjawab. "Jika beliau tidak terlalu sibuk dengan dokumen-dokumennya."Hugh melirik Karl sekilas sebelum menyeruput tehnya dengan tenang. "Aku akan melihat jadwalku besok.""Anda selalu menjawab begitu," Karl mendesah, tetapi tidak lagi mendesak. I
**Bab 049 Kedatangan Vadim**Hari itu, suasana Manor Eldoria terasa lebih hidup dari biasanya. Di salah satu ruangan yang diterangi cahaya matahari pagi, Atthy, Karl, Nathan, dan Naira berkumpul di sekitar meja besar, sibuk menyiapkan hadiah untuk Vadim yang akan segera tiba. Berbagai bahan kulit dan bulu hewan buruan terhampar di hadapan mereka.Karl duduk tegak, meneliti kulit rusa yang telah dikeringkan. “Sarung pedang ini harus benar-benar kuat. Aku ingin memastikan kakek bisa menggunakannya dengan bangga.”Di sisi lain meja, Nathan mengelus bulu berang-berang dengan penuh rasa ingin tahu. “Kenapa bulunya sangat lembut? Apakah kakek akan suka sarung tangan ini?” tanyanya polos.Naira, yang lebih tenang, menatap potongan kulit di tangannya. “Kalau kakek memakainya, tangannya akan tetap hangat, bukan?”Atthy tersenyum, melihat ketiga anak itu bekerja dengan penuh semangat. “Tentu saja. Semua ini adalah hasil kerja keras kalian. Kakek kalian pasti akan menghargainya.”Nathan tiba-tib
**Bab 001: Duka**Kamar tidur yang megah itu kini terasa sesak. Di tengah kemewahan, Atthy duduk terpaku di tepi ranjang, matanya masih membesar mencoba mencerna setiap kata yang terlontar dari suaminya. Duke Hugh Griffith, yang seharusnya menjadi pelindung dan pasangan hidupnya, berdiri dengan sikap santai di samping tempat tidur. Sambil merapikan pakaian yang tercecer di lantai, ia mengucapkan kata-kata yang menusuk hati Atthy.“Kau hanya seorang wanita bodoh. Kau terlalu tinggi menilai dirimu sendiri. Bagiku, kau tidak lebih baik dari mereka yang mengemis perhatian pria di jalanan demi sekantung uang,” ujar Hugh dengan suara datar, tanpa ada nada penyesalan.Kata-kata itu seakan menjatuhkan seluruh dunia Atthy. Tubuhnya bergetar, hatinya seolah tersayat oleh pedang tak terlihat. Ia ingin berteriak, menantang, melawan, namun pikirannya berkata untuk tetap tenang. Ini adalah pernikahannya—meskipun hanya di atas kertas. Keluarganya menaruh harapan besar padanya, dan Atthy tahu bahwa ia
**Bab 002: Perpisahan**Helena menatap dengan mata terbuka lebar saat melihat Atthy yang tampaknya begitu tenang meski dalam situasi yang sangat emosional. Tidak ada air mata yang keluar dari matanya, hanya ketenangan yang tampak begitu kontras dengan perasaan gelisah yang menguasai Helena. Tangan Helena masih menahan tangan Atthy yang menggenggam erat dokumen perceraian itu."Duchess..." suara Helena sedikit gemetar, "Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Tuan Hugh mengirimkan surat ini?"Atthy menarik napas panjang, matanya kosong sejenak seolah mencerna apa yang harus dikatakan. Wajahnya yang lembut terlihat begitu letih. Bahkan, dengan senyum pahit di bibirnya, Atthy tetap terlihat terjaga dalam keadaan hati yang hancur."Kau bertanya pada orang yang salah, Helena. Bahkan aku sendiri tidak tahu kenapa aku harus menerima semua perlakuan ini!""Karena itu, jangan gegabah!""Aku lelah, Helena... Aku ingin berhenti...""Tapi, Duch...""Helena!" panggil Atthy dengan tatapan tegas menegur
**Bab 003: Konspirasi**Di waktu yang lain, jauh sebelum pernikahan Atthy.---Di dalam kediaman pribadi Ratu Silvia, suasana terasa berat, penuh perhitungan dan intrik yang tidak terucapkan. Ruangan besar yang dipenuhi furnitur kayu tua berwarna gelap ini jarang sekali menyambut pengunjung luar, hanya mereka yang memiliki peran signifikan dalam kerajaan yang diizinkan melangkah ke dalamnya. Hari ini, hanya ada tiga orang yang memenuhi ruangan tersebut. Grand Duke Margrave, Pangeran Davion, dan Ratu Silvia, wanita bangsawan yang memiliki pemikiran tajam dan ambisi yang besar."Skythia telah jatuh," kata Silvia, suaranya dalam dan berat, seolah mengandung beban yang terlalu besar untuk ditanggung sendirian. "Kemenangan Hugh Griffith adalah masalah yang tidak bisa kita abaikan. Kita tahu bahwa ini hanya permulaan. Skythia sudah dikuasainya, dan dia tidak akan berhenti di sana."Pangeran Davion duduk dengan tenang di kursi sebelah kanan kakeknya, memandangi Margrave dengan mata yang tajam
**Bab 049 Kedatangan Vadim**Hari itu, suasana Manor Eldoria terasa lebih hidup dari biasanya. Di salah satu ruangan yang diterangi cahaya matahari pagi, Atthy, Karl, Nathan, dan Naira berkumpul di sekitar meja besar, sibuk menyiapkan hadiah untuk Vadim yang akan segera tiba. Berbagai bahan kulit dan bulu hewan buruan terhampar di hadapan mereka.Karl duduk tegak, meneliti kulit rusa yang telah dikeringkan. “Sarung pedang ini harus benar-benar kuat. Aku ingin memastikan kakek bisa menggunakannya dengan bangga.”Di sisi lain meja, Nathan mengelus bulu berang-berang dengan penuh rasa ingin tahu. “Kenapa bulunya sangat lembut? Apakah kakek akan suka sarung tangan ini?” tanyanya polos.Naira, yang lebih tenang, menatap potongan kulit di tangannya. “Kalau kakek memakainya, tangannya akan tetap hangat, bukan?”Atthy tersenyum, melihat ketiga anak itu bekerja dengan penuh semangat. “Tentu saja. Semua ini adalah hasil kerja keras kalian. Kakek kalian pasti akan menghargainya.”Nathan tiba-tib
**Bab 048 Percakapan Setelah Makan Malam**Makan malam telah selesai, tetapi suasana di meja makan masih terasa hangat. Para pelayan mulai membereskan sisa hidangan, meninggalkan Hugh, Atthy, Karl, Nathan, dan Naira dalam percakapan yang lebih santai.Nathan yang duduk di sebelah Karl terlihat menguap lebar, sementara Karl hanya meliriknya sekilas sebelum kembali fokus pada piringnya yang kini hanya tersisa setengah gelas teh hangat. Naira masih duduk dengan nyaman di antara Hugh dan Atthy, tangannya bertumpu di atas meja dengan ekspresi puas setelah menikmati hidangan.Nathan tiba-tiba menegakkan punggungnya, matanya berbinar penuh antusias. "Paman Hugh, apakah besok Anda akan berlatih dengan kami?"Karl mendengus kecil sebelum Hugh sempat menjawab. "Jika beliau tidak terlalu sibuk dengan dokumen-dokumennya."Hugh melirik Karl sekilas sebelum menyeruput tehnya dengan tenang. "Aku akan melihat jadwalku besok.""Anda selalu menjawab begitu," Karl mendesah, tetapi tidak lagi mendesak. I
**Bab 047 Hugh, Atthy, dan Naira.**Hugh, Atthy, dan Naira berjalan berdampingan menyusuri koridor menuju ruang makan. Langkah mereka terdengar teratur di sepanjang lorong panjang yang diterangi cahaya lilin. Namun, meski berjalan bersama, ada sesuatu yang terasa canggung di antara mereka.Atthy tetap menjaga postur elegannya, tatapannya lurus ke depan, sementara Hugh berjalan di sisi yang sedikit lebih jauh darinya. Seperti biasanya, ekspresinya sulit ditebak. Naira yang berada di samping Hugh, menggandeng tangan pamannya dengan santai. Tidak ada kecanggungan di wajah gadis kecil itu—berbeda dengan kedua orang dewasa di sisinya.Keheningan yang mengiringi langkah mereka terasa aneh. Tidak ada obrolan ringan, tidak ada tawa kecil. Sesuatu yang mungkin biasa bagi Hugh, tetapi bagi Atthy, situasi ini terasa terlalu kaku.Tiba-tiba, tanpa berkata apa-apa, Naira melepas genggamannya dari tangan Hugh. Seketika, dia berpindah ke tengah-tengah mereka, lalu dengan polosnya menggenggam tangan
**Bab 46 Hugh dan Naira**Di dalam Manor Eldoria, cahaya lilin berpendar lembut di dinding-dinding batu, menciptakan bayangan yang menari-nari. Di lorong Atthy berdiri di tengah, dikelilingi beberapa pelayan yang masih sibuk dengan tugas mereka, meski hari telah berganti malam."Miranda, bukankah kau seharusnya sudah pulang?" Atthy menatap wanita yang usianya sekitar 30an itu dengan lembut, nada suaranya tidak menghakimi, hanya penuh perhatian.Miranda tersenyum tipis. "Ah, iya, Duchess. Saya hanya ingin memastikan semuanya cukup untuk beberapa hari ke depan."Atthy mengangguk pelan, matanya menyapu ruangan yang mulai sepi. "Ah, karena kedatangan para prajurit, ya?""Betul, Duchess…" Miranda menurunkan catatannya, sedikit menghela napas.Atthy menoleh pada seorang gadis muda yang berdiri tak jauh dari Miranda, tampak berusaha menyimak percakapan mereka. "Carla, kau masih muda, tapi pelajari baik-baik cara kerja ini. Jika kau menguasainya, kau bisa meringankan beban Miranda."Carla, ya
**Bab 045 Hugh dan Helena**Tok tok tok."Masuk."Helena melangkah masuk dengan ekspresi penuh percaya diri, meskipun di dalam hatinya, ia sudah menyiapkan dirinya untuk menghadapi perdebatan panjang yang sudah menjadi kebiasaan."Tuanku Duke..."Hugh, yang tengah sibuk membaca laporan di mejanya, hanya melirik sekilas tanpa mengalihkan pandangannya sepenuhnya. "Ada hal penting yang harus aku ketahui langsung darimu, Helena?""Sepertinya iya, Tuanku," jawab Helena dengan nada tegas, meskipun ia tahu betul, bagi Hugh, segala sesuatunya harus melalui penyampaian yang cermat.Hugh meletakkan dokumen yang sedang dibacanya, menanggalkan kesibukannya sejenak dan menyandarkan tubuh di kursi. "Baik, mulai laporanmu."Helena menarik napas dalam-dalam, seakan menyusun kata-kata dengan hati-hati. "Dimulai dari ketika Anda baru saja meninggalkan Manor menuju Granthar..."Hugh tidak menanggapi secara verbal, namun gerakan tangannya yang sedikit ke depan memberi isyarat agar Helena melanjutkan."Tig
**Bab 044 Pemikiran Hugh dan Atthy**Uap hangat memenuhi kamar mandi pribadi Hugh, menyelimuti ruangan dengan aroma khas minyak herbal yang digunakan untuk mengendurkan otot yang tegang. Air panas mengalir membasahi tubuhnya, menenangkan ketegangan yang selama ini ia simpan. Namun, pikirannya tetap bekerja, memutar ulang apa yang baru saja disaksikannya di halaman latihan Manor Eldoria.Ia datang tanpa mengumumkan kedatangannya, hanya karena ingin melihat sendiri bagaimana Manor ini berjalan tanpa kehadirannya. Namun, ia tidak menyangka akan melihat sesuatu yang jauh lebih menarik.Karl memang sudah terlatih dengan baik. Dibandingkan anak-anak bangsawan lainnya, ia jelas lebih unggul dalam teknik, stamina, dan mentalitas bertarung. Namun, apa yang benar-benar membuat Hugh terdiam bukanlah ketangguhan Karl.**Itu adalah wanita yang seharusnya hanya diangga sebagai 'pengantin palsu' olehnya.**Atthy.Dia tidak hanya mampu mengimbangi Karl—seorang Griffith yang sejak kecil dibentuk untuk
**Bab 043 Kedatangan Hugh**Karl masih mencoba mengatur napas setelah duel singkatnya dengan Atthy. Kemenangan Atthy bukanlah hal yang mengejutkan baginya, tetapi cara dia bertarung—cepat, taktis, dan penuh efisiensi—membuat Karl menyadari bahwa cara bertarung bukan hanya soal kekuatan.Atthy, di sisi lain, tetap berdiri tenang, sesekali melirik Karl dengan ekspresi puas. Bocah itu memang keras kepala, tetapi dia cepat belajar. Ada potensi besar dalam dirinya.Namun, seiring waktu berjalan, suasana di sekitar mereka perlahan berubah. Karl merasakan keanehan lebih dulu. Awalnya, hanya firasat samar. Lalu, dia mulai menyadari bahwa para pelayan yang tadi menonton kini satu per satu menghilang dari tempat mereka berdiri.Karl mengerutkan kening. Ada sesuatu.Matanya bergerak ke sekeliling, mencoba mencari sumber perubahan ini. Kemudian, nalurinya menuntunnya untuk menoleh ke satu arah—dan saat itulah dia melihatnya.Hugh Griffith.Sang Duke berdiri tegap di tepi area latihan, matanya bir
**Bab 042 Duel Persahabatan**Setelah diskusi panjang tentang peran pria dan wanita dalam pelatihan bela diri, Karl menatap Atthy dengan tekad yang jelas."Kalau begitu, Duchess, kita coba buktikan di sini," katanya dengan nada serius, meskipun ada sedikit rasa hormat dalam suaranya.Atthy menatapnya sejenak, kemudian tersenyum tipis. "Buktikan apa, Karl?""Saya hanya ingin melihat seperti apa latihan Anda di Caihina. Saya yakin ada banyak hal yang bisa saya pelajari," jawab Karl, nada suaranya penuh rasa ingin tahu, bukan tantangan.Atthy menghela napas ringan, matanya menyiratkan pemahaman terhadap disiplin yang ditanamkan kepada Karl. "Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Tapi ingat, jangan menyesal jika kau merasa kesulitan."Karl mengangguk dengan mantap. "Saya akan melakukan yang terbaik. Tidak ada salahnya belajar dari seseorang yang lebih berpengalaman."Atthy tersenyum lagi, kali ini sedikit lebih lebar. "Pengalaman hanyalah hasil dari banyaknya waktu yang dihabiskan untuk be
**Bab 041 Karl dan Atthy**Setelah insiden di halaman belakang, Karl dan Nathan akhirnya kembali ke dalam Manor untuk membersihkan diri. Atthy, yang pakaiannya juga kotor akibat menyelamatkan mereka, berjalan bersama Helena menuju kamarnya. Langkah mereka tenang, tetapi suasana di antara keduanya menyimpan ketegangan yang tak terlihat.Helena akhirnya membuka suara, "Anda bergerak begitu cepat tadi, Duchess. Sejujurnya, saya bahkan belum sempat memproses apa yang terjadi sebelum Anda sudah menarik mereka ke tempat aman."Atthy tersenyum tipis, ekspresinya tetap tenang. "Itu hanya refleks. Aku terbiasa memperhatikan keadaan di sekitarku dan bereaksi cepat jika diperlukan. Dalam situasi seperti tadi, terkadang satu detik saja bisa membuat perbedaan besar."Helena menatapnya sekilas, lalu berkata dengan hati-hati, "Bukan hal yang biasa bagi seorang wanita bangsawan memiliki refleks seperti itu. Anda berbeda."Atthy mengangkat bahu, tidak berniat menyangkalnya. "Aku dibesarkan dalam lingk