Aku bengong seperti orang bodoh. Otakku bahkan berhenti bekerja karena sudah menyerah untuk memikirkan sesuatu hal yang rumit untuk diterima akal.
“Jadi, itu benar-benar aku yang melakukannya? Bukan hanya menyembuhkan luka, tetapi aku juga bisa memusnahkan monster, dan membangkitkan yang mati?” ucapku tidak percaya. Setelah itu, aku bengong kembali.
Raja Edgar tidak mengatakan apa pun selama beberapa saat. Ia seperti memberikan aku waktu untuk bisa mencerna dan menerima semuanya.
Karena aku tidak kunjung waras, dan terus terdiam seperti orang bodoh setelah beberapa saat berlalu, akhirnya Raja Edgar berkata, “Kamu tahu, Lissa. Kamu punya banyak kelebihan, tetapi kamu punya satu kekurangan. Itu adalah perasaan rendah dirimu. Coba terima dan akui kemampuanmu. Bukankah itu cara terbaik agar kamu bisa menggunakan kelebihanmu dengan leluasa? Seperti ucapanmu padaku dulu, ketika kamu mengakui bahwa dirimu adalah orang yang berguna untukku, dan bisa me
“Aku ingin ikut rapat.”Itulah ucapan pertama yang keluar dari mulutku ketika Raja Edgar dan Steein memasuki ruangan.“Apa maksudmu tiba-tiba?” tanya Raja Edgar dengan wajah jengkel.“Setidaknya libatkan aku dalam masalah ini. Aku juga harus mengetahui apa yang terjadi,” balasku untuk memberikan pembelaan.“Benarkah? Bukankah kamu hanya ingin mengetahui situasi agar bisa tahu kapan waktu yang tepat untuk melarikan diri ke dunia asalmu? Aku tahu kalau diam-diam kamu ingin lari dari tanggung jawabmu, Lissa,” balas Raja Edgar lagi.Aku mati kata karena ucapan Raja Edgar sangat tepat sasaran. Aku memang ingin mencari tahu situasi terkini agar bisa memikirkan apa rencanaku berikutnya. Akan tetapi, ada satu hal yang aku tidak bisa terima, yaitu kata-kata Raja Edgar bahwa aku lari dari tanggung jawab.“Apakah menjadi Saintess adalah tanggung jawabku?” batinku protes. Aku tidak tahu bagaima
"Ngomong-ngomong, kenapa Karl tidak ikut datang ke sini? Biasa ‘kan kalian datang bertiga,” tanyaku penasaran. Tidak bisa aku ungkiri bahwa aku juga penasaran akan hasil kekuatan Saintessku yang bekerja terhadap tubuh Karl..Akan tetapi, Raja Edgar memalingkan wajah, dan Steein sedang berpura-pura sibuk dengan menuntun dokter keluar dari kamarku. “Apa memang perlu untuk mengantarkan dokter seperti itu?” batinku.Karena terlihat jelas bahwa mereka menghindari pertanyaanku, aku jadi curiga. “Jangan-jangan, kalian mencegah dan melarang Karl untuk datang ke sini, ya?” tanyaku.“Uhuk...! Uhuk…!”Bukan Raja Edgar ataupun Steein, tetapi Dokter yang berada tepat di pintu keluar tersedak dengan salivanya sendiri dan terbatuk. Berkat Dokter yang tidak bisa berpura-pura, aku bisa tahu kalau jawabanku benar. Skenario yang aku bayangkan adalah Karl sudah hendak mau datang untuk menjengukku pagi ini, tetapi
“Baiklah, saya akan memberi tahu informasi yang saya peroleh. Ini berhubungan dengan pembasmian monster yang terakhir kali dilakukan. Ketika para kesatria sedang melakukan pertarungan, bukankah ada hal yang aneh dari monster itu?” tanyaku untuk menggali isi hati mereka.Itu adalah hal dasar yang aku selalu lakukan sewaktu aku melakukan presentasi laporan di perusahaanku dulu. Menarik minat peserta rapat, terutama klien, dan menggali isi hati, agar kemudian aku bisa dengan mudah mengendalikan situasi.“Kalau dipikir-pikir, memang benar keadaan monster itu sangat aneh,” imbuh Karl. Dengan meletakkan tangan di dagunya, Karl menunjukkan pose berpikir sambil mengingat peristiwa yang terjadi selama proses pembasmian. Kemudian, ia melanjutkan, “Banyak monster yang seharusnya mati setelah ditebas, karena itu dilakukan tepat di bagian jantung mereka. Akan tetapi, meskipun mereka sudah ditebas berkali-kali di beberapa tempat setelah jantung, mereka
“Kalau begitu, Saintess Rissa, aku akan bertanya lagi. Apakah kamu memiliki perkembangan dalam kemampuanmu menyembuhkan? Bukankah kamu biasanya akan pingsan setelah menyembuhkan beberapa orang?” tanya Raja Edgar.Pertanyaan Raja Edgar itu spontan membuat senyum kecil di wajah Rissa hilang entah ke mana, dan ia menjadi gugup kembali.“Sa-saya sudah lebih baik, Yang Mulia. Te-terakhir kali di pembasmian, saya bahkan sudah berhasil meningkatkan jumlah orang yang saya sembuhkan menjadi sebanyak 24 orang,” jawab Rissa.“Apa? Kamu menghitung semuanya selagi menyembuhkan orang-orang itu semalam?” batinku tidak percaya dengan kerajinan Rissa yang jarang terpikirkan. Itu berarti, Rissa sudah berencana untuk melaporkan jumlah kesatria yang ia sembuhkan dan kemudian melaporkannya kepada Raja Edgar, agar ia dinobatkan sebagai orang yang paling berjasa.“Akan tetapi, dari yang aku dengar, ada beberapa kesatria yang lukanya tid
Ekspresi terkejut yang diperlihatkan oleh Marquess Bradley benar-benar mewakili perasaanku. Marquess pasti tidak percaya karena penolakan yang Raja Edgar berikan tepat setlah Marquess selesai memberikan argumennya.“Boleh saya tahu alasan Yang Mulia menolaknya?” tanya Marquess Bradley. Aku bisa melihat dengan jelas kalau Marquess sudah mulai tidak senang dengan rapat ini karena penolakan yang barusan itu.“Itu adalah topik yang ingin aku bahas selanjutnya. Namun, sebelum itu….”Raja Edgar menatapku begitu ia memberi jeda dalam ucapannya. Kemudian ia melanjutkannya dengan berbicara denganku. “Saintess Lissa. Sepertinya kamu sudah terlalu lelah karena keadaanmu belum pulih sepenuhnya. Kamu boleh kembali ke kamarmu untuk istirahat.”Perkataan yang Raja Edgar berikan barusan itu bukan suatu perintah karena ia mengucapkannya dengan nada lembut seolah-olah ia khawatir. Akan tetapi, aku tidak akan tertipu! Itu adalah st
Kali ini, aku yang lebih dulu kelua dari ruang rapat begitu rapat itu dibubarkan. Aku bergegas keluar karena merasa bahwa kepalaku akan segera meledak jika aku terus menahan diri jika ada di dalam ruangan itu terus.Aku berjalan tanpa arah. Aku hanya mengikuti ke mana kakiku membawaku melangkah, tetapi aku tetap menghindari area-area yang menjadi kemungkinan para bangsawan akan berlalu lalang.Begitu berjalan jauh di lorong Istana, akhirnya aku berjongkok karena tidak tahan lagi. Aku menundukkan kepala di dalam lenganku sambil bergumam, “Apa yang salah? Sejak kapan Raja Edgar sudah merencanakan semua itu?”“Lissa!!”Spontan, aku langsung berdiri begitu mendengar namaku dipanggil. Aku tidak ingin ada orang yang melihat kondisiku yang menyedihkan karena berjongkok sambil menundukkan kepala di tengah koridor. Selain itu, aku tambah tidak ingin memperlihatkan kelemahanku, karena aku mengenal dengan jelas suara orang yang memanggilku. I
Mau dilihat dari sudut pandang mana pun, posisi Rissa yang terduduk tidak berdaya dengan kakinya yang terluka, dan di hadapannya ada aku yang sedang berdiri dengan tatapan kebencian terhadap Rissa, pasti membuat aku terlihat sebagai pelaku kejahatan sepihak dan Rissa sebagai korban dari pelampiasan kejahatan yang aku lakukan. Bukti itu diperkuat karena semua kejadian ini terjadi di kamarku. Orang-orang pasti lebih menambahkan skenario di kepalanya bahwa aku yang menyeret Rissa ke dalam kamarku untuk dapat menyiksanya.“Ahhh … Aww … Sakit … Enghh.”Rintihan Rissa semakin ia perkuat dan dibuat terlalu berlebihan untuk bisa menarik lebih banyak simpati padanya. Kali ini, Rissa mengeluarkan bakatnya untuk membuat diriku semakin terlihat buruk. Ia pasti tahu bahwa ini adalah kesempatan untuknya menjatuhkan aku.“Yang Muliaaaa … aku tidak bisa berjalan…,” rengek Rissa. Kali ini, warna biru kehitaman sebagai bu
"Apa yang kalian lakukan? Segera seret paksa wanita itu keluar!” perintah Raja Edgar kepada para pelayan.“Ba-baik, Yang Mulia!” jawab para pelayan itu.Aku tidak bisa melihat apa-apa karena aku menggunakan kedua tangan untuk menutup wajahku karena air mataku tidak mau berhenti mengalir. Namun, aku bisa mendengar suara langkah kaki para pelayan yang terburu-buru pergi keluar dari kamar itu.Begitu kamar itu tertutup, aku bisa mendengar langkah kaki Raja Edgar yang mendekat ke arahku.Puk.“Puk?” batinku dalam hati karena mendengar suara aneh karena itu adalah suara dari bukti situasi yang ingin sekali aku sangkal.Itu adalah suara yang ditimbulkan karena kepalaku membentur lembut dada bidang Raja Edgar. Ya, Raja Edgar sedang mendekapku erat dalam pelukannya sekarang.Mungkin, maksud Raja Edgar adalah untuk menenangkan aku yang tadi menangis. Akan tetapi, sekarang kesadaranku sudah terlanjur pulih sepenuhn
SRAK! Tak, tak, tak! Suara hentakan kaki yang besar sedang membentur tanah dengan kuat dan tangan yang berotot sedang membentang melawan aliran udara. Benda yang besar itu sedang bergerak menuju tempat kedua anakku sedang bermain. “Halo putriku…! Ayah datang!!” seru Raja Edgar yang berlari girang untuk menghampiri Zanna sambil mengenakan jubah resminya, karena ia baru saja tiba dari perjalanan panjang sepulang dari Kerajaan tetangga. “Tidak, pergi!! Jangan sentuh adikku dan jangan ganggu waktu kami! Pakaian Ayah tidak cocok untuk ikut bermain. Pergilah dulu ke sana untuk ganti baju!” teriak Eden untuk mengusir Raja Edgar. “Kalau begitu, jika Ayah sudah berganti baju, bolehkah Ayah bergabung untuk bermain dengan kalian?” tanya Raja Edgar lagi yang pantang menyerah dengan tatapan penuh harap. “Tidak!” jawab Eden tanpa berbelas kasihan. “Eden! Ayah tidak menanyakan hal ini padamu!” balas Raja Edgar kepada Eden dengan nada marah. K
“Apakah kamu sudah memaafkan aku, Sayang?” tanya Raja Edgar yang menolehkan kepalanya ke belakang dari pojokan dengan matanya yang berbinar.Namun, tidak semudah itu untuk meluluhkanku atas kesalahannya yang serius. Jadi, aku berkata, “Tidak, aku masih belum memaafkanmu. Aku hanya memberikan kamu kesempatan untuk ikut campur dalam memberikan nama bagi putrimu nanti. Namun, jika kamu tidak mau, ya sudah, tidak apa-apa.”“Tidak! Tidak! Aku mau! Aku sudah memikirkannya!” seru Raja Edgar sambil dengan cepat beranjak dari pojokan itu dan berjalan dengan tergesa-gesa ke arahku.“Ia sudah memikirkannya? Dalam waktu yang singkat itu selama ia berada di pojokan sana? Memang bakatnya luar biasa. Bahkan, bakatnya dalam memberikan nama yang bagus dalam waktu singkat itu, ia turunkan dengan baik kepada Eden,” batinku.“Aku sudah memikirkan namanya, yaitu Rani, artinya seorang bangsawan yang merupakan putri. Itu coc
Tap, tap, tap.Dengan mataku yang tertutup, aku bisa mendengar suara langkah kaki kecil Eden yang mendekat ke arahku.“Minggir sebentar, Yang Mulia Raja, aku harus melakukan sesuatu,” ucap Eden begitu ia sampai di tempatku.Aku tidak tahu reaksi apa yang diberikan oleh Raja Edgar setelah itu karena aku masih menutup mata. Namun beberapa sat setelahnya, aku bisa merasakan ada sesuatu yang hangat di tanganku. Eden sudah dewasa dan pintar, ia sudah tahu apa yang harus ia lakukan di situasi ini. Alasan di awal aku mencegahnya untuk menggunakan kekuatan Saintess agar ia tidak salah bertindak dan menyalurkan kekuatan penyembuhannya di daerah perutku, di mana janinku sedang bertumbuh dan berkembang sekarang. Jadi sekarang, karena Eden sudah tahu bahwa aku sedang hamil, ia bisa menanganinya dengan tepat dan menyalurkan kekuatan Saintess untuk memberikan kekuatan dan tenaga dengan menggenggam tanganku.Ketika ia sudah menyalurkan kekuatannya setelah be
“Apa?! Adik? Eden … itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Lagi pula, jika kamu menginginkan adik, usia kalian terpaut terlalu jauh untuk dijadikan sebagai teman bermain,” balasku.“Hanya delapan tahun jika dihitung Sembilan bulan Ibu akan melahirkan. Tidak apa, Ibu. Aku senang untuk menjaga dan menjadi teman bermain dengannya. Sama seperti Ibu dan kembaran Ibu di masa lalu. Aku tahu maksud Ibu membicarakan hal ini. Ibu pasti baru mendengarkan sesuatu dari Paman Steein, ‘kan?” tanya Eden.Untungnya, Eden menggunakan sapaan tidak formal untuk menyebut Steein. Pasti karena Lissa ada di hadapannya. Jika ia bersama dengan orang-orang, ia tetap memanggil Steein dengan sebutan Tuan Duke Kesar.“Oh ya? Kenapa kamu bilang seperti itu?” tanya Lissa dengan senyuman sambil meremas jari-jarinya yang saling bertautan untuk berpura-pura bersikap tenang.Eden sepertinya tahu kalau aku sedang berbohong karena mata merah
Tap, tap, tap!Kembali lagi, aku berlari dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa henti. Sekarang giliran aku menghampiri Eden untuk menepati janjiku padanya.“Yang Mulia Ratu!! Kenapa Yang Mulia berlari-lari? Bagaimana jika Yang Mulia terjatuh?” tanya Eden dengan tergesa-gesa menghampiriku.Aku tidak menyangka kalau aku akan mendapatkan nasihat dari anak kecil perihal berlari dan terjatuh. Padahal seharusnya nasihat itu aku berikan kepadanya sebagai nasihat dari seorang Ibu untuk anak. Jika aku ingat-ingat, Eden juga tidak pernah terjatuh atau bertindak ceroboh sejak kecil. Walau aku dan Raja Edgar selalu sibuk, ia tidak menuntut apa pun dan mengurus tanggung jawabnya sendiri.Untuk menghilangkan sikap formalitas Eden yang kaku, aku pun mengelus-elus kepalanya dengan kasar sehingga rambutnya yang rapi jadi berantakan.“Yang Mulia! Apa yang telah Yang Mulia lakukan?! Setelah ini aku ada pertemuan Tuan Count dari Utara, jadi aku
Tap, tap, tap!!Aku sangat sibuk. Baru saja aku pergi ke Sekolah Akademi untuk memberikan kata-kata penyambutan kepada para siswa baru, sekarang aku harus cepat menemui Steein sebelum menepati janji temu yang aku buat dengan Eden.Jika aku membuang-buang waktu sedikit saja, aku tidak bisa menemui Steein terlebih dahulu, atau aku jadi terlambat untuk menepati janjiku dengan Eden.“Hahhh … Haahhh….” Napasku terengah-engah dan dadaku naik turun karena kekurangan oksigen. Jika zaman ini sudah semakin maju, aku akan membayar mahal siapa pun yang berhasil menciptakan kantung oksigen di dunia ini untuk bisa membantuku bernapas dengan baik setiap kali aku kekurangan stamina seperti ini.“Lissa, kamu tidak apa-apa? Mau aku bantu?” tanya Steein yang dengan sigap menghampiriku.Namun, untuk mencegah kontak fisik yang berlebihan, aku segera berdiri tegak dan menyesuaikan napasku. Karena aku memiliki banyak tanggung jawab,
"Sayang ... Ayo beristirahat hari ini, aku sangat lelah,” ucap Raja Edgar dengan manja sambil mempererat pelukannya yang melingkar di perutku.Aku tidak tahu sejak kapan, tetapi dengan semakin romantisnya hubungan kami, banyak hal baru yang lebih menggelikan yang kami lakukan. Sekarang Raja Edgar sudah menyebutku dengan sebutan Sayang ketika kami sedang berdua saja. Namun, sebenarnya tidak hanya ketika sedang berdua saja, ketika di depan umum pun, Raja Edgar beberapa kali menunjukkan rasa sayangnya padaku. Untung saja para bangsawan tidak lagi keberatan dan memaklumi kepribadian mengejutkan dari Raja Edgar yang terkenal kejam.“Edgar … ini sudah pagi. Ada banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan hari ini,” ucapku sambil mencengkeram lengan Raja Edgar dan menariknya agar terlepas.“Egghhh … kenapa tanganmu kuat sekali? Apa-apaan otot-otot ini?! Lepaskan sekarang, Edgar. Waktu sangat berharga di tengah kesibukan kita,”
“Kami datang untuk membawa Yang Mulia bermain. Apakah Yang Mulia berkenan jika saya menggendong Yang Mulia?” tanya Steein sambil menatap mata Eden seolah-olah sedang berbicara dengannya, setelah berhasil mengendalikan tawanya.“Saya juga ingin melakukan hal yang sama, Yang Mulia Pangeran Eden. Yang Mulia Pangeran tidak perlu khawatir. Saya sudah mencari kiat dan berlatih kepada para ahli tentang cara menggendong bayi yang baik. Saya akan membuat Yang Mulia nyaman,” imbuh Karl.Sebenarnya Steein dan Karl sedang mengikuti permainanku sambil berpura-pura menjawab pertanyaan Eden yang aku tanyakan kepada mereka dengan suara tiruan. Akan tetapi, meskipun mereka melemparkan pertanyaan kepada Eden, aku tidak akan lagi mengubah suaraku dan berpura-pura menjadi Eden karena rasanya cukup memalukan.“Tidak boleh!” tiba-tiba Raja Edgar yang memberikan jawaban kepada mereka.“Astaga … sayang sekali … karena Ayah
Begitu Eden sampai di tanganku, tiba-tiba tangisan Eden langsung berhenti. “Apa?! Apa ini?! Kenapa ia langsung diam padahal kamu belum melakukan apa pun?” protes Raja Edgar. Aku bisa mengerti alasan Raja Edgar melayangkan protes. Itu karena segala perjuangan nyang sudah ia tunjukkan, tetapi Eden tidak mau bekerja sama dengannya dan terus menangis. Sementara denganku, Eden langsung diam tanpa aku perlu melakukan apa pun. Aku membalas tatapan mata merah sayu yang memandangku itu. Ketika kami saling memandang setelah sekian detik, Eden tersenyum kecil dengan bibir merahnya. “Hei! Ia baru saja tersenyum! Apa kamu melihatnya?!” seruku girang kepada Raja Edgar karena baru saja melihat sesuatu yang membawa berkah. Aku pikir reaksiku sudah berlebihan karena terlalu heboh untuk hal seperti ini, tetapi raut wajah Raja Edgar memberikan reaksi yang lebih jauh daripada aku. Ia termangu di tempatnya sambil menatap ke arah Eden. Dengan ucapan yang lirih kare