Lesti sudah balik ke Jakarta lagi beberapa hari yang lalu. Dia menerima sebuah paket makanan dari Dion. Katanya ada syukuran di perusahaan.‘Syukuran apa lagi?’ batinnya bertanya-tanya sambil mengirim pesan pada Dion.[Sekretaris Pak Wisnu bilang, itu syukuran untuk kehamilan istri Pak Wisnu] balas Dion untuk pertanyaannya.Tentu saja, Lesti terbelalak dan segera memfoto paket itu dan mengirimkan pesan pada Amanda.[Selamat ya, feelingku benar, kamu ternyata hamil, kan?]Di seberang sana, Amanda yang sedang membuat kudapan untuk makan siang bersama suami tercinta menerima pesan Lesti dan membacanya. Tentu dia tak kalah terkejut melihat pesan Lesti.‘Siapa yang hamil?’Amanda buru-buru menelpon Lesti.“Jangan bercanda, ya! aku tidak hamil,” ujar Amanda merasa Lesti hanya menggodanya.“Lho, ini dari kantor kok, Dion yang kirim ke aku. Katanya syukuran untuk kehamilan istri Pak Wisnu. Istri pak Wisnu kan kamu, emang dia punya istri yang lain?”Amanda bingung sekaligus penasaran. Wisnu ju
Wanita itu sungguh terkejut dan otomatis merasa malu karena sudah nyelonong masuk dan mendapati kedua suami istri itu berciuman mesra. Tapi, dia gengsi jika harus merasa bersalah di depan mantan pembantu itu.“Oh! Maaf, saya sudah mengetuk pintu tadi.” ucap Annisa.Wisnu melirik Amanda, berharap tidak ada salah paham lagi karena Annisa nyelonong saja ke ruangannya. Tapi Amanda hanya terlihat diam.“Ada perlu apa?” tanya Wisnu pada Annisa. Dari nada bicaranya, Wisnu tampak tidak suka dengan sikap Annisa.“Anda tadi meminta proposal proyek ini segera diselesaikan, jadi saya terburu-buru ke sini.” tukas Annisa menguraikan alasan kenapa dia harus ke ruangan Wisnu agar pria itu bisa memaklumi sikapnya. “Kau bisa menyerahkannya pada Abim, tidak perlu harus kepadaku.”Annisa terpaku mendengar ucapan Wisnu yang dingin, dia berpikir pasti karena ada Amanda di sana jadi dia bersikap begitu padanya. Jangan-jangan wanita itu yang meminta Wisnu agar menjauhi dirinya. Takut kalah saingan ya? bati
Ketika melihat momen itu, Ujang yang ada di mobil segera mencari hp-nya dan membidikan kamera menangkap pemandangan tuan besarnya dengan wanita yang dicintainya. Dia langsung mengirimkan hasil jepretannya pada Wisnu.Sementara Purwa masih menatap Moana yang merapikan bajunya, dengan tidak berkedip.“Cie… cie…, ada yang pacaran di kuburan!” Seorang bocah laki-laki melintas sempat mencandai Moana dan Purwa.Purwa baru saja hendak menegurnya, tapi datang ibu bocah itu dan meminta maaf.“Maaf, Pak, Buk. Anak jaman sekarang memang gak ada sopan-sopannya!” Kemudian berlalu menyeret tangan bocah itu. Masih terdengar suara ibunya, “Mereka itu pasti suami istri, masa sudah tua kok pacaran!”Kalimat pertama melambungkan Purwa sedangkan kalimat terakhir membuatnya tersindir. ‘Ibu dan anak sama saja!’“Di kampung tidak ada standar baju untuk memasuki pemakaman,” tukas Moana lalu balik jalan lagi.“Kita mau ke makam siapa?” tanya Purwa penasaran.Moana tidak menyahut tapi tetap berjalan di sela-se
Amanda berniat jalan-jalan pagi. Dia sudah siap dengan kaos spandex berkerah V, dipadukan rok pendek dan sepatu sneaker membuat penampilannya terlihat sangat menawan. Dia sengaja tidak membangunkan Wisnu, suaminya itu baru tidur sehabis subuh karena ada hal yang harus diselesaikannya semalam di ruang kerjanya.Semalam Amanda sebenarnya menemani sambil menabung bab-bab skripsinya, tapi hanya sampai jam 12 malam dia sudah mengantuk dan tertidur. Jadinya Wisnu harus membopongnya ke tempat tidur dan melanjutkan pekerjaannya sendiri.Di samping apartemen ada jogging track dan play ground yang cukup nyaman untuk sekedar jogging dan berjalan-jalan santai. Setelah merasa tubuhnya mengeluarkan keringat, Amanda mencari bangku untuk duduk sekedar rehat.“Kau ada di sini?” sapa seseorang lalu tanpa permisi duduk di samping Amanda.Mengetahui siapa yang menyapa dan duduk di sampingnya, Amanda hampir berjingkat karena terkejut. Tapi pria itu memintanya tenang.“Aku tidak akan menyakitimu, ini tempa
Sekretaris Wisnu menghadap ke ruangannya dan menyampaikan bahwa perwakilan dari perusahaan Bramastya ingin membuat janji bertemu. Wisnu dengan tegas mengatakan bahwa dirinya sedang ada urusan lebih penting dari sekedar menemui perwakilannya saja. Lalu wanita itu pun keluar ruangan.“Maaf, Pak. Pak Wisnu sudah banyak agenda dalam waktu dekat ini.” Lenny, sekretaris Wisnu berusaha ramah pada perwakilan perusahaan itu.“Baiklah, tolong agendakan ulang ya, Tuan Bram sendirilah yang nanti akan menemui Bosmu itu. Katakan pada beliau kami mengharap sedikit waktunya demi menerima kerjasama dari kami.”“Baik, Pak. Akan saya kabari jika Pak Wisnu sudah longgar.”Lenny baru saja menghela napas lega karena perwakilan dari grup Bramastya berlalu, tiba-tiba Annisa datang ingin menemui Wisnu.“Sebentar, Bu. Pak Wisnu sedang sangat sibuk, tadi saja perwakilan grup Bramastya tidak di terimanya. Beliau tidak ingin diganggu sekarang,” papar Lenny.“Oh, Baiklah!” ujar Annisa kecewa dan berlalu. Sementara
Seorang pelayan berteriak saat melihat ada yang terkulai lemas dan jatuh. Beberapa orang langsung heboh dan berkerumun.“Ya Allah, kasihan! Dia tadi sendirian gak ada teman,” suara seseorang terdengar.“Coba chek hp-nya, barangkali ada yang bisa dihubungi,” ucap yang lain.“Bawa ke rumah sakit saja!” suara-suara lainnya.Wisnu yang sedianya hendak masuk penasaran ikut menyibak kerumunan itu dan terkejut karena orang yang pingsan itu adalah Annisa. Sebagi orang yang mengenalnya tentu Wisnu langsung bertindak membopongnya dan langsung membawanya keluar ke dalam mobil untuk dilarikan ke rumah sakit terdekat.Dari tempat yang tidak jauh, Amanda menyaksikan itu dengan perasaan yang teriris. Melihat Wisnu begitu cemas dan tergesa-gesa menyelamatkan Annisa, seolah hatinya tercubit. Sekali lagi di depan matanya Amanda menyaksikan suaminya begitu sigap menolong wanita yang memiliki perasaan padanya.“Nda, kamu tidak apa-apa?” tanya Lesti yang melihat sahabatnya merana.Amanda tak sanggup berka
Bayangan wanita itu muncul dalam pikirannya. Saat dia berpura-pura terjatuh dan meminta perhatian Wisnu. Kemudian selintas peristiwa, di mana Wisnu dengan terburu-buru membopongnya ke dalam mobil. Terpampang nyata wajah wanita itu tersenyum lebar menatapnya dengan penuh ledekan. Lalu mendekat menampakan tampang yang sangat menyebalkan berkata, “Kasihan sekali dirimu!” sambil tertawa terbahak-bahak. “TIDAAAK!”Amanda terbangun merasakan tubuhnya dingin. Dia tersadar dirinya masih tergeletak di lantai. Hatinya pilu karena suaminya tidak selalu ada untuk menolongnya, tapi selalu bisa menolong wanita lain.Kepalanya masih sedikit pusing, tapi dia berusaha bangkit dan berjalan tertatih keluar kamar mandi. Kemudian meraih hp-nya. Ada banyak panggilan tidak terjawab dari Wisnu. tapi dia tidak peduli lagi padanya.“Halo, Amanda, ada apa?” terdengar suara Lesti menyahut panggilannya.“Les, tolong aku! Kepalaku pusing sekali, aku tadi pingsan di kamar mandi,” ucap Amanda terdengar lesu.“Ast
Amanda terlelap lagi di pelukan Wisnu setelah beberapa saat terjaga. Dia merasakan tubuhnya masih sangat lemah. Bahkan untuk bernapas pun terasa begitu melelahkan. Untungnya setelah melewati malam yang panjang itu, Amanda sudah merasa baikan saat dia bangun.Wisnu baru selesai sholat dan dia menghampirinya.“Minum dulu” ujar Wisnu membantu Amanda minum air.Sejenak mereka terdiam. Wisnu tanpa sengaja membahas tentang semalam. “Aku sangat minta maaf, aku menghubungimu sejak pukul 10 malam, tapi kau tidak mengangkatnya.”Amanda menatap Wisnu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan olehnya.“Sebelum itu aku menghubungi Mas Wisnu berkali-kali,” ujar Amanda.“Iya, karena itu aku telpon balik. Mungkin saat itu aku sedang ada urusan”Amanda terdiam. Dia sudah melupakan saja kejadian semalam karena lebih ingin menjaga mood untuk kehamilannya itu. Tapi Wisnu sudah mengingatkannya lagi.“Urusan apa?” Amanda bertanya dengan berusaha tetap tenang.“Ada sedikit urusan dengan, Tito!”Urusan denga