Bayangan wanita itu muncul dalam pikirannya. Saat dia berpura-pura terjatuh dan meminta perhatian Wisnu. Kemudian selintas peristiwa, di mana Wisnu dengan terburu-buru membopongnya ke dalam mobil. Terpampang nyata wajah wanita itu tersenyum lebar menatapnya dengan penuh ledekan. Lalu mendekat menampakan tampang yang sangat menyebalkan berkata, “Kasihan sekali dirimu!” sambil tertawa terbahak-bahak. “TIDAAAK!”Amanda terbangun merasakan tubuhnya dingin. Dia tersadar dirinya masih tergeletak di lantai. Hatinya pilu karena suaminya tidak selalu ada untuk menolongnya, tapi selalu bisa menolong wanita lain.Kepalanya masih sedikit pusing, tapi dia berusaha bangkit dan berjalan tertatih keluar kamar mandi. Kemudian meraih hp-nya. Ada banyak panggilan tidak terjawab dari Wisnu. tapi dia tidak peduli lagi padanya.“Halo, Amanda, ada apa?” terdengar suara Lesti menyahut panggilannya.“Les, tolong aku! Kepalaku pusing sekali, aku tadi pingsan di kamar mandi,” ucap Amanda terdengar lesu.“Ast
Amanda terlelap lagi di pelukan Wisnu setelah beberapa saat terjaga. Dia merasakan tubuhnya masih sangat lemah. Bahkan untuk bernapas pun terasa begitu melelahkan. Untungnya setelah melewati malam yang panjang itu, Amanda sudah merasa baikan saat dia bangun.Wisnu baru selesai sholat dan dia menghampirinya.“Minum dulu” ujar Wisnu membantu Amanda minum air.Sejenak mereka terdiam. Wisnu tanpa sengaja membahas tentang semalam. “Aku sangat minta maaf, aku menghubungimu sejak pukul 10 malam, tapi kau tidak mengangkatnya.”Amanda menatap Wisnu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan olehnya.“Sebelum itu aku menghubungi Mas Wisnu berkali-kali,” ujar Amanda.“Iya, karena itu aku telpon balik. Mungkin saat itu aku sedang ada urusan”Amanda terdiam. Dia sudah melupakan saja kejadian semalam karena lebih ingin menjaga mood untuk kehamilannya itu. Tapi Wisnu sudah mengingatkannya lagi.“Urusan apa?” Amanda bertanya dengan berusaha tetap tenang.“Ada sedikit urusan dengan, Tito!”Urusan denga
Amanda membaca buku sambil duduk santai di balkon kamarnya, menatap sore yang berkabut di kotanya. Ada sebuah rasa yang hilang baru terasa setelah sebulan dia memutuskan untuk kembali ke rumah mamanya. Dia sudah mulai lelah harus menggenggam kemarahannya. Mungkin dia harus menata ulang sikap dan perasaannya.“Makan dulu, Nak!” ucap Moana memanggil Amanda yang masih melamun.“Iya, Ma. Amanda akan menyusul, kok!” Di bawah sudah tampak Purwa yang membantu Moana menyiapkan makanan. Amanda menghentikan lagkahnya melihat mereka yang begitu romantis meski hanya sekedar menyiapkan makanan saja.“Eh, kok kamu bengong di sana?” Purwa memanggil Amanda.Amanda hanya tersenyum lalu melanjutkan langkahnya menuruni tangga.“Om, apa aku bisa bicara?” Amanda tiba-tiba ingin membicarakan sesuatu.“Makan dulu, Sayang!” ujar Moana.“Katakan saja, ada apa? Santai sambil makan” Purwa berujar.Suasana hati Amanda sudah pulih. Dia sudah bosan murung dan sedih di kamar terus.“Kapan Om menikahi Mama?”Kata-
Apakah Amanda tahu, bahwa saat Wisnu mengirimkan potongan CCTV itu dan puluhan ungkapan maaf, ada Roy dan Tito yang tertawa terpingkal-pingkal karena baru tahu seorang presiden direktur seperti Wisnu bisa juga takut dengan istrinya.Sekarang, melihat pesannya centang biru, Wisnu yang sedang meeting serius langsung berjingkat dengan semangat. Amanda sudah mau membuka pesan darinya, artinya sudah selesai pertapaannya dan saatnya dia turun gunung. Se-sakti apa dia sekarang setelah berpuasa sebulan dan menghindarinya?Melihat statusnya yang online, akhirnya Wisnu tak tahan mengirim pesan.[Sayang, aku merindukanmu…]Pesan itu urung dikirimkan dan dihapus.[Bagaimana kabarmu sayang?]Ah, terlalu formal, dia pasti malas balas pesan seperti ini. Akhirnya dihapus juga.[Hallo, cantiik!]Apa lagi sih, ini? batal juga terkirim.“Pak?” panggil seorang manajer menggugah keseriusan Wisnu. Dia terkejut dan hp-nya hampir terlempar.“Oh! Iya? Bagaimana?” tanya Wisnu berlagak serius pada peserta rapat
Setelah keguguran Waktu itu, Amanda merajuk ingin pulang ke rumah mamanya. Jadinya Wisnu dengan berat hati mengantarnya ke kota Batu.Sedikit drama keluarga terjadi saat mereka mengetahui Amanda baru saja mengelami keguguran. Tapi semua bisa diatasi karena Amanda sendiri yang mengatakan bahwa dirinya yang lalai sebab tidak langsung memeriksakan diri saat sudah telat lebih dari dua minggu.Bahkan di saat seperti itu, istrinya masih memberinya muka di depan keluarganya. Wisnu merasa dia begitu beruntung, Amanda tidak se-childish yang orang lain kira.Lantas, tentang dia yang tidak mau menerima telpon darinya, Amanda hanya beralasan bahwa dirinya kecewa karena Wisnu selalu sibuk bekerja. Setidaknya Amanda tidak membahas tentang Annisa. Bisa runyam jika sampai Purwa jadi menghebohkan keadaan. “Mbak, bisa minta tolong?” Ujang terlihat menghampiri Amanda yang sedang merapikan bunga di vas.“Ada apa, Kang?” Amanda terheran.Moana dan Marina melihat Amanda masuk ke dalam mobil bersama Ujang
Pengunjung hotel sedikit kecewa saat hendak mengantarkan anak-anak mereka untuk berenang, lantaran ada tulisan bahwa kolam sedang ada perbaikan. Kenyataannya adalah, ada seorang suami sedang mengajari istrinya yang tidak bisa berenang. “Ini kolam anak-anak lho, masak masih gemetaran?” Wisnu mengulurkan tangan pada Amanda agar mau nyemplung di kolam. Pasalnya sudah hampir 30 menit Amanda hanya menatap kolam itu dan tidak juga melakukan aksi nyemplung. “Sebentar, aku masih deg-degan!” “Gak usah lihat airnya, lihat aku saja. Ayo lompat!” Amanda masih berpikir, dia kemudian memejamkan matanya. “Eh, Jangan merem juga!” “Aku takut, Maaas!” Wisnu membuang napas. Bagaimana gadis ini bisa lulus pelajaran olahraga di sekolahnya? Renang saja tidak bisa. Sejak tadi dia hanya berdiri di tepi kolam saja, sementara dirinya sudah menunjukan banyak teori dasar berenang. Ternyata jadi guru capek juga ya? “Sini, ah!” Wisnu tak sabar dan langsung meraih Amanda agar nyemplung bersamanya. “Aaah!
Amanda tampak cemas mendengar pembicaraan Wisnu dan Ujang. Dia segera menghampiri suaminya itu dengan raut bertanya-tanya. “Ada apa, Mas?!” “Tidak, apa. Mama mungkin kecapekan, jadi dia pingsan tadi,” ucap Wisnu dengan tenang sambil mengambil kunci mobilnya. “Ya Allah, Mama! Bagaimana keadaannya?” “Kita akan lihat ke sana sekarang.” Wisnu menggandeng tangan Amanda dan mengajaknya bergegas keluar untuk melihat Moana yang dibawa ke rumah sakit. Di perjalanan Amanda tak henti mencoba menghubungi Marina, tapi tidak diangkatnya pula. Amanda jadi bertambah cemas. Tadi pagi, Moana baik-baik saja dan tidak ada tanda bahwa dia kelelahan atau sakit. Tiba-tiba sore ini dia harus dibawa ke rumah sakit? Oh Tuhan, seharusnya Amanda tidak pernah percaya kalau mamanya itu selalu mengatakan keadaannya baik-baik saja. “Kenapa mama tambeng sekali, kalau tidak boleh capek-capek harusnya dia tidak capek-capek! Kalau sudah begini semua jadi khawatir kan?” Sepanjang jalan Amanda menggerutu sendiri. A
Wisnu masih terjaga sambil memeriksa ponselnya. Dia meminta Purwa untuk beristirahat agar orang tua itu tidak sakit di saat seperti ini. Ketika itu Moana terbangun. Wisnu yang mengetahuinya segera bangkit dari duduk dan memeriksa kondisi Moana. “Aku merasa sudah baikan, Wisnu!” tukas Moana sembari tersenyum lemah menatap menantunya yang sangat perhatian itu.Wisnu menyeret tempat duduknya agar bisa menemani Moana yang terjaga dan tidak bisa kembali tidur itu.Karena kKondisi Moana sudah membaik setelah menjalani transfusi darah, Wisnu kemudian menyampaikan rencana yang sudah disepakati Purwa dan Dirja. Terkait memajukan jadwal pernikahan mereka menjadi besok, kemudian jika kondisi memungkinkan Moana langsung diterbangkan ke Jakarta malam harinya.Bagi Wisnu, musuh yang paling berbahaya adalah waktu. Saat Moana menyampaikan keberatannya memajukan jadwal pernikahan, Wisnu masih memberinya pengertian agar menyetujui apa yang sudah dibicarakan sebelumnya.“Dokter Irham sudah meminta kaw