Pagi ini tak seperti biasanya, tubuhnya yang sudah benar-benar pulih harus di latih kembali untuk mendapatkan kebugaran fisiknya.Pagi ini dia bersama Dariel yang sudah rela jauh-jauh datang sejak subuh tadi melakukan lari santai mengelilingi kompleks perumahan.“Ternyata masih banyak ya orang-orang yang berolahraga di pagi hari.” Ucap Lucia pada Dariel saat mereka sedang berjalan karena Lucia sudah merasa engap jika harus terus berlari sehingga mereka melakukan pendinginan lebih awal.Dariel mengangguk setuju. "Ya, semakin banyak orang yang menyadari pentingnya menjaga kesehatan fisik, terutama dengan gaya hidup yang cenderung kurang bergerak seperti bekerja di kantor. Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk berolahraga sebelum sibuk dengan rutinitas harian."Mereka berdua melanjutkan jalan-jalan santai setelah lari, menikmati udara segar pagi dan berbincang-bincang tentang berbagai hal. Bagi mereka, momen seperti ini sangat berharga dan menjadi waktu yang mereka nikmati bersama.Mer
"Kau benar-benar tak kembali sampai satu minggu kedepan?" Tanya Lucia pada Dariel saat mereka di bandara.Malam ini adalah keberangkatan Dariel ke luar negeri untuk mengurus pekerjaan penting."Ya. Apa kau sungguh tak ingin ikut?" Tanya Dariel dengan lembut dengan memegang wajah Lucia seolah dia sangan menganggumi wanita itu.Lucia menggeleng pelan, "Aku sedang sibuk. Kita akan melakukan panggilan video setiap malam." Ucap Lucia dengan memegang tangan Dariel yang saat ini wasih menyentuh wajahnya.Dariel tampak tersenyum tipis dan mengecup kening Lucia dengan penuh kelembutan."Aku pasgi sangat merindukanmu." Gumam Dariel.Lucia tersenyum lebar, "tentu saja. Aku memang sangat oantas dirindukan." Dariel terkekeh mendengar kalimat yang diucapkan wanita yang sangat dia cintai itu.Lucia sangat berubah dan lebih ekspresif kali ini, itu membuatnya semakin jatuh cinta dan tergila-gila pada wanita itu.Mereka berdua berbicara santai menunggu pesawat Dariel siap, hingga saatnya bagi Dariel u
Sudah tiga hari Dariel berada di kota yang jaraknya sangat jauh dengan Lucia saat ini. “Kau tidak tidur, sayang?” Tanya Dariel pada Lucia di panggilan video tersebut. Lucia tersenyum mengantuk saat muncul di panggilan video. "Aku tidur sebentar tadi, tapi aku merindukanmu, jadi aku terjaga." Dariel merasa bersalah karena menjadwalkan panggilan video saat ini, mengingat perbedaan zona waktu yang besar antara mereka. "Maaf, aku tahu jamnya sudah malam di sana. Aku ingin melihat wajah cantikmu sebentar." Lucia menggeleng lembut. "Tidak apa-apa, sayang. Aku juga merindukanmu. Bagaimana pekerjaanmu di sana?" Dariel menceritakan perkembangan terbaru dalam pekerjaannya dan kemajuan yang telah mereka capai dalam proyek kerja sama dengan perusahaan Tuan Renley. Dia dengan rinci menjelaskan rencana-rencana mereka ke depan, membuat Lucia semakin bangga padanya. Mereka berbicara tentang pekerjaan dan juga rencana mempublikasikan hubungan mereka ke publik. Meskipun jarak yang memisahkan mere
“Senang bisa bekerja sama dengan anda, tuan Dariel.” Ucap tuan Noel dengan puas ketika pagi ini telah berbicara dan membahas beberapa hal dengan Dariel."Saya juga senang bisa bekerja sama dengan Anda, Tuan Noel," jawab Dariel dengan senyuman. Mereka telah membuat kemajuan yang signifikan dalam pertemuan ini, dan kerja sama mereka diharapkan akan menguntungkan kedua belah pihak. Dariel sangat berharap proyek bisnis ini akan berjalan sesuai rencana dan membawa kesuksesan bagi perusahaannya.Tuan Noel mengangguk, "Saya melihat potensi besar dalam rencana bisnis kita ini, tuan Dariel. Saya yakin bahwa kerja sama ini akan sukses dan menguntungkan kita semua."Dariel merasa lega mendengar kata-kata itu. Proyek ini sangat penting bagi perusahaannya, dan dia merasa yakin bahwa dengan kerja keras dan kerja sama yang baik dengan Tuan Noel, mereka akan mencapai kesuksesan bersama.Setelah pertemuan mereka selesai, Dariel akan kembali ke hotel sebelum makan siang nanti ada hal yang harus dia ker
“Apa kau sudah merancang semuanya?” Tanya Clara dengan serius dengan bawahannya.“Sudah, bahkan kami sudah mempersiapkan kamar pribadi di sana nona, jadi rencana anda akan berjalan baik.” Ucap bawahan Clara dengan tenang.Clara merasa senang mendengar persiapan yang telah dilakukan oleh bawahannya. Dia sangat yakin bahwa rencananya akan berhasil kali ini. Kamar pribadi yang telah disiapkan akan menjadi bagian penting dari rencananya untuk mendekati Dariel."Mereka tidak akan melihatnya datang. Pastikan semuanya berjalan lancar," ujar Clara dengan tegas. Dia tidak ingin ada kesalahan dalam pelaksanaan rencananya, karena ini adalah langkah kunci dalam usahanya untuk mendapatkan Dariel.Bersama dengan timnya, Clara melanjutkan persiapan dan memastikan semuanya siap untuk pelaksanaan rencana mereka. Dia merasa semakin dekat dengan tujuannya, dan tekadnya semakin kuat untuk mencapainya.Di sisi lain, Dariel yang akan menuju ke pertemuan penting dengan para koleganya disini tengah mempersia
BRAK!Pintu terbanting dengan keras saat seseorang mendobrak pintu kamar tersebut.Clara yang saat ini sedang berada di atas Dariel tampak tersenyum senang, ketika yang dia lihat ada Lucia disana.“Kau mengganggu malam kami, Lucia. Pergilah, kekasihmu lebih menyukaiku.” Ucap Clara sambil bersandar di dada Dariel. Pria itu sudah tak sadarkan diri dengan tubuh hampir telanjang, hanya menyisakan celana dalamnya yang menjadi pembatas keduanya.Lucia yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar dan melihat pemandangan yang mengerikan ini. Dia merasa seperti dunianya runtuh dalam sekejap. Dariel, pria yang sangat dicintainya, terlihat dalam situasi yang sangat memalukan dan tidak terhormat.Wanita itu, Clara, mencoba untuk merendahkan Lucia dengan perkataannya, tetapi Lucia tidak bergeming. Dia merasa hancur dan marah, tetapi dia juga tahu dia harus tetap tenang."Dariel adalah milikku, bukan milikmu," ucap Lucia dengan nada yang bergetar, mencoba untuk menahan emosinya. "Sekarang tinggalkan kamar i
“Kau memalukan ayah, Clara.” Tuan Keibo pada putri satu-satunya tersebut. Dia hanyalah seorang dosen di universitas terkenal di luar negeri.Putrinya sangat ingin mewarisi kekayaan pamannya dibandingkan mengikuti jejak ayahnya, namun tuan Keibo tak mempermasalahkan itu karena dia pikir saudaranya juga tak memiliki keturunan dan Clara masih berhak mendapatkan hal itu.Tapi kelakuan putrinya membuat dirinya sangat malu terlebih keluarga besar sudah mendengar berita ini.“Aku tak peduli.” Ucap Clara dengan ketus.Mereka saat ini berada di rumah sakit, akibat cidera atas pemukulan Lucia terhadapnya.“Aku harus merencanakan hal lain untuk membuat Lucia hancur, ayah.” Ucap Clara dengan penuh tekad.Tuan Keibo merasa sangat khawatir dan bingung dengan perilaku putrinya. Dia mencoba untuk membujuk Clara agar berhenti dan merenungkan kembali tindakan dan niatnya. "Clara, apakah kau benar-benar ingin melakukan ini? Apa yang telah terjadi padamu hingga kau bisa melakukan hal seperti ini? Apakah
“Keberadaan nona Clara tidak di temukan, tuan.” Lapor bawahan tuan kaizer pada pria tersebut.Tuan Kaizer yang baru tiba di Amsterdam dan ingin menemui Clara tampak tak menyukai saat dia kehilangan jejak wanita itu.“Pasti dia tahu jika aku akan datang kesini.” Ucapnya dengan dingin.Tuan Kaizer semakin geram ketika mendengar bahwa Clara tidak dapat ditemukan. Dia merasa bahwa Clara telah melibatkan dirinya dalam tindakan yang tidak pantas dan mungkin sudah merencanakan sesuatu yang lebih buruk. Tuan Kaizer merasa kesal dan khawatir tentang apa yang bisa terjadi selanjutnya."Kita harus mencari tahu keberadaannya dengan segera," ucap Tuan Kaizer kepada bawahannya. "Hubungi semua sumber daya yang kita miliki. Kita tidak bisa membiarkan Clara melanjutkan perbuatannya tanpa konsekuensi."Tuan Kaizer segera mengambil tindakan untuk mencari keberadaan Clara. Dia menghubungi semua sumber daya yang dimilikinya, termasuk agen keamanan pribadi dan detektif swasta. Mereka bekerja keras untuk me
Kabar kehamilan kedua Lucia disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang.Bahkah saat mendengar ibunya mengandun seorang adik, Ethan tampak sangat senang dan berharap adiknya perempuan agar bisa dia jaga dan sayangi sepenuhnya.“Kapan adik akan muncul, bu?” Tanya Ethan dengan begitu antusias.“Adikmu akan lahir ketika kandungan ibu sudah mencapai sembilan bulan.” Jelas Lucia dengan penuh kelembutan pada putranya.“Lalu sekarang sudah berapa bulan? Aku sungguh tak sabar ingin menggendong adik.” Ucap Ethan dengan semangat.“Ini kemungkinan memasuki minggu ke lima, jadi kau harus bersabar. Okey?” Ucap Lucia sambil mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Ethan begitu bersemangat menunggu kehadiran adiknya yang diinginkannya. Setiap hari, ia terus menanyakan kapan adiknya akan lahir, dan kegembiraan serta antusiasme dalam suaranya tak terbendung."Minggu ke lima? Artinya adik akan datang dalam tujuh bulanan lagi, benar?" tanya Ethan dengan riang, matanya berbinar-binar."Ya
“Ceritakan pada kami, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Dariel dengan serius pada Vinn.Sebagai orang yang mengenal Vinn cukup lama, Dariel terkejut ketika Vinn sudah memiliki putri sebesar putranya bahkan Vinn belum menikah.Namun, Vinn terlihat menunduk seperti penuh penyesalan. “ A-amira adalah kekasih saya, kami memang berencana ingin melangsungkan hubungan yang lebih serius, namun saat ibu angkatku mengetahuinya, dia tak setuju dengan Amaria karena menganggap Amaria hanya konsultan hukum junior yang tak terpandang. Anda tahu bagaimana ibu angkat saya tuan dan saya tidak mungkin melawan wanita yang telah merawat saya.” Dariel yang mendengar itu mendesah, “Lalu kenapa kau terlihat begitu menyesal? Bukankah hari ini adalah bagian dari pilihanmu?” Ucap Dariel dengan tenang.“S-saya saya tidak tahu jika Amaria waktu itu mengandung, jika aku tahu dia mengandung tentu aku akan berusaha keras mempertahankannya.”Lucia yang mendengar itu merasa tampak kecewa, “Aku sebagai wanita kecewa
Obrolan Lucia dengan ibu Cila, yang bernama Amira tersebut berlangsung cukup akrab, ternyata mereka memiliki hobby yang sama.“Aku melihat kartu nama mu, pekerjaanmu sebagai konsultan hukum. Apa itu benar?” Tanya Lucia dengan ramah."Mendengar tentang pekerjaanmu sebagai konsultan hukum membuatku tertarik, Amira. Aku sendiri bukan konsultan hukum, tetapi aku memiliki minat yang besar terhadap hukum dan berbagai topik terkait. Aku sangat menghargai profesi seperti yang kamu lakukan," ucap Lucia dengan penuh antusiasme.Amira mengangguk, terlihat senang menemukan seseorang yang bisa diajak berbicara tentang minatnya. "Sama-sama, Lucia. Memang menarik memiliki kesamaan minat seperti ini. Apakah kamu sering membaca atau mempelajari topik hukum secara mendalam?""Ya, aku suka membaca dan memperluas pengetahuan saya tentang hukum akhir-akhir ini, meskipun tidak bekerja di bidang tersebut. Aku percaya pengetahuan hukum sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan," jelas Lucia sambil tersen
“Terima kasih, om, tante, Ethan. Karena membantuku.” Ucap Cila dengan wajah polosnya. Baru kali ini dia dibantu saat dirinya dibully, selama ini semua orang seolah tutup mata bahkan ibunya sendiri tidak mampu melindunginya karena yang membullynya adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi.Dariel yang melihat gadis kecil itu tampak tersenyum, “Bukan apa-apa, sweety. Dimana orang tua mu? Apakah kau akan dijemput?” Tanya Dariel dengan lembut.Cila mengangguk, “Ibuku akan menjemput saat istirahat nanti, dia masih bekerja jadi tak bisa menjemput tepat waktu. Tapi aku tak apa, om. Aku akan menunggunya seperti biasa.” Ucap Cila dengan tenang.Lucia yang melihat keberanian di mata gadis itu langsung terenyuh, anak sekecil ini sudah bisa memahami keadaan orang tuanya. Apalagi
“Aduh! Kenapa kamu mendorong Cila!” Teriak anak kecil dengan berani pada segerombolan anak kecil yang seusianya. “Hei, kau anak yang tak punya ayah itu kan? Kenapa kau bisa sekolah disini. Inikan sekolah bermain elite.” Tanya anak laki-aki tersebut pada gadis kecil bernama Cila. “Memang jika tak punya ayah aku tak bisa bersekolah, ha? sini kalau berani jangan mainnya keroyokan dong.” Ucapnya tanpa rasa takut sekalipun. anak-anak laki-laki itu langsung menjambak rambut anak gadis itu dengan keras dan merundungnya dengan tawa yang cukup keras. Ethan, dia yang sedang menunggu ibunya menjemputnya merasa terganggu dengan perundungan tersebut. Dengan berani dia langsung menolong gadis kecil itu yang tampak ingin menangis namun ditahan agar lawannya tak semakin menyiksanya. Situasi itu membuat Ethan merasa tidak enak hati. Dengan langkah mantap, dia mendekati anak-anak yang sedang merundung Cila. Meskipun merasa agak takut, dia bertekad untuk membantu. "Diam kalian!" teriak Ethan deng
Tahun pertama Ethan memasuki waktu sekolahnya, saat usia tiga tahun ini Lucia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah bermain agar Ethan bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.Ethan yang baru pertama kali ikut kelas ini hanya memegang tangan ibunya dengan erat, Lucia yang melihat itu tersenyum. “Jangan takut, mereka adalah temanmu semua. Ayo bergabunglah dengan mereka.” Ucapnya dengan lembut pada putranya tersebut.Saat melihat Ethan yang agak ragu-ragu di hari pertamanya di sekolah bermain, Lucia mencoba memberikan dukungan dan semangat padanya. Dia meraih tangan kecil Ethan dengan lembut, merasa getaran kecil dari kecemasan yang dipancarkan anaknya."Kamu akan memiliki waktu yang menyenangkan di sini, nak. Mereka semua adalah temanmu yang baru," ucap Lucia dengan lembut sambil tersenyum menghi
Sesuai dengan janji Dariel, saat ini dia mengajak istri dan anaknya untuk pergi ke pantai bersama. Ethan terlihat sangat senang dan bermain dengan pasir dipinggir pantai bersama Lucia.Suasana di pantai begitu menyenangkan. Dariel dan Lucia duduk di pinggir pantai sambil menikmati keindahan laut yang bergerombolkan ombaknya. Mereka tersenyum melihat Ethan yang riang bermain-main dengan pasir. Dariel berusaha membuat istri dan anaknya merasa bahagia di tempat yang indah ini."Ethan benar-benar senang di sini," ujar Dariel sambil tersenyum melihat putranya."Iya, pantai memang salah satu tempat favoritnya," kata Lucia sambil mengelus kepala Ethan yang sedang asyik membangun benteng pasir."Kau juga terlihat senang di sini," ucap Dariel sambil menatap istrinya dengan penuh kehangatan.Lucia tersenyum. "Benar, udara pantainya begitu menyegarkan. Terima kasih sudah membawa kami ke sini."Mereka melanjutkan hari mereka dengan bermain air, menjelajahi pantai, dan menikmati waktu bersama. Dar
“Kau membaca apa sayang?” Tanya Dariel yang setelah mandi langsung menghampiri istrinya meskipun dia masih menggunakan handuk kimono di badannya.Lucia yang melihat suaminya tersenyum tipis, “Aku sedang membaca novel saja, aku sedang jenuh saat ini.” Ucap Lucia dengan lembut.Dariel duduk di pinggiran kursi dengan menatap buku novel yang dibaca istrinya, “Malam pertama dengan sang CEO.” Gumam Dariel dengan menaikkan alisnya, “Kau membaca novel seperti ini Lucia?” Tanya Dariel terkekeh lalu mengambil buku novel yang dibaca istrinya.“Oh apa kau ingin gaya baru dalam hubungan kita Lucia?” Tanya Dariel menggoda Lucia.“Tidak.” Elak Lucia yang berusaha merebut kembali novel yang dipegang oleh suaminya dengan malu.Dariel terus menggoda Lucia hingga Lucia tersandung dan terjatuh ke ranjang dengan menarik Dariel hingga tubuh Dariel menindih Lucia.“Apa ini juga tertulis di novel ini sayang? Apakah kau ingin menggodaku saat hari masih belum petang?” Bisik Dariel yang menggetarkan hati Lucia.
Kehidupan keluarga Dariel semakin hari semakin bahagia, terlebih Lucia saat ini tengah menikmati momen santai bersama putranya yang saat ini sudah pintar berlari dan mereka menikmati hari ini di taman belakang rumahnya..“Nyonya, nona Clara datang lagi.” Ucap pelayan Lucia padanya.Lucia yang mendengarnya tersenyum, “Bawa dia kemari.” Ucap Lucia dengan tenang.Meskipun dahulu ada rasa kekhawatiran terhadap Clara, namun saat ini Lucia dan Clara sudah berteman semenjak hari itu dia datang ke mansionnya.“Lucia, bagaimana kabarmu?” Tanyanya dengan ramah.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sangat baik, bagaimana dengan kuliahmu? Ku dengar kau melanjutkan kuliah S2.”Terkadang, kehidupan bisa memberikan kesempatan kedua yang menakjubkan. Seperti yang dirasakan Lucia saat ini, di mana pertemuan dengan Clara yang awalnya penuh ketegangan, kini berubah menjadi obrolan santai dan hangat di taman belakang rumahnya.“Aku baik-baik saja. Iya, aku lanjut S2 sekarang. Belum terlalu sulit, tapi cu