Sesuai dengan perjanjian, Lucia mendatangi cafe dimana dia dan Ellard mengatur pertemuan mereka sore ini.Saat dia tiba di cafe itu, terlihat Ellard belum sampai disana.Lucia tiba di cafe beberapa menit lebih awal dan memilih duduk di sudut yang nyaman. Dia merasa gugup dan cemas tentang pertemuan ini. Melihat kembali masa lalu dengan Ellard membuatnya merasa campuran perasaan.Dia memesan secangkir teh herbal dan menunggu sambil memandangi pemandangan sungai yang indah dari jendela. Waktu berlalu dan Ellard masih belum muncul. Dia mulai merasa agak resah karena menunggu.Setelah menunggu hampir setengah jam, Ellard akhirnya muncul di pintu cafe. Mereka bertatapan sejenak sebelum Ellard mendekati meja tempat Lucia duduk.Ellard tersenyum tipis. "Halo, Lucia. Maaf aku terlambat."Lucia merespon dengan sopan. "Tidak masalah. Mari kita bicara."Ellard mengangguk meskipun dalam hatinya gugup, “Lucia, sebenarnya- aku ingin meminta maaf padamu. Karena keteledoranku kau menjadi korban penem
“Dariel Filbert.” Gumam Clara dengan senyum miringnya.Saat ini dia tengah berada di meja kerja di kamarnya, setelah membayar mahal seseorang untuk mencari tahu tentang pria yang bersama Lucia, Clara menjadi tertarik untuk mengetahui tentang pria tersebut.“Dia cukup bagus, sesuai seleraku.” Ucapnya dengan niat jahat yang terselubung.Tak sia-sia dia membayar puluhan juta hanya untuk informasi ini, karena jika dia berhasil dia akan mendapatkan hal yang lebih besar dari biaya yang dia keluarkan sekarang.Clara terus merencanakan cara-cara untuk mendekati Dariel dan merusak hubungannya dengan Lucia. Ia memiliki ambisi besar untuk mendapatkan posisi yang diinginkannya dalam perusahaan keluarganya, dan kini Dariel tampaknya menjadi sasaran utamanya. Clara telah mengikuti jejaknya sejak lama, dan kini tampaknya dia siap untuk mengambil tindakan yang lebih drastis.Dengan informasi yang dia peroleh, Clara mulai merencanakan pertemuan tak terduga dengan Dariel. Dia ingin memastikan bahwa dia
Tender besar telah didapatkan oleh Fedrick, setelah bertemu dengan klien tadi moodnya langsung meningkat tinggi.“Apa anda langsung kembali ke kantor, tuan?” Tanya sekretaris Fedrick.“Tidak, masih ada waktu untuk menjemput Bela, kau kembali saja ke kantor.” Ucap Fedrick yang langsung mendapat anggukan oleh sang sekretaris.Fedrick merasa sangat bersemangat untuk menemui Bela dan membantunya memilih gaun untuk pernikahan mereka. Dia tahu bahwa proses memilih gaun bisa menjadi waktu yang sangat lama, tetapi dia bersedia untuk bersabar dan memberikan dukungannya. Sebagai calon suami yang peduli, Fedrick ingin memastikan bahwa semuanya berjalan lancar dan memuaskan untuk Bela. Dengan semangat yang tinggi, dia menuju ke tempat penjemputan untuk bertemu dengan tunangannya.Setelah tiba di tempat penjemputan, Fedrick menunggu dengan sabar sambil tersenyum. Dia mengingat momen-momen indah yang telah mereka bagikan bersama Bela, dan dia tak sabar untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama wanit
Salah seorang wanita yang lebih senior dari wanita muda lainnya tampak ingin menghampiri Lucia, dengan membawa tas brandednya yang dia gantungnya di tangannya tampak ada rasa kesombongan yang tercipta.“Oh ini anaknya paman Kaizer, ternyata aku terlalu berekspektasi tinggi.” Ucapnya dengan lembut tapi sangat menusuk.Lucia tersenyum tipis, “Senang bertemu dengan saudara Celin, aku meminta maaf karena tidak memenuhi ekspektasimu.”Celin tampak terkejut saat Lucia ternyata mengenali namanya, padahal mereka belum saling kenal sekarang. Wanita itu berpikir jika Lucia telah mempersiapkan semuanya sebelum datang.Hal itu membuatnya tersenyum lebih dalam, “Bukan salahmu, tapi kau terlalu buru-buru untuk dijadikan pewaris perusahaan paman Kaizer. Karena sepertinya kau belum mampu.” Ucapnya dengan tenang.Lucia tetap menjaga sikap tenangnya meskipun komentar Celin terasa menusuk. "Aku memahami bahwa ekspektasi tinggi diletakkan pada diriku, dan aku akan berusaha sebaik mungkin untuk memenuhi m
Pagi ini tak seperti biasanya, tubuhnya yang sudah benar-benar pulih harus di latih kembali untuk mendapatkan kebugaran fisiknya.Pagi ini dia bersama Dariel yang sudah rela jauh-jauh datang sejak subuh tadi melakukan lari santai mengelilingi kompleks perumahan.“Ternyata masih banyak ya orang-orang yang berolahraga di pagi hari.” Ucap Lucia pada Dariel saat mereka sedang berjalan karena Lucia sudah merasa engap jika harus terus berlari sehingga mereka melakukan pendinginan lebih awal.Dariel mengangguk setuju. "Ya, semakin banyak orang yang menyadari pentingnya menjaga kesehatan fisik, terutama dengan gaya hidup yang cenderung kurang bergerak seperti bekerja di kantor. Pagi hari adalah waktu yang tepat untuk berolahraga sebelum sibuk dengan rutinitas harian."Mereka berdua melanjutkan jalan-jalan santai setelah lari, menikmati udara segar pagi dan berbincang-bincang tentang berbagai hal. Bagi mereka, momen seperti ini sangat berharga dan menjadi waktu yang mereka nikmati bersama.Mer
"Kau benar-benar tak kembali sampai satu minggu kedepan?" Tanya Lucia pada Dariel saat mereka di bandara.Malam ini adalah keberangkatan Dariel ke luar negeri untuk mengurus pekerjaan penting."Ya. Apa kau sungguh tak ingin ikut?" Tanya Dariel dengan lembut dengan memegang wajah Lucia seolah dia sangan menganggumi wanita itu.Lucia menggeleng pelan, "Aku sedang sibuk. Kita akan melakukan panggilan video setiap malam." Ucap Lucia dengan memegang tangan Dariel yang saat ini wasih menyentuh wajahnya.Dariel tampak tersenyum tipis dan mengecup kening Lucia dengan penuh kelembutan."Aku pasgi sangat merindukanmu." Gumam Dariel.Lucia tersenyum lebar, "tentu saja. Aku memang sangat oantas dirindukan." Dariel terkekeh mendengar kalimat yang diucapkan wanita yang sangat dia cintai itu.Lucia sangat berubah dan lebih ekspresif kali ini, itu membuatnya semakin jatuh cinta dan tergila-gila pada wanita itu.Mereka berdua berbicara santai menunggu pesawat Dariel siap, hingga saatnya bagi Dariel u
Sudah tiga hari Dariel berada di kota yang jaraknya sangat jauh dengan Lucia saat ini. “Kau tidak tidur, sayang?” Tanya Dariel pada Lucia di panggilan video tersebut. Lucia tersenyum mengantuk saat muncul di panggilan video. "Aku tidur sebentar tadi, tapi aku merindukanmu, jadi aku terjaga." Dariel merasa bersalah karena menjadwalkan panggilan video saat ini, mengingat perbedaan zona waktu yang besar antara mereka. "Maaf, aku tahu jamnya sudah malam di sana. Aku ingin melihat wajah cantikmu sebentar." Lucia menggeleng lembut. "Tidak apa-apa, sayang. Aku juga merindukanmu. Bagaimana pekerjaanmu di sana?" Dariel menceritakan perkembangan terbaru dalam pekerjaannya dan kemajuan yang telah mereka capai dalam proyek kerja sama dengan perusahaan Tuan Renley. Dia dengan rinci menjelaskan rencana-rencana mereka ke depan, membuat Lucia semakin bangga padanya. Mereka berbicara tentang pekerjaan dan juga rencana mempublikasikan hubungan mereka ke publik. Meskipun jarak yang memisahkan mere
“Senang bisa bekerja sama dengan anda, tuan Dariel.” Ucap tuan Noel dengan puas ketika pagi ini telah berbicara dan membahas beberapa hal dengan Dariel."Saya juga senang bisa bekerja sama dengan Anda, Tuan Noel," jawab Dariel dengan senyuman. Mereka telah membuat kemajuan yang signifikan dalam pertemuan ini, dan kerja sama mereka diharapkan akan menguntungkan kedua belah pihak. Dariel sangat berharap proyek bisnis ini akan berjalan sesuai rencana dan membawa kesuksesan bagi perusahaannya.Tuan Noel mengangguk, "Saya melihat potensi besar dalam rencana bisnis kita ini, tuan Dariel. Saya yakin bahwa kerja sama ini akan sukses dan menguntungkan kita semua."Dariel merasa lega mendengar kata-kata itu. Proyek ini sangat penting bagi perusahaannya, dan dia merasa yakin bahwa dengan kerja keras dan kerja sama yang baik dengan Tuan Noel, mereka akan mencapai kesuksesan bersama.Setelah pertemuan mereka selesai, Dariel akan kembali ke hotel sebelum makan siang nanti ada hal yang harus dia ker