“Kau banyak diam hari ini, Claire. Apa kau mau tinggal di rumah ayah ibu lebih lama?” Tanya Leonidas dengan bingung. Karena melihat perubahan suasana yang terjadi pada Claire, sejak mereka masuk mobil dan pergi dari kediaman Filbert, Claire menjadi lebih pendiam.“T-tidak.” Ucap Claire dengan gugup.Leonidas menaikkan alisnya, “Apa kita mau mampir ke toko dessert kesukaanmu? Ayo kita lakukan agar mood mu kembali.” Ucap Leonidas dengan lembut.Claire tersenyum tipis, meskipun masih ada rasa canggung dalam dirinya. "Aku baik-baik saja, sungguh," jawabnya, meskipun suaranya terdengar sedikit tak yakin.Leonidas memperhatikan Claire dengan penuh perhatian. "Kau tak perlu memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja, Claire. Jika ada yang mengganggumu, kau bisa bilang padaku," ucapnya dengan lembut, suaranya penuh perhatian.Claire menggigit bibir bawahnya, dia tak mungkin bilang jika dia sekarang sedang gundah karena hubungan mereka semakin dekat.Tapi Claire berusaha untuk terlihat baik
“Kau akan membawa kemana barang itu?” Suara Leonidas yang dingin membuat pelayan terkejut.“I-itu nyonya muda ingin pindah ke kamar kedua, tuan. Apakah nyonya tidak memberi tahu anda?” Tanya pelayan dengan gugup.Leonidas menatap pelayan itu dengan tajam, wajahnya sedikit mengeras. "Pindah ke kamar kedua?" tanyanya, suaranya rendah tapi penuh penekanan.Pelayan mengangguk dengan gugup, merasa suasana semakin menegang. "Y-ya, nyonya muda bilang dia ingin pindah ke kamar lain untuk sementara waktu, Tuan. Saya pikir... dia sudah membicarakannya dengan Anda."Leonidas menghela napas panjang, wajahnya masih tegang. "Tidak, dia tidak mengatakan apa-apa." Ia berhenti sejenak, berpikir. "Letakkan barang-barangnya di sana, tapi jangan sentuh apa pun yang lain. Aku yang akan berbicara dengannya."Pelayan segera mengangguk, merasa lega mendapat instruksi yang jelas, dan bergegas membawa barang-barang Claire ke kamar kedua.Setelah pelayan pergi, Leonidas berdiam diri sebentar lalu menuju ke kama
“Sudah sampai sini saja.” Ucap Claire sambil menghela nafas kelelahan karena melakukan terapi berjalan Leonidas.Saat ini mereka berada di taman belakang mansion, setelah sarapan Leonidas mengajak Claire untuk melakukan terapi sebentar.Karena tidak ada penyangga, maka Claire lah yang menjadi penyangga pria itu.“Kau tampak sangat lelah, apa aku menyusahkanmu?” Tanya Leonidas dengan lembut.“Tidak, itu sudah menjadi tanggung jawabku dan jika boleh bicara jujur aku sedikit curiga kau sebenarnya sudah bisa berjalan.” Ucap Claire seolah tatapannya menyelidik.Deg!Leonidas membeku untuk sesaat, tidak mungkin sandiwaranya terbongkar sekarang. Sebenarnya tak masalah jika Claire tahu jika dia sudah bisa berjalan tapi apakah wanita itu akan menerima jika dia menipunya selama ini?“Leonidas? Kau melamun?”Leonidas tersentak dari lamunannya ketika mendengar Claire memanggilnya. Wajahnya tetap tenang, meskipun di dalam hatinya, ada sedikit kekhawatiran. Claire telah menangkap sinyal, dan dia ti
“Selamat sayang, kau berhasil mendapatkan gelar spesialis bedah umum mu di usia dua puluh empat tahun. Ini hadiah dari kakak.” Ucap Ethan dengan penuh kasih pada adiknya yang baru menerima gelarnya yang baru.Claire tersenyum, lalu mencium pipi kakaknya dengan singkat. “Terima kasih kakak, tapi aku lebih suka mobil baru, hehe.”Ethan yang mendengar itu mencubit hidung adiknya dengan gemas, semenjak mereka hidup berdua di Jerman dan jauh dari ayah ibu, mereka tampak lebih akrab dan saling bergantung satu sama lain.Bahkan demi sang adik bisa aman, Ethan rela memindahkan kantor perusahaannya ke Jerman meskipun menghabiskan dana yang cukup besar. Tapi demi keselamatan dan keamanan putri tunggal Filbert, Ethan rela menghabiskan segalanya.“Ayah ibu tidak bisa datang?” Tanya Claire sambil melihat ke kanan dan ke kiri melihat apakah ada orang tuanya disana.“Ayah ibu baru bisa terbang besok, ada badai yang membuat penerbangan harus diundur.” Jawab Ethan dengan lembut.Claire mengangguk, tak
“Cepat bawa dia langsung menuju ke ruang operasi setelah sampai di rumah sakit. Aku lihat ada pendarahan hebat di kepalanya.” Ucap Claire dengan serius pada perawat yang datang dengan ambulans yang kebetulan mereka bekerja di rumah sakit yang sama.“Baik dokter Claire, apa anda juga langsung ke rumah sakit bersama kami?”Claire melihat ke arah polisi yang sedang memeriksa kejadian, dia sepertinya harus mengurus urusan ini lebih dulu.“Aku akan menyusul, minta dokter Flo untuk menanganinya dahulu. Aku akan menghubunginya sekarang.” Ucap Claire.Mereka mengangguk dan segera membawa pria itu ke rumah sakit, sedangkan Claire mendekati polisi.“Apa anda pemilik mobil BMW ini, nona?”Claire mengangguk, “Maafkan saya, saya terlah membuat kekacauan besar. Tapi saya akan mengikuti proses hukum, tapi tolong jangan cegah aku untuk pergi saat ini.” Ucap Claire sambil menunjukkan kartu identitasnya.“Saya seorang dokter bedah di Hamburg. Saat ini korban membutuhkan saya untuk melakukan operasi kar
"Sweety, kenapa kamu melamun, hm?" tanya Dariel dengan lembut, melihat putrinya yang tampak melamun saat mereka tengah makan malam bersama. Makanan di piring Claire masih utuh dan sudah mulai dingin.Claire terkejut dari lamunannya dan memaksakan senyum. "Oh, tidak ada, Ayah. Aku hanya lelah," jawabnya sambil mencoba menyuapkan makanan ke mulutnya. Tapi, rasa makanannya seolah tidak ada di lidahnya. Pikirannya terus berputar memikirkan pernikahan dadakannya dengan pria yang dia tabrak pagi ini.Lucia, yang duduk di seberang meja, melihat putrinya dengan penuh perhatian. "Sayang, kau terlihat sangat khawatir. Apakah ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan kepada kami?"Claire menggigit bibirnya, merasa beban rahasia ini terlalu berat untuk dipikul sendiri. Tapi menceritakan sekarang bukanlah waktu yang tepat."Benar-benar tidak ada apa-apa, Ibu," kata Claire dengan suara pelan. "Aku hanya perlu waktu untuk menyesuaikan diri dengan semua perubahan ini."Ethan, yang duduk di sebelah Claire
"Pisau bedah," titah Claire sambil mengulurkan tangannya. Perawat segera menyerahkan instrumen itu kepadanya.Dengan pakaian serba tertutup dan tangan yang mantap, Claire memulai operasi pada kakek buyutnya. Tekanan sangat besar, tapi dia tahu bahwa setiap tindakan harus dilakukan dengan hati-hati dan presisi. Dia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum membuat sayatan pertama"Berikan aku suction," pintanya lagi, perawat dengan sigap memberikannya alat tersebut.Claire bekerja dengan teliti, membuka jalan menuju area pendarahan yang perlu diperbaiki. Suasana di ruang operasi sangat tenang, hanya terdengar suara instruksi Claire dan respons cepat dari tim medisnya. Waktu terasa melambat saat Claire melakukan setiap langkah dengan hati-hati, memastikan tidak ada kesalahan yang terjadi."Clamp," ucapnya, dan instrumen berikutnya diserahkan kepadanya.Dia berhasil menemukan sumber pendarahan—sebuah pembuluh darah yang pecah. Dengan tangan yang stabil, Claire memperb
Semua orang membeku, menahan nafasnya saat mendengar apa yang diucapkan Claire disana.“Apa kamu gila?!” Ethan yang paling terlihat murka disana.Lucia hanya menghela nafasnya sedangkan Dariel menatap putrinya dengan pandangan yang serius.Tuan Kaizer langsung turun tangan, dia mengejar tuan Edmond dan memberinya pelajaran karena membuat keluarganya menjadi seperti ini.Dia berlari dan saat melihat punggung tuan Edmond, tanpa aba-aba dia langsung membalikkan tubuh pria itu dan membogemnya di lorong rumah sakit tersebut.“Bajingan, kau membuat cucu kesayanganku sengsara?!!”Edmond terhuyung ke belakang, terkejut oleh serangan tiba-tiba dari Tuan Kaizer. Dia mengusap pipinya yang memerah dan berdiri dengan tatapan marah. "Apa yang kau lakukan, orang tua?! Kau gila?!"Tuan Kaizer, dengan wajah merah padam dan napas berat, mendekati Edmond dengan tatapan penuh amarah. "Kau tak punya hak untuk memaksa cucuku menikah! Kau hanya memanfaatkan situasi ini untuk keuntunganmu sendiri!"Beberapa