“Kakek tak menyangka kau akan menyuruh kakekmu ini untuk mencari informasi bajingan itu.” Ucap Kaizer dengan datar pada cucu kesayangannya.Claire yang mendengar itu tersenyum, dia langsung menerima dokumen itu dari kakeknya.“Kakek sangat manis, bertemu untuk seperti ini saja harus mengosongkan semua meja di restoran.” Ucap Claire dengan tenang.“Karena kakek tidak ingin ada gangguan, jadi apa yang ingin kau lakukan? Kau tahu ayahmu tak tahu ini, jika tahu mungkin dia akan marah.” Ucap Kaizer dengan menghela nafasnya.Claire tersenyum dan membaca dengan serius, “Apakah tuan Edmond sangat tidak beretika begini? Apakah dia menggunakan putranya sebagai alat transaksi?” Gumam Claire dengan serius.Kaizer mengangguk dengan ekspresi serius. “Edmond selalu menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, termasuk putranya. Dia tidak peduli siapa yang harus dikorbankan selama dia mendapatkan apa yang diinginkannya.” Suara Kaizer penuh kebencian yang terkendali, jelas sekali bahwa dia tidak
Mata sembab Claire tampak begitu jelas hari ini, tapi Claire harus menutupinya dengan make up agar tidak terlihat dengan jelas.Hari ini dia harus melakukan terapi dengan Leonidas dengan jarak yang dekat, sehingga dia tak boleh terlihat habis menangis semalaman.Saat dia sudah siap, dia ke bawah untuk sarapan bersama tapi apa yang dia lihat membuatnya tak nyaman.“Kau disini Alexandra?” Ucap Claire dengan lembut seolah merasa biasa saja dengan apa yang terjadi.“Hai Claire, aku sedang menunggu Leonidas. Hari ini dia berjanji mengajakku fitting gaun.” Ucapnya dengan penuh semangat.Claire menatap Alexandra dengan senyum yang dipaksakan, meski hatinya terasa semakin berat mendengar pernyataan itu. "Oh, begitu ya," jawab Claire dengan nada lembut, berusaha menahan rasa sakit yang semakin menggerogoti perasaannya. Seolah tak ingin menunjukkan kerapuhannya, Claire berjalan mendekati meja sarapan. Dia merasa sulit untuk menelan makanan pagi ini, apalagi dengan kehadiran Alexandra yang jela
“Lihat cincinnya sangat bagus, bukan?” Tanya Alexandra dengan semangat pada Leonidas saat mereka tiba di toko perhiasan.Leonidas menatap cincin yang dipegang Alexandra, sejenak memperhatikan detailnya tanpa banyak emosi di wajahnya. "Ya, cincin itu bagus," jawabnya singkat, suaranya tetap datar, meskipun Alexandra mencoba menarik antusiasme darinya.Alexandra yang melihat reaksinya merasa sedikit kecewa, tapi tetap berusaha menjaga semangatnya. “Aku rasa yang ini cocok untuk kita. Aku ingin sesuatu yang elegan, tapi juga punya makna mendalam. Bagaimana menurutmu?”Leonidas menatap Alexandra sebentar sebelum mengalihkan pandangannya ke cincin-cincin lain di etalase. Di benaknya, semua cincin itu tidak berarti apa-apa jika bukan untuk Claire. “Terserah pilihanmu, Alexandra,” jawabnya dingin. “Kau yang lebih peduli dengan detailnya.”Sikap Leonidas yang acuh membuat Alexandra mendesah pelan, tetapi dia tidak ingin memperlihatkan kekecewaannya di depan umum. “Baiklah, aku akan pilih yang
“Tuan, anda sudah tiga hari tidak makan. Lebih baik anda istirahat dan makan, kesehatan anda lebih utama.” Ucap Kendrick yang khawatir dengan kesehatan Leonidas.Sejak kepergian Claire dan surat gugatan cerai yang dikirim ke mansion kemarin membuat Leonidas seperti mayat hidup.Leonidas hanya duduk terdiam di ruang kerja, tatapannya kosong mengarah pada surat cerai yang tergeletak di mejanya. "Kendrick, aku tidak bisa... Aku tidak bisa istirahat. Bagaimana aku bisa makan atau tidur ketika Claire meninggalkanku?" ucapnya dengan suara serak dan lemah, menggenggam surat itu erat.Kendrick menatap majikannya dengan penuh kekhawatiran. "Tuan, saya mengerti ini berat bagi Anda, tapi jika Anda terus seperti ini, bagaimana Anda akan memperbaiki semuanya? Jika nyonya Claire adalah yang terpenting bagi Anda, maka Anda harus kuat untuk mendapatkannya kembali."Leonidas menggelengkan kepala, masih merasakan kekosongan yang dalam. "Bagaimana aku bisa memperbaiki sesuatu yang sudah hancur? Aku yang
“Jadi mereka sudah bercerai?” Ucap tuan Edmond dengan menyeringai di depan anak buahnya.“Benar tuan, nona Claire meninggalkan kediaman saat mengetahui rencana pertunangan tuan muda dengan nona Alexandra. Sepertinya nona Claire cukup tahu diri untuk memutuskan perceraian di waktu yang tepat.”Edmond menyeringai lebih lebar, merasa puas dengan laporan yang didengarnya. "Bagus sekali. Akhirnya semua berjalan sesuai rencana," ucapnya dengan nada penuh kepuasan. “Leonidas sekarang tak punya pilihan lain selain tunduk pada kehendakku. Dengan Claire yang keluar dari hidupnya, dia akan lebih mudah dikendalikan.”Anak buahnya mengangguk patuh, tetapi tetap berdiri dalam diam, menunggu instruksi lebih lanjut dari Edmond.“Kita harus mempercepat rencana pertunangan dengan keluarga Hills. Leonidas mungkin keras kepala, tapi dia tahu betul apa yang dipertaruhkan. Setelah dia menikah dengan Alexandra, seluruh kekuatan dan kekayaan keluarga Hills akan menjadi bagian dari kita," lanjut Edmond dengan
Ashilla Rowena, wanita cantik dan berpendirian tegas. Dia merupakan wanita dari kalangan atas yang saat ini memegang sebagai salah satu petinggi perusahaan milik keluarganya.Cantik dan berbakat, itu adalah julukannya. Di umurnya yang menginjak hampir dua puluh delapan tahun membuat kedua orang tuanya khawatir karena belum pernah memiliki seorang pasangan dalam hidupnya sehingga pertunangan dengan Ethan Filbert menjadi rencana kedua keluarga tersebut meskipun masih bisa diakhiri jika sama-sama tidak cocok.Dan sekarang, Claire berada di dalam satu mobil dengan dua pasangan yang dingin itu.“Apa mereka akan benar-benar menikah?” Gumam Claire karena melihat Ashhila dan Ethan sama-sama tidak peduli satu sama yang lain.“Kita akan kemana?” Tanya Claire karena mereka berdua tidak berbicara.Ethan melirik ke arah Claire melalui kaca spion, kemudian menjawab dengan nada datar, “Kami akan ke pameran seni. Ibu berpikir itu akan menjadi tempat yang baik untuk 'berkenalan lebih dekat’,” ucapnya
Film bioskop sudah mulai di putar, lampu sudah di padamkan dan hanya tersisa cahaya yang ada di layar lebar tersebut. Suasana di dalam bioskop semakin mencekam seiring dengan musik horor yang menghantui ruangan. Claire tampak santai, menikmati popcorn di tangannya seolah film yang mereka tonton hanyalah hiburan ringan. Sesekali, dia mencuri pandang ke arah Ethan dan Ashilla, yang tampak lebih serius menghadapi film tersebut.Ethan duduk tegak, matanya fokus ke layar, meskipun terlihat sesekali melirik ke Ashilla di sebelahnya. Ashilla, di sisi lain, tetap tenang, wajahnya nyaris tanpa ekspresi meskipun suasana film mulai memuncak dengan ketegangan. Ketika adegan menegangkan muncul, Claire tetap tenang, sementara Ethan tampak sedikit terganggu, matanya sedikit terbelalak, tapi dia berusaha tetap tenang di hadapan Ashilla."Kalian baik-baik saja?" bisik Claire dengan senyum penuh godaan.“Ini bukan apa- apa– Akkhhhhhh..” Keduanya berteriak ketika hantu muncul secara tiba-tiba.Claire
“Kalian sudah tampak akrab.”Tiba-tiba suara Claire yang baru masuk mobil membuat Ethan dan Ashilla terkejut.“Kau dari mana saja? Apa kau baik-baik saja?” Tanya Ashilla pada Claire.“Aku baik-baik saja, bisakah kita pergi sekarang kak?” Tanya Claire dengan senyumnya yang manis.Ethan melirik adiknya dengan sedikit khawatir, tapi dia mengangguk dan menyalakan mesin mobil. "Tentu saja, kita pergi sekarang," ucapnya, mencoba memastikan Claire merasa nyaman.Ashilla, yang duduk di kursi belakang bersama Claire, menatapnya dengan perhatian. "Kau benar-benar baik-baik saja? Kau tampak terguncang tadi."Claire tersenyum, meski sedikit dipaksakan. "Aku hanya perlu waktu sebentar untuk tenang. Tak perlu khawatir."Ethan tetap fokus menyetir, tetapi ada ketegangan di wajahnya. Dia tahu bahwa pertemuan tak terduga dengan Leonidas tadi pasti telah mengguncang perasaan Claire. Namun, dia menghargai adiknya yang berusaha kuat dan memilih untuk tidak mendesaknya lebih jauh. "Baiklah," ujar Ethan a