Film bioskop sudah mulai di putar, lampu sudah di padamkan dan hanya tersisa cahaya yang ada di layar lebar tersebut. Suasana di dalam bioskop semakin mencekam seiring dengan musik horor yang menghantui ruangan. Claire tampak santai, menikmati popcorn di tangannya seolah film yang mereka tonton hanyalah hiburan ringan. Sesekali, dia mencuri pandang ke arah Ethan dan Ashilla, yang tampak lebih serius menghadapi film tersebut.Ethan duduk tegak, matanya fokus ke layar, meskipun terlihat sesekali melirik ke Ashilla di sebelahnya. Ashilla, di sisi lain, tetap tenang, wajahnya nyaris tanpa ekspresi meskipun suasana film mulai memuncak dengan ketegangan. Ketika adegan menegangkan muncul, Claire tetap tenang, sementara Ethan tampak sedikit terganggu, matanya sedikit terbelalak, tapi dia berusaha tetap tenang di hadapan Ashilla."Kalian baik-baik saja?" bisik Claire dengan senyum penuh godaan.“Ini bukan apa- apa– Akkhhhhhh..” Keduanya berteriak ketika hantu muncul secara tiba-tiba.Claire
“Kalian sudah tampak akrab.”Tiba-tiba suara Claire yang baru masuk mobil membuat Ethan dan Ashilla terkejut.“Kau dari mana saja? Apa kau baik-baik saja?” Tanya Ashilla pada Claire.“Aku baik-baik saja, bisakah kita pergi sekarang kak?” Tanya Claire dengan senyumnya yang manis.Ethan melirik adiknya dengan sedikit khawatir, tapi dia mengangguk dan menyalakan mesin mobil. "Tentu saja, kita pergi sekarang," ucapnya, mencoba memastikan Claire merasa nyaman.Ashilla, yang duduk di kursi belakang bersama Claire, menatapnya dengan perhatian. "Kau benar-benar baik-baik saja? Kau tampak terguncang tadi."Claire tersenyum, meski sedikit dipaksakan. "Aku hanya perlu waktu sebentar untuk tenang. Tak perlu khawatir."Ethan tetap fokus menyetir, tetapi ada ketegangan di wajahnya. Dia tahu bahwa pertemuan tak terduga dengan Leonidas tadi pasti telah mengguncang perasaan Claire. Namun, dia menghargai adiknya yang berusaha kuat dan memilih untuk tidak mendesaknya lebih jauh. "Baiklah," ujar Ethan a
Hari pertunangan Alexandra dan Leonidas.Acara pertunangan yang diadakan di kediaman Hills tersebut tergelar dengan sangat mewah dimana diadakan di sore hari di taman keluarga Hills.kediaman keluarga Hills kini terlihat megah dengan dekorasi yang elegan dan glamor. Taman yang luas di belakang rumah mereka telah diubah menjadi tempat acara yang memukau, dipenuhi dengan rangkaian bunga-bunga segar, lampu-lampu gantung kristal yang bersinar lembut, serta meja-meja makan yang dihiasi dengan sempurna.Para tamu mulai berdatangan, semuanya mengenakan pakaian terbaik mereka, memberikan kesan bahwa ini adalah acara yang sangat eksklusif dan penting. Alexandra tampak anggun dalam gaun mewah berwarna biru laut yang menonjolkan keanggunan dan kepercayaan dirinya. “Anda sangat cantik, nona Hills. Saya cukup terkejut dengan acara pertunangan anda dan tuan Leonidas.” Ucap Karina, wanita dari keluarga konglomerat yang diundang oleh keluarga Hills untuk memeriahkan acara pertunangan ini.“Terima ka
“Alexandra!!”Semua orang terkejut saat wanita itu menodongkan pisau ke arah lehernya sendiri.“Leonidas! Jika kau tak ingin bertunangan denganku hari ini lebih baik aku mati!!” Teriaknya.Semua orang tapak berteriak apalagi wanita itu tampak sangat serius ingin membunuh dirinya sendiri dihadapan semua orang.Kedua orang tuan Alexandra panik melihat putrinya nekat seperti itu.Jeritan tamu-tamu langsung memenuhi udara saat Alexandra mengangkat pisau itu ke lehernya sendiri. Wajahnya yang biasanya tenang dan penuh percaya diri kini penuh amarah dan keputusasaan. Leonidas, yang awalnya tampak acuh tak acuh, kini memandangnya dengan mata terbelalak, tampak terkejut dengan tindakan ekstrem yang diambil Alexandra."Alexandra, hentikan! Apa yang kau lakukan?!" seru ibunya, berlari mendekat namun tertahan oleh ayah Alexandra yang tampak sama paniknya."Alexandra, letakkan pisaunya!" teriak ayahnya dengan nada tegas, suaranya penuh ketakutan yang jarang terlihat darinya. "Kau tidak perlu mela
Kediaman keluarga Rowena, Jason Rowena, ayah dari Ashilla tampak begitu serius melihat putrinya yang sedang membaca buku.“Kau terus membaca buku, kau tak mengatakan bagaimana kencanmu dengan Ethan Filbert waktu itu. Apa dia pria yang tak menarik lagi?” Tanya Jason pada putrinya.Dia sudah cukup menyerah mengenalkan pria baik untuk putrinya, padahal dia sudah tua dan mendiang istrinya pasti juga ingin putrinya segera bahagia.Ashilla menurunkan bukunya sejenak, menatap ayahnya dengan senyum tipis. "Ayah, Ethan Filbert adalah pria yang baik, tetapi... dia bukan tipeku." Suaranya tenang, tapi jelas bahwa dia sudah memikirkan jawabannya.Jason menghela napas panjang, merasa sedikit frustasi. "Bukan tipe lagi? Shilla, semua pria yang kuperkenalkan padamu selalu bukan tipe. Apa yang kau cari dalam seorang pria? Kau tahu, aku hanya ingin kau bahagia."Ashilla meletakkan bukunya di pangkuannya dan memandang ayahnya dengan tatapan penuh kasih. "Aku tahu, Ayah. Tapi kebahagiaan tidak hanya dat
Satu tahun kemudian,Kediaman Filbert, Italia.“Apakah pekerjaanmu hari ini lancar, sayang?” Tanya Lucia dengan lembut. Sudah satu tahun mereka pindah ke Italia dan Claire memulai karirnya lagi sebagai dokter disana.“Sejak kemarin ada pasien yang harus operasi. Cukup melelahkan tapi aku bahagia.” Ucap Claire sambil memakan cemilan sorenya.Sejak kemarin dia tak pulang ke rumah dan baru kembali siang ini akibat banyaknya pasien yang harus dia operasi segera. Tapi, dia sama sekali tak terbebani karena hal itu dia bisa sedikit melepaskan Leonidas dari pikirannya.“Baguslah jika begitu, jangan terlalu lelah. Apa kau tak ingin menjadi dokter seperti Ibu saja? Pasien yang akan datang ke padamu dan kau bisa memilih apakah kau akan menanganinya atau tidak. Tapi yah.. biasanya pasienmu orang-orang penting dan juga bisa saja mafia. Tapi setidaknya kau tak perlu kelelahan seperti itu.” Ucap Lucia dengan lembut.Claire tersenyum mendengar saran lembut dari ibunya, Lucia. Meskipun Lucia menawark
“Kau kuat juga.” Suara tenang dari Ethan tampak mengejek James saat dia ingin kembali ke mobilnya.James berhenti dan menatap ke arah belakang, disana Ethan tampak tenang menyandarkan tubuhnya di tembok.“Kak Ethan.” Ucap James dengan tenang. Dia tahu apa yang di maksud oleh pria itu.“Aku hanya tak ingin merusak suasananya.” Lanjutnya dengan santai.Ethan terkekeh sinis lalu mendekat, “Jika kau tak segera bertindak aku takut pria itu akan segera kembali dan merebut Claire. Apa kau ingin itu?” Tanya Ethan dengan menyeringai.James menghela napas panjang, menahan gejolak emosi yang perlahan muncul. "Aku tahu, Kak Ethan," jawabnya dengan nada yang sedikit getir. "Tapi aku tidak akan memaksanya. Jika Claire memilih pria lain, itu adalah haknya."Ethan mendekat lebih dekat, pandangannya tajam dan penuh sindiran. "Kau terlalu lemah, James. Jika kau tidak mengambil langkah sekarang, kau akan kehilangan dia selamanya." Senyum dingin terukir di wajah Ethan saat dia memandang adiknya dengan ta
Gedung tinggi pencakar langit.Pengusaha dan penguasa muda, Leonidas Hawthorne. Pemimpin seluruh bisnis Hawthorne dan mencetak sejarah keluarga sebagai pemimpin yang membawa Hawthorne pada puncak kejayaannya.“Anda sudah berdiri sejauh ini dalam satu tahun, tuan. Sepertinya ini waktu yang tepat.” Ucap Kendrick di belakang Leonidas yang tengah menikmati pemandangan kota Jerman malam ini.Leonidas memutar gelas berisi wine miliknya, lalu meminumnya dengan tenang. “Apa sudah ada informasi tentang keluarga Filbert?” Tanya Leonidas dengan dingin.“Tidak ada, kita kehilangan jejak setelah mereka menghilang. Tapi, ada sesuatu yang ingin saya tunjukkan.” Ucap Kendrick dengan tenang.“Aku tak ingin basa-basi.” Leonidas memutar tubuhnya dan menatap Kendrick dengan dingin.Satu tahun telah merubah segalanya, kini dia bukanlah orang yang sabar.Kendrick tersenyum tipis, “Saya membawa calon tunangan tuan muda Filbert.” Kendrick menyeringai. Karena ini bisa menjadi alat untuk mereka menemui Claire.