“Kau bisa Leo! Ayo coba jalan selangkah lagi.” Ucap Claire memberikan semangat saat Leonidas sudah bisa berdiri lebih lama dan bisa selangkah untuk berjalan.Leonidas tersenyum, berpura-pura berusaha untuk bertahan meskipun sebenarnya dia sudah bisa berjalan. Tapi melihat wajah semangat Claire membuat dia menuruti keinginan wanita itu hingga saat hampir sampai, dia berpura-pura jatuh dan membuat Claire jatuh bersamanya dengan dia di atasnya.Claire terkejut ketika tiba-tiba terjatuh bersama Leonidas, tapi sebelum dia bisa bereaksi lebih jauh, dia menyadari posisi mereka sekarang—Leonidas berada di atasnya, menatapnya dengan tatapan yang intens."Wah, maafkan aku, Claire. Sepertinya aku masih terlalu lemah," ucap Leonidas dengan nada menggoda, sambil menahan senyum.Claire mendengus pelan, setengah tertawa tapi juga merasa malu. "Kau sengaja, ya? Seharusnya aku tahu kau akan melakukan sesuatu seperti ini."Leonidas tertawa kecil. "Mungkin aku hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu
“Kau banyak diam hari ini, Claire. Apa kau mau tinggal di rumah ayah ibu lebih lama?” Tanya Leonidas dengan bingung. Karena melihat perubahan suasana yang terjadi pada Claire, sejak mereka masuk mobil dan pergi dari kediaman Filbert, Claire menjadi lebih pendiam.“T-tidak.” Ucap Claire dengan gugup.Leonidas menaikkan alisnya, “Apa kita mau mampir ke toko dessert kesukaanmu? Ayo kita lakukan agar mood mu kembali.” Ucap Leonidas dengan lembut.Claire tersenyum tipis, meskipun masih ada rasa canggung dalam dirinya. "Aku baik-baik saja, sungguh," jawabnya, meskipun suaranya terdengar sedikit tak yakin.Leonidas memperhatikan Claire dengan penuh perhatian. "Kau tak perlu memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja, Claire. Jika ada yang mengganggumu, kau bisa bilang padaku," ucapnya dengan lembut, suaranya penuh perhatian.Claire menggigit bibir bawahnya, dia tak mungkin bilang jika dia sekarang sedang gundah karena hubungan mereka semakin dekat.Tapi Claire berusaha untuk terlihat baik
“Kau akan membawa kemana barang itu?” Suara Leonidas yang dingin membuat pelayan terkejut.“I-itu nyonya muda ingin pindah ke kamar kedua, tuan. Apakah nyonya tidak memberi tahu anda?” Tanya pelayan dengan gugup.Leonidas menatap pelayan itu dengan tajam, wajahnya sedikit mengeras. "Pindah ke kamar kedua?" tanyanya, suaranya rendah tapi penuh penekanan.Pelayan mengangguk dengan gugup, merasa suasana semakin menegang. "Y-ya, nyonya muda bilang dia ingin pindah ke kamar lain untuk sementara waktu, Tuan. Saya pikir... dia sudah membicarakannya dengan Anda."Leonidas menghela napas panjang, wajahnya masih tegang. "Tidak, dia tidak mengatakan apa-apa." Ia berhenti sejenak, berpikir. "Letakkan barang-barangnya di sana, tapi jangan sentuh apa pun yang lain. Aku yang akan berbicara dengannya."Pelayan segera mengangguk, merasa lega mendapat instruksi yang jelas, dan bergegas membawa barang-barang Claire ke kamar kedua.Setelah pelayan pergi, Leonidas berdiam diri sebentar lalu menuju ke kama
“Sudah sampai sini saja.” Ucap Claire sambil menghela nafas kelelahan karena melakukan terapi berjalan Leonidas.Saat ini mereka berada di taman belakang mansion, setelah sarapan Leonidas mengajak Claire untuk melakukan terapi sebentar.Karena tidak ada penyangga, maka Claire lah yang menjadi penyangga pria itu.“Kau tampak sangat lelah, apa aku menyusahkanmu?” Tanya Leonidas dengan lembut.“Tidak, itu sudah menjadi tanggung jawabku dan jika boleh bicara jujur aku sedikit curiga kau sebenarnya sudah bisa berjalan.” Ucap Claire seolah tatapannya menyelidik.Deg!Leonidas membeku untuk sesaat, tidak mungkin sandiwaranya terbongkar sekarang. Sebenarnya tak masalah jika Claire tahu jika dia sudah bisa berjalan tapi apakah wanita itu akan menerima jika dia menipunya selama ini?“Leonidas? Kau melamun?”Leonidas tersentak dari lamunannya ketika mendengar Claire memanggilnya. Wajahnya tetap tenang, meskipun di dalam hatinya, ada sedikit kekhawatiran. Claire telah menangkap sinyal, dan dia ti
“Leonidas?” Claire yang membaca buku di kamarnya malam ini melihat Leonidas dengan terkejut, pria itu datang dengan wajah lebam dengan kursi rodanya.“Kau kenapa? Siapa yang memukulmu?” Tanya Claire dengan khawatir, dia berdiri lalu mengambil obat untuk mengobati pria itu.Leonidas menghela napas panjang, menatap Claire yang dengan cepat mendekatinya. “Tidak apa-apa, Claire. Ini hanya masalah kecil,” ucapnya sambil mencoba tersenyum untuk menenangkan Claire, meskipun jelas rasa sakit tampak di wajahnya.Claire, yang sudah mengambil kotak obat, langsung duduk di samping Leonidas dan dengan lembut menyentuh wajahnya. “Masalah kecil? Siapa yang melakukan ini padamu? Tolong jangan meremehkan, Leonidas.”Leonidas menggenggam tangan Claire yang menyentuh wajahnya, merasa nyaman dengan perhatian yang diberikan wanita itu. “Aku sungguh tak apa. Apa yang sedang kau baca tadi?” Tana Leonidas mengalihkan pembicaraan.“Ah, tadi aku pergi ke perpustakaan mansion. Disana ada novel, jadi karena aku
“Kakek tak menyangka kau akan menyuruh kakekmu ini untuk mencari informasi bajingan itu.” Ucap Kaizer dengan datar pada cucu kesayangannya.Claire yang mendengar itu tersenyum, dia langsung menerima dokumen itu dari kakeknya.“Kakek sangat manis, bertemu untuk seperti ini saja harus mengosongkan semua meja di restoran.” Ucap Claire dengan tenang.“Karena kakek tidak ingin ada gangguan, jadi apa yang ingin kau lakukan? Kau tahu ayahmu tak tahu ini, jika tahu mungkin dia akan marah.” Ucap Kaizer dengan menghela nafasnya.Claire tersenyum dan membaca dengan serius, “Apakah tuan Edmond sangat tidak beretika begini? Apakah dia menggunakan putranya sebagai alat transaksi?” Gumam Claire dengan serius.Kaizer mengangguk dengan ekspresi serius. “Edmond selalu menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, termasuk putranya. Dia tidak peduli siapa yang harus dikorbankan selama dia mendapatkan apa yang diinginkannya.” Suara Kaizer penuh kebencian yang terkendali, jelas sekali bahwa dia tidak
Mata sembab Claire tampak begitu jelas hari ini, tapi Claire harus menutupinya dengan make up agar tidak terlihat dengan jelas.Hari ini dia harus melakukan terapi dengan Leonidas dengan jarak yang dekat, sehingga dia tak boleh terlihat habis menangis semalaman.Saat dia sudah siap, dia ke bawah untuk sarapan bersama tapi apa yang dia lihat membuatnya tak nyaman.“Kau disini Alexandra?” Ucap Claire dengan lembut seolah merasa biasa saja dengan apa yang terjadi.“Hai Claire, aku sedang menunggu Leonidas. Hari ini dia berjanji mengajakku fitting gaun.” Ucapnya dengan penuh semangat.Claire menatap Alexandra dengan senyum yang dipaksakan, meski hatinya terasa semakin berat mendengar pernyataan itu. "Oh, begitu ya," jawab Claire dengan nada lembut, berusaha menahan rasa sakit yang semakin menggerogoti perasaannya. Seolah tak ingin menunjukkan kerapuhannya, Claire berjalan mendekati meja sarapan. Dia merasa sulit untuk menelan makanan pagi ini, apalagi dengan kehadiran Alexandra yang jela
“Lihat cincinnya sangat bagus, bukan?” Tanya Alexandra dengan semangat pada Leonidas saat mereka tiba di toko perhiasan.Leonidas menatap cincin yang dipegang Alexandra, sejenak memperhatikan detailnya tanpa banyak emosi di wajahnya. "Ya, cincin itu bagus," jawabnya singkat, suaranya tetap datar, meskipun Alexandra mencoba menarik antusiasme darinya.Alexandra yang melihat reaksinya merasa sedikit kecewa, tapi tetap berusaha menjaga semangatnya. “Aku rasa yang ini cocok untuk kita. Aku ingin sesuatu yang elegan, tapi juga punya makna mendalam. Bagaimana menurutmu?”Leonidas menatap Alexandra sebentar sebelum mengalihkan pandangannya ke cincin-cincin lain di etalase. Di benaknya, semua cincin itu tidak berarti apa-apa jika bukan untuk Claire. “Terserah pilihanmu, Alexandra,” jawabnya dingin. “Kau yang lebih peduli dengan detailnya.”Sikap Leonidas yang acuh membuat Alexandra mendesah pelan, tetapi dia tidak ingin memperlihatkan kekecewaannya di depan umum. “Baiklah, aku akan pilih yang