“Kau akan membawa kemana barang itu?” Suara Leonidas yang dingin membuat pelayan terkejut.“I-itu nyonya muda ingin pindah ke kamar kedua, tuan. Apakah nyonya tidak memberi tahu anda?” Tanya pelayan dengan gugup.Leonidas menatap pelayan itu dengan tajam, wajahnya sedikit mengeras. "Pindah ke kamar kedua?" tanyanya, suaranya rendah tapi penuh penekanan.Pelayan mengangguk dengan gugup, merasa suasana semakin menegang. "Y-ya, nyonya muda bilang dia ingin pindah ke kamar lain untuk sementara waktu, Tuan. Saya pikir... dia sudah membicarakannya dengan Anda."Leonidas menghela napas panjang, wajahnya masih tegang. "Tidak, dia tidak mengatakan apa-apa." Ia berhenti sejenak, berpikir. "Letakkan barang-barangnya di sana, tapi jangan sentuh apa pun yang lain. Aku yang akan berbicara dengannya."Pelayan segera mengangguk, merasa lega mendapat instruksi yang jelas, dan bergegas membawa barang-barang Claire ke kamar kedua.Setelah pelayan pergi, Leonidas berdiam diri sebentar lalu menuju ke kama
“Sudah sampai sini saja.” Ucap Claire sambil menghela nafas kelelahan karena melakukan terapi berjalan Leonidas.Saat ini mereka berada di taman belakang mansion, setelah sarapan Leonidas mengajak Claire untuk melakukan terapi sebentar.Karena tidak ada penyangga, maka Claire lah yang menjadi penyangga pria itu.“Kau tampak sangat lelah, apa aku menyusahkanmu?” Tanya Leonidas dengan lembut.“Tidak, itu sudah menjadi tanggung jawabku dan jika boleh bicara jujur aku sedikit curiga kau sebenarnya sudah bisa berjalan.” Ucap Claire seolah tatapannya menyelidik.Deg!Leonidas membeku untuk sesaat, tidak mungkin sandiwaranya terbongkar sekarang. Sebenarnya tak masalah jika Claire tahu jika dia sudah bisa berjalan tapi apakah wanita itu akan menerima jika dia menipunya selama ini?“Leonidas? Kau melamun?”Leonidas tersentak dari lamunannya ketika mendengar Claire memanggilnya. Wajahnya tetap tenang, meskipun di dalam hatinya, ada sedikit kekhawatiran. Claire telah menangkap sinyal, dan dia ti
“Leonidas?” Claire yang membaca buku di kamarnya malam ini melihat Leonidas dengan terkejut, pria itu datang dengan wajah lebam dengan kursi rodanya.“Kau kenapa? Siapa yang memukulmu?” Tanya Claire dengan khawatir, dia berdiri lalu mengambil obat untuk mengobati pria itu.Leonidas menghela napas panjang, menatap Claire yang dengan cepat mendekatinya. “Tidak apa-apa, Claire. Ini hanya masalah kecil,” ucapnya sambil mencoba tersenyum untuk menenangkan Claire, meskipun jelas rasa sakit tampak di wajahnya.Claire, yang sudah mengambil kotak obat, langsung duduk di samping Leonidas dan dengan lembut menyentuh wajahnya. “Masalah kecil? Siapa yang melakukan ini padamu? Tolong jangan meremehkan, Leonidas.”Leonidas menggenggam tangan Claire yang menyentuh wajahnya, merasa nyaman dengan perhatian yang diberikan wanita itu. “Aku sungguh tak apa. Apa yang sedang kau baca tadi?” Tana Leonidas mengalihkan pembicaraan.“Ah, tadi aku pergi ke perpustakaan mansion. Disana ada novel, jadi karena aku
“Kakek tak menyangka kau akan menyuruh kakekmu ini untuk mencari informasi bajingan itu.” Ucap Kaizer dengan datar pada cucu kesayangannya.Claire yang mendengar itu tersenyum, dia langsung menerima dokumen itu dari kakeknya.“Kakek sangat manis, bertemu untuk seperti ini saja harus mengosongkan semua meja di restoran.” Ucap Claire dengan tenang.“Karena kakek tidak ingin ada gangguan, jadi apa yang ingin kau lakukan? Kau tahu ayahmu tak tahu ini, jika tahu mungkin dia akan marah.” Ucap Kaizer dengan menghela nafasnya.Claire tersenyum dan membaca dengan serius, “Apakah tuan Edmond sangat tidak beretika begini? Apakah dia menggunakan putranya sebagai alat transaksi?” Gumam Claire dengan serius.Kaizer mengangguk dengan ekspresi serius. “Edmond selalu menggunakan segala cara untuk mencapai tujuannya, termasuk putranya. Dia tidak peduli siapa yang harus dikorbankan selama dia mendapatkan apa yang diinginkannya.” Suara Kaizer penuh kebencian yang terkendali, jelas sekali bahwa dia tidak
Mata sembab Claire tampak begitu jelas hari ini, tapi Claire harus menutupinya dengan make up agar tidak terlihat dengan jelas.Hari ini dia harus melakukan terapi dengan Leonidas dengan jarak yang dekat, sehingga dia tak boleh terlihat habis menangis semalaman.Saat dia sudah siap, dia ke bawah untuk sarapan bersama tapi apa yang dia lihat membuatnya tak nyaman.“Kau disini Alexandra?” Ucap Claire dengan lembut seolah merasa biasa saja dengan apa yang terjadi.“Hai Claire, aku sedang menunggu Leonidas. Hari ini dia berjanji mengajakku fitting gaun.” Ucapnya dengan penuh semangat.Claire menatap Alexandra dengan senyum yang dipaksakan, meski hatinya terasa semakin berat mendengar pernyataan itu. "Oh, begitu ya," jawab Claire dengan nada lembut, berusaha menahan rasa sakit yang semakin menggerogoti perasaannya. Seolah tak ingin menunjukkan kerapuhannya, Claire berjalan mendekati meja sarapan. Dia merasa sulit untuk menelan makanan pagi ini, apalagi dengan kehadiran Alexandra yang jela
“Lihat cincinnya sangat bagus, bukan?” Tanya Alexandra dengan semangat pada Leonidas saat mereka tiba di toko perhiasan.Leonidas menatap cincin yang dipegang Alexandra, sejenak memperhatikan detailnya tanpa banyak emosi di wajahnya. "Ya, cincin itu bagus," jawabnya singkat, suaranya tetap datar, meskipun Alexandra mencoba menarik antusiasme darinya.Alexandra yang melihat reaksinya merasa sedikit kecewa, tapi tetap berusaha menjaga semangatnya. “Aku rasa yang ini cocok untuk kita. Aku ingin sesuatu yang elegan, tapi juga punya makna mendalam. Bagaimana menurutmu?”Leonidas menatap Alexandra sebentar sebelum mengalihkan pandangannya ke cincin-cincin lain di etalase. Di benaknya, semua cincin itu tidak berarti apa-apa jika bukan untuk Claire. “Terserah pilihanmu, Alexandra,” jawabnya dingin. “Kau yang lebih peduli dengan detailnya.”Sikap Leonidas yang acuh membuat Alexandra mendesah pelan, tetapi dia tidak ingin memperlihatkan kekecewaannya di depan umum. “Baiklah, aku akan pilih yang
“Tuan, anda sudah tiga hari tidak makan. Lebih baik anda istirahat dan makan, kesehatan anda lebih utama.” Ucap Kendrick yang khawatir dengan kesehatan Leonidas.Sejak kepergian Claire dan surat gugatan cerai yang dikirim ke mansion kemarin membuat Leonidas seperti mayat hidup.Leonidas hanya duduk terdiam di ruang kerja, tatapannya kosong mengarah pada surat cerai yang tergeletak di mejanya. "Kendrick, aku tidak bisa... Aku tidak bisa istirahat. Bagaimana aku bisa makan atau tidur ketika Claire meninggalkanku?" ucapnya dengan suara serak dan lemah, menggenggam surat itu erat.Kendrick menatap majikannya dengan penuh kekhawatiran. "Tuan, saya mengerti ini berat bagi Anda, tapi jika Anda terus seperti ini, bagaimana Anda akan memperbaiki semuanya? Jika nyonya Claire adalah yang terpenting bagi Anda, maka Anda harus kuat untuk mendapatkannya kembali."Leonidas menggelengkan kepala, masih merasakan kekosongan yang dalam. "Bagaimana aku bisa memperbaiki sesuatu yang sudah hancur? Aku yang
“Jadi mereka sudah bercerai?” Ucap tuan Edmond dengan menyeringai di depan anak buahnya.“Benar tuan, nona Claire meninggalkan kediaman saat mengetahui rencana pertunangan tuan muda dengan nona Alexandra. Sepertinya nona Claire cukup tahu diri untuk memutuskan perceraian di waktu yang tepat.”Edmond menyeringai lebih lebar, merasa puas dengan laporan yang didengarnya. "Bagus sekali. Akhirnya semua berjalan sesuai rencana," ucapnya dengan nada penuh kepuasan. “Leonidas sekarang tak punya pilihan lain selain tunduk pada kehendakku. Dengan Claire yang keluar dari hidupnya, dia akan lebih mudah dikendalikan.”Anak buahnya mengangguk patuh, tetapi tetap berdiri dalam diam, menunggu instruksi lebih lanjut dari Edmond.“Kita harus mempercepat rencana pertunangan dengan keluarga Hills. Leonidas mungkin keras kepala, tapi dia tahu betul apa yang dipertaruhkan. Setelah dia menikah dengan Alexandra, seluruh kekuatan dan kekayaan keluarga Hills akan menjadi bagian dari kita," lanjut Edmond dengan