Siang hari Darian mendatangi kantin kampus dan mencari keberadaaan Clara dan kedua temannya. Dia tersenyum kala mata elangnya sudah menangkap keberadaan Clara dkk.Darian dengan cepat berjalan mendekati meja mereka.Kehadirannya di sana tentu saja mengalihkan perhatian ketiganya.Sambil tersenyum, Darian menatap ke arah Clara yang baru tiba di mejanya juga. “Aku boleh nggak gabung lagi duduk di sini?” ujar Clara saat sudah selesai membeli makanannya.“Oh kak Darian. Duduk aja. Kayak sama siapa aja.” Tasya bersuara dan mengijinkan laki-laki itu untuk duduk di sebelahnya.Darian mulai duduk dan melihat Clara yang ada di hadapannya. “Apa kamu lagi diet?” tanya Darian saat melihat makanan yang baru dibelinya.“Ah tidak kak. Aku hanya lagi tidak ada selera untuk makan, jadi cuma ini aja yang ingin kumakan,” jawab Clara.“Itu karena kami memaksanya untuk makan sesuatu. Yang sakit si Karina, yang hilang nafsu makan malah kau.” timpal Tasya heran lalu dia menatap Karina yang duduk di sebelahn
“Tumben-tumbenan pak Baron ngasih tugas rumah. Mana dia sebelas duabelas lagi sama si om.”“Soalnya aja yang terdengar sederhana tapi jawabannya sulit sekali. Memang pandai sekali buat mahasiswanya kesusahan. Awas aja kalau aku jadi dosen, kutandai nanti anak-anak mereka.”Clara terus mendumel terus di kursi belajarnya. Tadi lagi asik-asiknya menonton, tiba-tiba dia mendapat pesan dari Tasya yang bertanya apakah Clara sudah menyelesaikan tugas kuliahnya.Alhasil Clara pun menghentikan kegiatan menontonya dan langsung berlari menuju meja belajar untuk mengerjakan tugasnya yang sama sekali belum dia kerjakan.Tiga jam sudah berlalu, Clara masih berada ditempatnya. Sesekali dia terlihat menguap. Jujur Clara sudah sangat mengantuk sekali.“Kau sudah mengantuk. Tidurlah.”Itu suara Georgino yang berbicara. Laki-laki itu baru masuk ke kamar dan menjumpai Clara sedang belajar dengan sesekali menguap.Setelah berbicara seperti itu. Georgino pergi ke sofa dan tidur di sana.Clara menatap lurus
Sesampainya di kampus, Clara memasuki ruangannya. Dia merasa lega saat mendapati kedua sahabatnya ternyata sudah pada datang. Clara berjalan dengan cepat dan duduk di samping Karina.“Aku senang kalian sudah datang. Cepatlah. Aku belum menyelesaikan tugasku. Lihat dong jawaban kalian, biar nanti aku ringkas.”“Sabar Ra. Aku ambil dari dalam tasku dulu,” balas Karina mengambil bukunya dan memberikan pada Clara.Clara tersenyum bahagia dan tangannya bergerak cepat mengambil buku dari dalam tasnya.Clara membuka bukunya. Dia terdiam, tetapi matanya mengerjap beberapa kali. “Hmmm,” Clara terlihat bingung bercampur heran.“Kenapa Ra?” tanya Tasya.Clara masih terdiam sedang mencerna sesuatu.Melihat reaksi Clara yang seperti itu, keduanya pun mendekat. “ Wow. Ternyata tugasmu sudah selesai,” seru Tasya.“Gayamu, belum selesai. Jadi ini apa buk?” ujar Karina.“Seharusnya memang belum selesai tapi—” Clara kebingungan menatap bukunya.Tasya pun memperhatikan buku Clara, matanya menyipit ketik
“Na, ini siapanya suamimu?” tanya Karina keheranan karena melihat suatu postingan yang menunjukkan kebersamaan Georgino dengan seorang gadis.“Dia ada posting foto terus tag akun suamimu.”“Masa sih?” tanya Tasya mendekat, kemudian memasang muka tak enaknya. “Captionnya Lunch with him, mana pakai emoji smile lagi. Alay.” ledek Tasya.Tasya mengubah arah pandangannya. “Kau follow akunnya pak Gino?” tanya Tasya pada Karina.Karina memberi anggukan. “Iya. Kalian berdua enggak?”Clara dan Tasya secara kompak mengelengkan kepalanya. Tapi detik berikutnya, Tasya memukul lengannya Clara. "Kau gimana sih? Kalau aku sih wajar, lah kau. Udah jadi istrinya tapi nggak ada follow akun suaminya. Sini ponselmu.”Tasya menengadakan tangan ke arah Clara dan langsung diberi oleh gadis itu. "Kalau gini kau nggak akan bisa memantau satu persen pergerakan suamimu. Ini aja kau kecolongannya sekali. Lihat noh suamimu lagi lunch sama tuh cewe. Lah kau makan siang sama kami, itupun numpang.”"Jadi kalian n
Georgino sudah menyelesaikan pekerjaannya. Sudah waktunya dia untuk pulang. Dia keluar dari ruangannya. Saat ingin mengunci pintunya, Georgino menoleh kebelakang ketika merasakan seseorang menghampirinya.“Kamu belum pulang?" Georgino melihat kedatangan Kiara ke ruangannya. Seharusnya Kiara sudah pulang dari jam empat tadi. "Kenapa nggak suruh sopir di rumah menjemput?”“Gapapa bang. Kasihan pak Joko kalau datang ke sini, jadi aku milih nunggu abang aja. Kebetulan tadi ibu Leni juga belum pulang karena banyak kerjaan, jadi aku bantuin dia aja sambil nunggu abang."Yasudah, ayo pulang.”Saat keluar dari gedung fakultas, Georgino meminta Kiara untuk duluan pergi ke mobil.“Abang mau kemana?” tanya Kiara penasaran.“Mau manggil Clara, katanya dia belum pulang. Jadi abang ke sana dulu manggil dia.”"Ini sudah sore kali bang, mungkin kak Clara udah pulang.""Enggak, tadi dia nge-chat abang kalau dia masih ada di kampus."Meski tampak kesal, Kiara tetap memperlihatkan senyumannya lalu meng
“Dari mana saja kau?” Itulah kalimat pertama yang didengarnya ketika Clara memasuki rumah. Clara terkejut karena dirinya sudah disambut oleh Georgino yang berdiri tegak tak jauh dari tempatnya berada. Tak lama kemudian muncullah Carissa. Wanita itu lega kala melihat sosok Clara sudah terlihat didepan matanya. “Clara kamu sudah pulang nak. Oh syukurlah.” Ibu dari Georgino dan Sebastian itu baru kembali dari dapur setelah membuatkan kopi untuknya sendiri. Carissa berjalan menuju ke meja untuk meletakkan gelas yang sedang dipegangnya karena ingin menghampiri menantunya. “Iya Ma.” balas Clara. Ketika dia ingin berjalan mendekati ibu mertuanya, langkahnya jadi terhenti karena perkataan Georgino. “Kau belum menjawab pertanyaanku, Clara!” tekan Georgino dengan memberi tatapan menghunus tajam pada Clara. “Apa sudah puas berkencannya? Bahkan kau terlihat baik-baik saja sekarang.” “Ke-kencan?” “Iya, jadi apa lagi. Kedua temanmu bilang kalau kau sudah dalam perjalanan pulang dengan kakak
Brak!Clara menutup pintu kamar dengan kuat. Kerasnya suara benturan pintu itu tidak sebanding dengan rasa kesal yang menggerogoti hati Clara.Suasana hati Clara mendadak sedang tidak baik-baik saja membuatnya jadi malas untuk berangkat ke kampus.“Rotiku ketinggalan lagi di sana.”Clara terus melangkah dan duduk di tepi ranjang. Dia memegang perutnya yang belum terisi oleh makanan. Clara memejamkan matanya lalu merutuki kejadian di dapur tadi sehingga membuatnya jadi melupakan roti panggangnya lupa dia bawa.“Sssh, tanganku masih terasa panas lagi.”Clara beranjak dari duduknya, dia bergerak cepat membuka kancing kemejanya untuk mengganti dengan kaus rumahan. Barulah setelah itu nanti Clara akan mengobati tangannya yang terluka karena tumpahan air panas tadi.Di sana Clara sudah membuka kemejanya dan menyisahkan tanktop putih menutupi tubuhnya.Arrhgh!!! Clara berteriak ketika Georgino tiba-tiba masuk ke dalam kamar mereka. Clara pikir Georgino akan berada di sana untuk mengobati luk
“Sejak kapan kau berhubungan dengan temannya Clara?” tanya Georgino dengan tatapan penuh intimidasi.Georgino sedang berada di apartemen Reno. Terakhir kali Georgino datang ke sini, dia disuruh mendengarkan Reno curhat tentang ibunya yang hendak berencana melakukan pertunangannya dengan gadis pilihan ibunya.Kedatangan Georgino kali ini membuatnya jadi syok mendengar pengakuan Reno yang mengatakan kalau Reno ternyata diam-diam sudah menjalin sebuah hubungan dengan salah satu teman istrinya, yakni Karina.Hari masih siang, tapi Reno berhasil membuat Georgino kesal karena menyeretkan masuk ke dalam permasalahannya kali ini.“Belum lama ini sih.”“Oh masih baru berarti. Kau mencintainya?”Reno menghela nafas berat. “Kalau aku tidak mencintainya, nggak mungkin aku sampai menyuruhmu datang ke sini. Kau bahkan tidak memberikan nomor ponselnya Clara padaku,” ucap Reno menatap Georgino kesal.“Secepat itu?” Georgino masih tidak percaya, bahkan Reno putus dengan kekasihnya belum lama ini, dita
“Baiklah, besok aku akan pergi ke sana.” Clara menutup panggilan telponnya. Clara menoleh ketika pintu kamarnya terbuka. Ada Georgino yang berdiri di sana lalu berjalan pelahan memasuki kamar.Seperti tidak ada niat untuk menyambut kepulangan sang suami, dia melangkah acuh menuju kasur dan duduk ditepi ranjang kemudian memainkan ponselnya.Georgino di dekat meja untuk meletakkan tas kerjanya di sana.“Apa masih sakit?”Clara tidak menjawab, dia sibuk memainkan ponselnya. Georgino mendekat, "Hei", panggil Georgino. "Aku sedang berbicara denganmu.”"Oh. Kau memanggilku— sorry, saking sibuknya dengan ponsel.” Clara berpura-pura seakan-akan tidak mendengarnya tadi.Clara mengalihkan pandangannya dan jadi salah tingkah karena Georgino hanya diam namun terus memandangnya dengan tajam. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Clara tidak tahan lagi saat ditatap seperti itu oleh Georgino.Pria itu mengabaikannya, Georgino masih menatap Clara dengan intens. "Apa masih sakit?" Georgino kembali bert
“Ra, bisa diam napa, gue jadi pusing lihat lo mondar-mandir gitu.”Karina menoleh menghadap Tasya lalu menatap Clara lagi. “Betul tuh. Apa udah nggak sakit lagi. Lo kan baru siap coblos semalam?”Keduanya sedari tadi sibuk memperhatikan Clara yang mondar-mandir seperti setrika sejak mereka memberitaukan bahwa Georgino bersama Kiara diperpustakaan.‘Sial. Udah dapat enaknya aja, berani juga dia asik-asik’an dengan si Kiara itu.’“Kalian tidak berbohong, kan? Mereka nggak ngapa-ngapain, kan?” tanyanya yang tidak tahan lagi karena penasaran di dorong rasa cemburu. Maybe.“Tadi sih nggak ada. Cuma Kiara aja nabrak kak Darian habis itu dia pergi, makanya kami bisa bertemu dengan pak Gino.” sahut Karina.“Tapi bisa aja, kan pas kita pergi dia jumpai pak Gino lagi.” timpal Tasya membuat Karina terlebih Clara menatap heran ke arah gadis itu.“Lo kok gitu sih Sya.” Karina memukul kakinya Tasya.Tasya terkekeh ditempatnya melihat Clara yang sudah meringkuk di sofa panjang di depannya. Dari waj
Clara sudah berada di dalam kamarnya lagi tengah berbaring memeluk gulingnya dengan erat sembari memikirkan sesuatu yang membebani pikirannya.“Kenapa ya? Heran aja gitu, tumben-tumbenan aja dia mau balik ke sini. Biasa juga harus dipaksa dulu, itupun kalau boleh dihitung biasanya cuma setahun sekali, udah kayak anniversary aja.” Clara bergumam pelan.Suara ketukan pintu membuat Clara menoleh ke arah pintu. “Siapa?” Clara bertanya pada dirinya sendiri. “Mama kan baru pergi lagi? Apa bibi? Tapi ngapain?”Meski merasa malas, Clara memaksa dirinya berjalan membuka pintu kamar. Saat pintu terbuka, Clara dengan wajah melongoh terkejut melihat kehadiran kedua sahabatnya.“Hai.” sapa Karina.“Kalian sejak—Maksudku ngapain kalian kesini?”Karina tidak menjawab, dia tersenyum-senyum sendiri karena sikap Clara yang sangat menggemaskan saat ini. Clara terlihat lucu dimatanya kalau sedang dalam mode blo-on“Gila. Rumah suami lo besar juga ya. Rumah orang tua gue nggak ada apa-apanya.” decak Karin
“Semoga tim kak Darian menang. Sayang kita nggak bisa datang, mana si Clara juga ijin nggak masuk lagi.” tutur Karina.“Katanya sih sakit.” timpal Tasya. “Tapi sumpah deh aku jera kalau mau ngajak dia ke bar lagi. Tatapan pak Gino waktu itu seram. Untung si Clara bertingkah, jadi bisa ngalihin perhatian dia.”“Masa sih.” seru Karina tidak percaya.“Kau mah nggak tau. Kan kau lagi mabuk juga waktu itu.”Di kampus, Tasya dan Karina sudah berjalan keluar dari gedung fakultas mereka. Untuk hari ini mereka hanya satu jadwal matkul saja. Jadi setelah tidak memiliki kegiatan lagi.“Kita mau kemana?”“cari makan dulu, siap itu kita pergi lihat Clara.”“Memang kau tau dia tinggal dimana?”“Kan bisa ditanya nanti sama Clara lewat telpon, kalau nggak sharelock.”Langkah keduanya mendadak terhenti ketika melihat sosok pria yang sangat dia kenal.“Pak Gino.”Tasya dan Karina saling tatap-tatapan. Sepertinya pikiran mereka saling terhubung hingga tanpa dikomando terlelebih dahulu, baik Karina dan
“Apa yang kau kau lakukan di dalam sana? Udah lumutan aku gara-gara nungguin kalian.”Georgino malas menanggapinya, dia menatap Haris dengan raut wajah datar. “Berisik.” ucapnya singkat, namun wajahnya tampak begitu kesal. “Kalau kau memang nggak mau kerja samaku lagi mending kembali ke Singapura sana.”Haris mencebikkan bibirnya. “Santai napa bos. Sensi amat.”Georgino mengulurkan tangannya mengambil paper bag yang dipegang sama Haris. Dia membukanya untuk memeriksa barang yang dibawakan oleh asistennya itu.“Pakaian dari rumah, kan?”“Iya. Aku mana tau ukuran baju istrimu, jadi mending ke rumah aja, eh syukurnya ada nyonya besar di rumah. Jadi gampang deh, yang susahnya cuma nungguin kalian di sini.”“Orangtuaku udah pulang?” Georgino mengabaikan ucapan terakhir dari Haris.“Sudah, makanya pakaian nona Clara mamamu yang ngambilin.”“Oke, terima kasih. Kalau begitu kau boleh pulang.”“Tentu saja... eh tapi kalian mau pulang sekarang, kan? Mamamu tadi nanyain. Kau sih orang nelpon ngg
Keesokan harinya Clara terbangun dari tidurnya, dia memegang kepalanya yang serasa mau pecah. Sementara disebelahnya, Georgino merasa masih ngantuk, langsung menarik Clara ke dalam dekapannya. "Jangan bergerak. Lebih baik kau tidur lagi.”Mendengar suara serak Georgino membuat mata Clara melotot sempurna. Dia menoleh dan melihat Georgino dalam keadaan shirtless alias bertelanjang dadanya.Merasakan ada sensasi hangat yang terhantar karena tubuh mereka saling bersentuhan, sontak Clara menyibak selimut dan melihat tubuhnya dalam keadaan polos yang sedang didekap oleh Georgino.“Akkkhhh.”Clara menjerit kala melihat sesuatu tersembunyi di dalam selimut dan sukses membuat Clara kembali menutup selimutnya. Clara segera terduduk membuat tidur Georgino jadi terganggu.“Kenapa kau berisik sekali?!”“Apa yang sudah kau lakukan padaku?” cecar Clara dengan tatapan sinis bercampur marah.“Memangnya apa yang sudah kulakukan padamu?”Clara menggeram tak percaya. Ingin bertanya, justru pria itu ya
“Clara! Gadis ini,” Georgino merasa mendadak merasa pusing menghadapi tingkah Clara.Gadis itu memisahkan diri dari Georgino yang sedang melakukan check in hotel. Mau tidak mau Georgino harus datang menjemput Clara yang terlihat menunjuk ke arah dinding.“Apa yang kau lakukan di sini?”Clara melihat Georgino sebentar lalu tersenyum senang.“Aku mau lukisan ini. Cantik.”Menyadari Clara ingin menggapai lukisan itu, Georgino pun dengan cepat mencegah. Tanpa berpikir panjang Georgino langsung menarik tangan Clara menuju meja resepsionis.Sedari tadi tingkah mereka tak luput dari perhatian dari para resepsionis di sana. Georgino kembali lanjut menyelesaikan adminitrasinya sementara Clara terkurung karena dikekep oleh oleh salah satu tangan Georgino. Antisipasi agar Clara tidak berulah lagi.“Dia istri saya.”Georgino akhirnya kembali membuka suaranya dan memberitau kalau perempuan yang ada disampingnya itu adalah istrinya. Pasalnya sedari tadi resepsionis hotel itu terus menatap aneh ke a
Acara seminar sudah selesai, Darian terburu-buru meninggalkan kampus. Mobilnya keluar dari parkiran dan melaju meninggalkan kawasan kampus.. Ia membawanya mobilnya dengan kecepatan tinggi karena terburu-buru mengejar sesuatu.Tiba-tiba ketika di gerbang kampus, ada seorang gadis yang berjalan keluar tanpa memperhatikan jalannya karena fokus memainkan ponsel. Darian yang telat menyadarinya langsung membantir stir tapi naas, mobilnya ternyata tetap mengenai gadis itu hingga tak sadarkan diri.Darian mendapati ada luka di dahi dan pelipisnya, tapi dia mencoba untuk mengabaikannya dan langsung turun dan keluar untuk menemui orang itu.“Sial. Dia pinsan lagi.” Umpat Darian saat melihat gadis itu tertidur tengkurap di jalan.Darian mendekat dan membalikan tubuh korban dari mobilnya. Darian seperti pernah melihat dan mengenali gadis itu.Darian menatap ke sekelilingnya. Melihat tidak ada orang pada moment itu, Darian pun buru-buru membawanya masuk ke dalam mobil. Jika ada yang tau, bisa ruy
“Mama mau kemana?”Sepulang dari kampus Clara melihat mertuanya tampak bersiap-siap hendak pergi ke suatu tempat.“Sayang, apa sudah siap?” Tiba-tiba Reinard muncul menghampiri istrinya dan menantunya. “Eh kamu sudah pulang,” ucap Reinard saat baru menyadari keberadaan Clara.“Iya Pa.” balas Clara sekenanya. “Ini Papa dan Mama pada mau kemana?”“Mau ke Singapura sayang,” jawab Carissa sambil membetulkan dasi yang dikenakan oleh Reinard.“Singapura? Ngapain Ma? Ada urusan kerja ya?”“Iya, sekalian juga menghadiri acara pernikahan putri dari rekan kerja papamu.”Clara hanya mengangguk. “Memang berapa hari mama dan papa di sana?”“Paling dua tiga hari sayang. Sehabis pesta, besoknya kami langsung pulang.” jawab Carissa sementara Reinard sedang sibuk menghubungi seseorang di ponselnya.“Bukan besok ya pestanya?”Carissa mengeleng. “Lusa. Kalau besok Mama dan Papa liburan dulu.”“Seandainya Gino nggak ada kegiatan seminar, udah kamu dan Gino yang mama suruh pergi ke sana,” tambah Carissa