Share

5. Arisha Sakit atau Hamil?

Penulis: Buna Faeyza
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Ari, ngapain kamu di hotel?” Asyila memperhatikan sang adik dari ujung kepala hingga kaki. Tidak hanya itu, Asyila pun menghidu bau parfum yang menguar dari tubuh dan pakaian Arisha.

“A–Ari habis ketemu teman kampus, kami ramai-ramai di sini dan semuanya perempuan, Kak,” ucap Arisha.

“Di kamar nomor berapa?” tanya Asyila menantang. “Apa temanmu ada yang memakai parfum lelaki?”

Arisha membeku, ia menoleh ke belakang berharap Biantara tidak keluar dari kamar. Ia benar-benar merasakan tersiksanya menjadi orang ketiga. Arisha juga ingin cepat-cepat pergi dari Asyila, ia takut sang kakak menyadari jika parfum yang tercium dari tubuhnya adalah milik Biantara.

“Kenapa diam? Aku berhak tahu, kamu datang ke sini sama siapa dan bertemu siapa. Aku ini kakakmu!” Asyila tersenyum seolah puas melihat sang adik terlihat buruk.

Sejak dulu ibunya selalu membandingkan dirinya dengan sang adik. Walaupun Arisha bukan anak kandung, tetapi karena Arisha selalu terlihat baik dalam pergaulan dan penurut, Anin memberikan nilai lebih pada Arisha.

“Ari harus pulang, Kak. Ibu sudah nunggu Ari,” kata Arisha.

“Ibu harus tahu jika anak kesayangannya sedang berada di hotel dan menjual diri,” ucap Asyila tersenyum puas.

Karena Anin begitu menyayangi Arisha dan begitu memperjuangkan masa depan Arisha, hingga Asyila meminta pada Biantara untuk menanggung kehidupan keluarganya juga. Asyila sangat muak melihat Arisha yang selalu bersikap polos dan selalu mengambil hati ibunya. Namun, kini Asyila bisa melaporkan apa yang ia lihat pada Anin agar tidak lagi mengagungkan sikap polos Arisha.

“Kak, aku tidak jual diri,” ucap Arisha.

“Kalau begitu, tunjukkan aku di mana kamar teman-temanmu, ayo!” Asyila menarik lengan Arisha.

Arisha menarik lengannya. “Maaf Kak, Ari harus pulang!”

Usai mengatakan itu, Arisha tidak pikir panjang lagi, ia gegas berlari meninggalkan Asyila dan Bayu. Arisha segera memesan taksi untuk membawanya kembali ke rumah. Ia benar-benar takut jika Asyila melaporkan pada Anin.

“Kenapa aku harus berada di situasi seperti ini!” Arisha memejamkan matanya dan membiarkan air matanya lolos.

Sesaat Arisha turun dari taksi, wanita itu melihat mobil baru saja meninggalkan halaman rumahnya. Arisha kenal sekali dengan mobil yang sering membawa kakaknya. Ya, mobil yang baru saja pergi adalah milik Bayu.

“Berarti Kak Asyila sudah sampai lebih dulu dan mungkin sudah menceritakan pada Ibu,” kata Arisha dalam hati.

Arisha bimbang, ia tidak tahu harus masuk ataukah pergi lagi. Jika ia pergi, maka Anin pasti akan percaya dengan apa yang dikatakan Asyila. Namun, jika Arisha masuk pun, ia tidak akan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari ibunya.

Arisha menghela napas. “Aku harus masuk.”

Sebelum wanita itu masuk, ia menghapus lebih dulu semua pesan dan log panggilan di ponselnya. Arisha terpaksa harus memblokir nomor Biantara untuk sesaat, Arisha tidak ingin di dalam nanti Anin penasaran dan mengecek ponselnya. Usai melakukan semuanya, Arisha membuka pintu pagar dan berjalan masuk ke rumah.

“Apa yang kamu lakukan di hotel, Ari? Apa benar yang dikatakan kakakmu? Kamu di dalam kamar hotel bersama seorang lelaki?”

Baru saja Arisha membuka pintu, ia sudah disambut dengan pertanyaan-pertanyaan dari Anin. Anin menghampirinya dan seketika menampar Arisha. Terlihat sorot kekecewaan di mata Anin.

Arisha memegang pipinya yang terasa panas. “Yang dikatakan Kak Asyila tidak sepenuhnya benar, Kak Asyila tidak tahu apa pun tentang Ari tadi, Bu.”

“Sekarang kamu nuduh aku bohong, sudah jelas tadi kamu ketakutan saat aku ingin melihat siapa saja temanmu dan kamu malah kabur begitu saja, ada Mas Bayu kok saksinya,” ucap Asyila.

Mata Anin melebar dan menatap Asyila. “Jadi kamu ke hotel sama Bayu? Kamu bagaimana sih, Syila! Kamu ini kan sudah punya suami!”

“Kenapa Ibu jadi marahin aku sih? Ibu kan memang sudah tahu kalau aku punya hubungan sama Mas Bayu, lagian aku hanya mengantar Mas Bayu ketemu klien,” ucap Asyila.

“Klien apa sih malam-malam seperti ini? Kalian berdua benar-benar tidak ada yang bisa ibu percaya. Ibu tuh khawatir dengan kalian, tapi sepertinya ibu tidak penting untuk kalian!” Anin membawa langkahnya meninggalkan kedua putrinya.

Arisha hendak mengejar Anin, tetapi Asyila menahan lengannya. “Mau ke mana kamu!”

“Ari mau jelaskan ke Ibu,” ucap Arisha.

“Kamu benar-benar bermuka dua, sok polos di depan Ibu, tapi sudah seperti jalang di luar sana!” Asyila mendorong tubuh Arisha, kemudian keluar dari rumah itu.

Arisha hanya bisa menangis, di saat seperti ini. Semua tuduhan yang buruk sudah mengarah padanya. Namun, Arisha tidak dapat membela dirinya sendiri hanya kebohongan dan kebohongan lagi yang terucap dari bibirnya.

***

Hari ini genap dua bulan usia pernikahan Arisha dan Biantara. Selama 2 bulan itu pula, mereka sering bertemu di hotel secara sembunyi-sembunyi. Arisha sudah bosan berbohong pada ibunya hanya untuk bertemu dengan Biantara dan terkadang pulang larut malam, bahkan pagi.

“Sudah siang, kamu masih saja di tempat tidur. Memangnya kamu tidak kuliah?” tanya Anin saat baru saja membuka pintu kamar Arisha.

“Ari demam, Bu. Boleh ya Ari tidak masuk kuliah dulu,” ucap Arisha yang masih betah berada di bawah selimut.

Anin berjalan menghampiri Arisha. “Ibu kan sudah bilang kamu tuh jangan terlalu sering keluar malam, sekarang malah demam!”

Anin mengecek kening Arisha dengan punggung tangannya. “Panas sekali, kita tidak punya persediaan obat di rumah. Kita ke rumah sakit saja ya.”

“Tidak, Bu. Ari cuma demam biasa, nanti Ari pesan obat penurun demam. Ibu tenang saja ya,” ucap Arisha.

“Ya sudah kamu istirahat, ibu buatkan bubur untuk kamu sebelum minum obat,” ujar Anin.

Mendengar itu, perut Arisha tiba-tiba saja bergejolak mual. Wanita itu pun segera turun dari ranjang dan ke kamar mandi. Arisha benar-benar tidak nyaman dengan perutnya, ia pun memuntahkan isi perutnya.

“Ari,” panggil Anin lirih.

Anin menatap Arisha penuh pertanyaan, hatinya tiba-tiba saja tidak menentu. “Kamu tidak apa-apa?”

“Ari baik-baik saja, Bu. Ari hanya mual biasa, sepertinya Ari juga masuk angin,” ucap Arisha.

Arisha menatap Anin yang matanya sudah berair. “Ibu kenapa? Ibu sakit?”

“Apa kamu terlambat datang bulan, Ari?” tanya Anin. Hati seorang ibu mana yang tidak khawatir dengan anaknya yang selalu keluar malam dan kini muntah-muntah, terlebih Anin pernah mendengar jika putri sulungnya berada di hotel bersama laki-laki.

Arisha tergemap mendengar pertanyaan Anin. Bibirnya seketika terkunci. Arisha tidak mampu menjawab pertanyaan Anin.

“Arisha jawab ibu!” Kedua tangan Anin berada di bahu Arisha, wanita paruh baya itu mengguncang tubuh putrinya.

“Ibu kenapa bertanya seperti itu sih? Maaf, Ari mau istirahat, Bu.” Arisha meninggalkan Anin, ia berusaha untuk menghindar dari pertanyaan sang ibu.

“Arisha … angkat kaki dari rumah kalau terbukti kamu hamil!” ucap Anin dengan suara yang bergetar.

Seketika Arisha menjatuhkan air matanya.

Bab terkait

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   6. Pengusiran Arisha

    Arisha tidak mengerti dengan kondisinya saat ini. Mulai pagi hingga siang, perutnya terasa mual, bahkan Arisha bertambah mual ketika mencoba mengisi perutnya. Kepalanya terasa berat dan berputar-putar membuat wanita itu duduk dan merebahkan kepalanya di meja makan.“Sepertinya aku harus ke klinik, semoga perut dan kepalaku bisa diajak kerja sama,” gumam Arisha.Anin datang menghampiri Arisha dan melempar beberapa test pack di meja makan. “Cepat tes!”Arisha terkesiap dan mengambil tiga benda berbungkus tipis itu. Baru membaca saja, Arisha sudah paham bahwa itu adalah alat tes kehamilan. Arisha benar-benar takut jika hasil menunjukkan bahwa dirinya tengah hamil.“Ibu curiga sama Ari?”“Iya, ibu curiga sama kamu! Akhir-akhir ini kamu mulai membangkang, Ari! Kamu selalu pulang malam dan ibu tidak tahu kamu pergi sama siapa? Mungkin dengan lelaki yang sama atau lelaki yang berbeda!” ujar Anin dengan raut wajah menahan kemarahan.Anin memang memendam kemarahannya, pikirannya sudah terlalu

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   7. Jatah Bulanan Asyila untuk Arisha

    ‘Diusir kenapa? Sekarang kamu di mana?’‘Ari.’‘Arisha!’Beberapa pesan dari nomor Biantara terabaikan oleh Arisha karena wanita itu tertidur. Sejak pesannya tidak dibalas oleh Biantara, Arisha lupa untuk me-non-aktifkan mode senyap di ponselnya. Sampai satu jam lamanya Arisha tertidur.Arisha membuka matanya dan merasakan tubuhnya yang sudah lebih membaik. Ia meraih ponselnya untuk memeriksa pesan yang sebelumnya ia kirim untuk Biantara. Arisha juga berharap Anin menghubungi dan menarik kembali ucapannya.“Mas Bian.” Arisha menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang dengan bantal sebagai alas punggungnya.‘Ari di hotel yang biasa kita datang, Mas.’ Arisha membalas pesan Biantara.“Terbaca, tapi tidak dibalas lagi,” gumam Arisha.“Lapar sekali. Sepertinya aku harus mandi dulu, setelah itu pesan makan.” Arisha beranjak dari ranjang.Arisha masih berharap jika apa yang terjadi saat ini hanyalah mimpi. Hatinya hancur ketika mengingat Anin membencinya. Arisha akui ini adalah kesalahannya, en

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   8. Menyiapkan Kamar

    Belum sempat kebingungan Arisha terjawab. Nomor Asyila sudah tertera menghubunginya di layar ponsel. Dengan segera, Arisha menjawab panggilan itu, atas permintaan Biantara.“Arisha, dasar kurang ajar kamu! Gara-gara kelakuan kamu sekarang Ibu masuk ke rumah sakit! Benar-benar anak tidak tahu diri! Gatal, bisa-bisanya Kamu hamil di luar nikah dan tidak tahu siapa orang yang sudah menghamilimu! Bodoh!” hardik Asyila di sambungan telepon.Biantara merampas ponsel Arisha dan memutuskan sambungan telepon itu. Ia tidak ingin Arisha berubah pikiran dan merasa takut.Setelahnya, Biantara mengembalikan ponsel Arisha.“Mas, Ibu masuk ke rumah sakit karena Ari,” ucap Arisha.“Kamu tenang saja, Ibu tidak akan kenapa-kenapa. Ibu pasti hanya shock saja,” ujar Biantara. “Aku akan menjenguk Ibu nanti dan mengabarkan padamu.”Baiklah, Arisha hanya bisa menurut. Biantara terlihat secara tidak langsung melarangnya menjenguk atau bertemu ibunya. Entah menuruti Biantara hal yang salah ataukah benar, sejauh

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   9. Asyila dan Bayu di Kamar Biantara

    Asyila terkejut bukan main saat melihat Arisha berada di dalam mobil sang suami. Emosinya seketika memuncak, Asyila menarik lengan Arisha untuk keluar dari mobil. Namun, Arisha menahan dirinya karena takut dengan kemarahan Asyila.Melihat itu, Biantara pun segera menghampiri Asyila. “Stop Syila!”“Kenapa Mas Bian bawa dia ke rumah kita? Mas tahu kan, kondisi Ibu drop gara-gara anak angkat yang tidak tahu diri ini!” Asyila menjauh saat Biantara berdiri di antara dirinya dan Arisha.“Bisa kan kamu tidak kasar seperti ini?” Pandangan Biantara beralih pada Arisha.“Ayo keluar dan langsung masuk ke kamar tamu!” pinta Biantara.Mata Asyila membeliak. “Jadi, kamar itu disiapkan untuk Ari? Aku nggak sudi ya, Mas!”“Ari tunggu! Jangan menginjakkan kakimu di rumahku bersama janin harammu itu!” teriak Asyila.“Sudahlah, Syila. Apa kamu tidak kasihan melihat dia yang sedang hamil tinggal di jalanan? Dia juga keluargamu, kalau Ibu tidak mau menampungnya di rumah, aku tidak masalah kalau harus mena

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   10. Perselingkuhan Vs Pernikahan yang Terbongkar

    “Sayang, ayo kita pulang ke rumahmu! Aku akan tanggung jawab dengan janin yang kamu kandung, seharusnya kamu tidak menyembunyikan kehamilanmu dariku. Aku ayah dari janinmu,” ucap Bayu sembari menggenggam tangan Arisha.Arisha berusaha melepaskan tangan Bayu. “Mas lepas! Mas Bayu ini bicara apa?”“Ada apa ini?” Biantara menarik Arisha dari Bayu.“Mas?” Asyila sempat terkejut dengan apa yang Biantara lakukan, tetapi setelahnya ia melanjutkan apa yang sudah Bayu rencanakan. “Mas Bian lepaskan Arisha, dia harus pulang ke rumah.”Biantara menatap Asyila dan Bayu bergantian. “Untuk apa kamu datang ke sini?”“Sebelumnya maaf kalau kehadiran saya mengejutkan Bapak, saya datang ke karena ingin bertanggung jawab pada apa yang sudah saya lakukan. Saya dan Arisha memiliki hubungan,” kata Bayu. Lelaki itu terpaksa beralasan akan bertanggung jawab karena tidak memiliki alasan lain dan tidak ingin terbongkar hubungannya dengan Asyila.Asyila mengangguk meskipun ia kesal dengan alasan gila dari Bayu.

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   11. Asyila Frustasi

    “Mas Bian.” Asyila segera menyembunyikan semua pakaian yang berserakan di lantai.“Tidak perlu ditutupi, aku sudah mengetahui sejak lama. Kamu bener-bener memiliki sandiwara yang bagus. Selama ini aku tertipu dengan sikap kamu yang seolah sangat mencintaiku, ternyata yang kamu inginkan hanyalah hartaku,” kata Biantara.“Aku minta maaf, Mas. Aku khilaf, semua ini aku lakukan juga untuk mencukupi kebutuhan ibuku dan Ari,” kata Asyila.Biantara tersenyum tipis. Asyila masih saja mencari alasan untuk menutupi kebusukannya. Biantara berlalu ke kamar mandi, ia merasa jijik melihat kamarnya sendiri.Asyila menggeram kesal, ia memasukan semua pakaian kotor ke keranjang, setelahnya keluar dari kamar dan menuju kamar Arisha. Ia masih belum bisa menerima jika dipoligami dengan adik angkatnya sendiri. Menurutnya, Arisha benar-benar tidak tahu berterima kasih, sudah dibiayakan kehidupannya, kini justru menikung Asyila.“Buka Ari!” Asyila menggedor pintu dengan sangat kuat.Arisha pun membukanya. “

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   12. Hujatan di Media Sosial

    Biantara gegas mengangkat tubuh Asyila dan segera membawanya ke mobil. Arisha mengikut pada Biantara, ia khawatir dengan keadaan Asyila. Akan tetapi, ada yang membuat hatinya seolah teriris, Biantara terlihat begitu khawatir dengan Asyila.Arisha duduk di kursi penumpang belakang. Memperhatikan jelas bagaimana wajah khawatir dan gelisah milik Biantara. Terlebih Asyila terus merintih.“Biarkan aku mati, Mas. Aku tidak mau dimadu, Mas,” kata Asyila.Biantara masih terdiam, lelaki itu enggan merespon ucapan Asyila. Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di rumah sakit. Ia juga memperhatikan Arisha dari spion tengah.“Ari, kamu tidak perlu ikut cemas. Aku tidak suka,” ucap Biantara.“Mas, ceraikan Ari,” ujar Asyila.Setelah beberapa menit perjalanan, mereka semua tiba di rumah sakit. Asyila segera dibawa ke IGD untuk ditangani. Sementara itu, Biantara dan Arisha menunggu di luar.“Seharusnya kamu istirahat di rumah,” kata Biantara.“Mas Bian terlihat khawatir sekali

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   13. Siapa Brian

    “Untuk apa kamu melakukan hal bodoh seperti ini, Asyila. Apa sekarang kamu menyesal karena Biantara lebih memilih wanita lain?” Anin tentu saja sangat menyayangkan perilaku Asyila yang seolah menyepelekan Biantara, lelaki yang selama ini sudah mendukung penuh biaya kehidupan mereka.“Kalau Mas Bian berselingkuh dengan wanita lain, aku tidak akan sesakit ini. Mas Bian menikahi Ari, bocah ingusan yang dulu Ibu tampung karena orang tuanya meninggal! Ari benar-benar menusuk kita!” ucap Asyila, wajahnya sudah memerah mengingat Biantara dan Arisha sudah menikah di belakangnya.Anin memejamkan matanya. “Ibu tidak menyangka Ari akan seperti ini, ibu tidak berharap dia balas budi, tapi kenapa dia tidak bisa menghargai keluarga ini?”“Itu karena Ibu terlalu memanjakan dia dan mengagung-agungkan dia. Sekarang dia jadi besar kepala dan tidak tahu diri, tapi aku tidak tinggal diam. Aku sudah berbuat sesuatu dan aku jamin Ari akan tertekan dan akan pergi dari kehidupan Mas Bian!” tutur Asyila.Ani

Bab terbaru

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   29. Datang Kembali

    "Bu, kita makan sama-sama ya," kata Arisha.Anin hanya mengurung diri di kamar setelah Asyila tak lagi di rumah. Arisha semakin tak enak hati, ia merasa bersalah ketika melihat Anin hanya murung tanpa gairah hidup. Posisinya selalu saja serba salah."Kamu saja duluan, Ibu belum lapar," ucap Anin.Arisha duduk di sisi ranjang, di mana Anin tengah berbaring. "Jangan seperti itu, Bu. Ini sudah malam, Ibu harus mengisi perut sebelum tidur nanti.""Ari tahu Ibu sangat mengkhawatirkan Kak Asyila, tetapi Ibu harus memikirkan kesehatan Ibu," ujar Arisha."Maafkan kakakmu ya, Ibu tidak menyangka kalau Asyila akan nekat. Bian benar, andai dia tak cepat-cepat datang mungkin keadaannya sudah berbeda. Ibu sudah ikhlas dengan keadaan kakakmu, semoga kamu dan Bian bisa menjalani rumah tangga sebagaimana mestinya," kata Anin.Arisha terdiam sejenak, ia menggenggam tangan Anin dan menciumnya. "Terima kasih ya, Bu. Ari minta maaf karena sudah menjadi anak yang tidak tahu diuntung, Ari menjadi anak yang

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   28. Berakhir di Sel

    "Mas tolong Kak Asyila juga. Dia sedang hamil, Ari takut terjadi sesuatu dengan kandungannya," ujar Arisha sesaat setelah Biantara membawanya masuk ke dalam mobil.Biantara bergeming, rasa sakit semakin dalam, ketika mengingat Asyila tak menginginkan kehamilan saat bersama dengannya."Aku tidak peduli," ujar Biantara.Arisha menggenggam tangan Biantara. "Mas, kasihan Kak Asyila. Mas Bayu tidak mau bertanggung jawab, Kak Asyila akan merasa sedih jika kehilangan calon bayinya, aku juga sedang hamil ... aku bisa merasakannya."Dengan perasaan berat, Biantara menuruti permintaan Arisha, ia melangkah kembali masuk ke dalam rumah. Beruntung ia tidak pernah percaya pada ucapan Asyila jika wanita itu hamil dengannya."Sekarang kamu dicampakkan orang yang kamu perjuangkan, sama sepertiku," gumam Biantara.Biantara baru saja masuk ke dalam kamar dan melihat Anin yang sedang berusaha menolong Asyila. Biantara pun segera mengangkat tubuh mantan istrinya tersebut."Bian tolong Asyila!" kata Anin.

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   27. Mencelakai Arisha

    "Apa dia memaksamu?" tanya Biantara sekali lagi saat di kamar."Tidak, Mas. Aku sudah pikirkan, aku mengkhawatirkan Ibu. Aku takut tidak ada yang menjaga Ibu, sedangkan Mas Bian terus menginginkan Kak Asyila di sini," kata Arisha.Biantara menghentikan tangan Arisha yang sedang mem*uka kancing kemejanya. "Apa kamu cemburu?""Tidak," jawab Arisha kembali fokus dengan aktivitasnya.Biantara mengangkat dagu Arisha. "Sungguh? Lalu apa alasanmu tidak mengizinkan?""Aku hanya takut kesehatan Ibu semakin drop jika melihat aku dan Mas Bian bersama," jawab Arisha."Tadi Ibu sudah melihatnya. Tidak ada masalah, bukan?" Biantara lantas menc*um bibir Arisha.Untuk sesaat tatapan mereka terpaut."Kamu tidak ingin memelukku?" tanya Biantara."Mas Bian harus mandi," ujar Arisha."Baiklah, aku akan segera mandi," ucap Biantara. "Setelah itu kamu harus memelukku, Sayang."Arisha terkekeh. "Mas Bian ada-ada saja."Tangan Biantara berada di sisi kiri dan kanan pipi Arisha. "Aku serius, atau kamu mau k

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   26. Tinggal Bersama

    Asyila berlari mengejar Biantara ketika lelaki itu hendak masuk ke dalam mobil. Arisha memperhatikan sang kakak dari teras."Mas Bian, tunggu!" Asyila menahan pintu mobil dan menutupnya.Biantara menatap nyalang. "Kamu bisa lebih sopan sedikit tidak?""Maaf, Mas. Siang ini Ibu keluar dari rumah sakit, aku minta tolong agar Ibu bisa tinggal di sini," ujar Asyila.Biantara menoleh ke belakang karena ia yakin Arisha masih berada di sana. "Aku tidak bisa memutuskannya sendiri, aku akan bicarakan pada istriku."Biantara lantas memanggil Arisha."Aku yakin Ari pasti izinkan karena itu juga ibunya Ari," kata Asyila.Asyila tersenyum, ia ingin membawa sang ibu ke rumah Biantara, bukan hanya karena tidak memiliki tempat tinggal. Akan tetapi, ia juga butuh dukungan untuk merebut kembali Biantara dari Arisha."Ada apa, Mas?" tanya Arisha."Bicaralah! Aku tidak akan mengizinkan jika istriku tidak mengizinkan, begitu pun sebaliknya," ujar Biantara pada Asyila."Arisha, hari ini Ibu sudah diperbole

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   25. Asyila Bekerja di Rumah Biantara

    Suasana makan malam berjalan sangat romantis, di mana Biantara mem-booking rooftop restoran khusus untuk mereka. Musik mengalun dengan indahnya di telinga, kelopak bunga menghampar di sekitar mereka, cahaya lilin menambah kehangatan hubungan kedua insan."Mas Bian menyiapkan ini semua untuk Ari?" Arisha tak kuasa menyembunyikan raut wajah bahagia."Ya, apa kamu senang?" tanya Biantara memastikan.Arisha mengangguk. "Tentu. Terima kasih, Mas.""Aku akan selalu membuatmu merasa senang bersamaku," ujar Biantara.Senyum Arisha perlahan memudar, ia sangat bahagia dengan kata-kata sang suami. Namun, hatinya semakin yakin jika Biantara benar-benar hanya ingin permainkan perasaannya. Pada kenyataan, Arisha berharap lebih pada Biantara, berharap tak hanya menjadikannya alat balas dendam."Ayo makan! Kamu harus makan banyak dan bergizi, aku tidak ingin calon bayiku kelaparan," ujar Biantara."Mas Bian tenang saja, Ari akan jaga calon anak kita," imbuh Arisha.Mereka memulai makan malam. Biantar

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   24. Anin di Rumah Sakit

    "Mas Bian, aku mohon bantu biaya Ibu di rumah sakit. Ibu harus segera ditangani, aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa jika bukan dengan, Mas Bian." Asyila memohon di kaki Biantara. Walaupun ia bukan anak yang baik, tetapi melihat Anin sakitnya dalam keadaan tak memiliki uang, tentu saja Asyila khawatir.Usai membawa Anin ke rumah sakit, Asyila kembali ke rumah Biantara. Ia tidak peduli dengan rasa malunya, yang terpenting baginya sang ibu bisa selamat. Biantara hanya datar menatap Asyila tanpa rasa kasihan."Kenapa tidak meminta bantuan pada kekasihmu? Apa di dalam otakmu, aku hanya mesin uangmu? Aku tidak akan memberikan sepeser uang pun pada orang yang sudah mengkhianatiku," ujar Biantara.Rasa sakit ketika Asyila mendua dengan masa lalunya, masih teramat membekas di hati Biantara. Harga dirinya teramat jatuh ketika melihat istrinya di hotel bersama lelaki lain. Terlebih Asyila rela masukkan obat tidur demi memu*kan ranjang lelaki lain."Mas Bayu tidak setia, dia membuangk

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   23. Kesialan Asyila

    Asyila terkejut ketika mendapati Bayu sedang bersama seorang wanita di dalam kamar apartemen Bayu. Setelah beberapa Minggu tak rutin mendapat kabar dari sang kekasih, Asyila nekat mendatangi Bayu di apartemen. Namun, Asyila harus menelan pil pahit karena Bayu justru bermesraan bersama wanita lain."Mas, siapa wanita ini? Apa yang kalian lakukan?" Asyila menatap tidak percaya pada Bayu. Bagaimana bisa, Bayu berada di dalam kamar bersama seorang wanita. Satu lagi, mereka berada di bawah selimut dengan tubuh bagian atas yang polos tanpa penutup.Bayu menyugar rambutnya, ia tampak kesal melihat Asyila berada di sana. Bagaimana tidak, Bayu hampir saja mencapai puncak. Namun, harus tertunda karena kedatangan Asyila."Untuk apa kamu datang ke sini, Syila. Sudah aku katakan, aku yang akan datang menemuimu!" ujar Bayu.Kedua orang itu sama-sama sibuk mengenakan pakaian mereka kembali, sementara Asyila hanya menangis. Sakit sekali melihat orang yang ia cintai tidur bersama wanita lain. Kini Asy

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   22. Permainan Segera Dimulai

    Arisha terkejut ketika melihat makanan tersedia di atas meja makan. Biantara sudah berangkat pagi-pagi sekali, pamitnya untuk mencari pekerjaan. Kini hanya menyisakan Arisha yang kebingungan."Apa Mas Bian masih punya uang? Kenapa membelikanku makanan yang kelihatannya mahal? Apa ini semua demi anaknya saja?" Arisha duduk, kemudian mengetikkan pesan di nomor Biantara.'Mas Bian sudah sarapan?'Rasanya Arisha tidak bisa makan dengan tenang sebelum tahu kabar Biantara pagi ini. Mungkin terlalu berlebihan, tetapi yang Arisha tahu, Biantara tidak memiliki uang. Pagi ini pun ia tidak tahu Biantara mencari pekerjaan ke mana.Arisha segan untuk bertanya mengenai kondisi Biantara, entah mengapa secara tiba-tiba kondisi keuangan Biantara drop, bahkan semua aset disita bank.'Aku sudah makan. Tolong habiskan makanan yang aku siapkan dan jangan membiarkan calon bayiku tersiksa. Tetaplah di rumah sampai aku pulang nanti.'Entah benar atau tidak yang dikatakan Biantara. Namun, Arisha bisa sedikit

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   21. Terlilit Hutang

    "Mas Bian, kenapa kusut sekali?" tanya Arisha saat melihat Biantara pulang dari restoran tanpa semangat.Arisha mencium punggung tangan Biantara. "Maaf kalau Ari salah bicara.""Tidak apa-apa. Aku mau kasih tahu sesuatu, tapi kamu tidak boleh terkejut," ujar Biantara."Bagaimana kalau kita ngobrol di dapur saja, sekalian Ari buatkan minuman," ucap Arisha.Biantara setuju, mereka segera ke dapur. Entah apa yang akan Biantara katakan, tetapi melihat wajah Biantara seperti saat ini, rasanya Arisha tidak tega. Arisha khawatir ini akan ada hubungannya lagi dengan sang kakak."Aku terlilit hutang, restoranku terancam disita bank," ucap Biantara.Walaupun sudah dilarang untuk terkejut, nyatanya Arisha tetap terkejut. Ia menarik satu kursi meja bar dan duduk di samping Biantara. Arisha juga mendekatkan teh hangat yang ia buat untuk Biantara."Emm, Mas Bian minum dulu ya. Maaf kalau Ari terkejut," kata Arisha."Kamu boleh pergi dariku kalau tidak sanggup. Kamu tidak menolak mati-matian menikah

DMCA.com Protection Status