Biantara gegas mengangkat tubuh Asyila dan segera membawanya ke mobil. Arisha mengikut pada Biantara, ia khawatir dengan keadaan Asyila. Akan tetapi, ada yang membuat hatinya seolah teriris, Biantara terlihat begitu khawatir dengan Asyila.Arisha duduk di kursi penumpang belakang. Memperhatikan jelas bagaimana wajah khawatir dan gelisah milik Biantara. Terlebih Asyila terus merintih.“Biarkan aku mati, Mas. Aku tidak mau dimadu, Mas,” kata Asyila.Biantara masih terdiam, lelaki itu enggan merespon ucapan Asyila. Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di rumah sakit. Ia juga memperhatikan Arisha dari spion tengah.“Ari, kamu tidak perlu ikut cemas. Aku tidak suka,” ucap Biantara.“Mas, ceraikan Ari,” ujar Asyila.Setelah beberapa menit perjalanan, mereka semua tiba di rumah sakit. Asyila segera dibawa ke IGD untuk ditangani. Sementara itu, Biantara dan Arisha menunggu di luar.“Seharusnya kamu istirahat di rumah,” kata Biantara.“Mas Bian terlihat khawatir sekali
“Untuk apa kamu melakukan hal bodoh seperti ini, Asyila. Apa sekarang kamu menyesal karena Biantara lebih memilih wanita lain?” Anin tentu saja sangat menyayangkan perilaku Asyila yang seolah menyepelekan Biantara, lelaki yang selama ini sudah mendukung penuh biaya kehidupan mereka.“Kalau Mas Bian berselingkuh dengan wanita lain, aku tidak akan sesakit ini. Mas Bian menikahi Ari, bocah ingusan yang dulu Ibu tampung karena orang tuanya meninggal! Ari benar-benar menusuk kita!” ucap Asyila, wajahnya sudah memerah mengingat Biantara dan Arisha sudah menikah di belakangnya.Anin memejamkan matanya. “Ibu tidak menyangka Ari akan seperti ini, ibu tidak berharap dia balas budi, tapi kenapa dia tidak bisa menghargai keluarga ini?”“Itu karena Ibu terlalu memanjakan dia dan mengagung-agungkan dia. Sekarang dia jadi besar kepala dan tidak tahu diri, tapi aku tidak tinggal diam. Aku sudah berbuat sesuatu dan aku jamin Ari akan tertekan dan akan pergi dari kehidupan Mas Bian!” tutur Asyila.Ani
Biantara memutuskan sambungan telepon saat tidak ada jawaban dari Arisha. Wajahnya memerah, ia tidak ingin apa yang pernah dilakukan Asyila kembali diulang oleh Arisha. Biantara tidak ingin dikecewakan oleh kakak beradik itu.“Siapa Brian itu?” Di perjalanan, Biantara tidak tenang memikirkan hal itu. Ia sampai harus mengurungkan niatnya saat seharusnya ia masuk ke dalam restoran.“Aku tidak akan membiarkanmu menjalin hubungan dengan lelaki lain. Kamu hanya harus patuh terhadapku, Ari!” Biantara mencengkram kuat setirnya.Setelah beberapa menit, ia sudah sampai di apartemen dan segera masuk ke dalamnya. Ia melihat Arisha sudah berganti pakaian, tidak seperti sebelumnya saat ia berangkat ke restoran. Biantara mendekat pada Arisha.“Mas Bian?” Arisha terkejut melihat kedatangan Biantara.“Mau ke mana kamu? Mau bertemu Brian?” tanya Biantara tempat di hadapan Arisha.Biantara menggeleng. “Ari tidak mungkin melakukan itu, terpikirkan saja tidak.”“Lalu siapa Brian itu? Kenapa kamu mengatak
Pagi ini, usai Biantara, Arisha, Asyila dan Anin selesai sarapan. Kini, Biantara berpamitan dan mencium kening Arisha. Perlakuan Biantara tentu saja menjadi pusat perhatian Asyila dan Anin, Asyila berharap ia juga diperlakukan sama dengan Arisha karena tidak ingin merasa kalah dari Arisha. Namun, kenyataannya Biantara beranjak pergi setelah memperlakukan Arisha sangat baik.“Mas.” Asyila mengejar Biantara. “Apa aku tidak penting lagi untuk Mas Bian? Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Bayu, kami tidak ada hubungan apa pun lagi.”“Lalu? Apa maumu?” tanya Biantara berhenti tepat di hadapan Asyila membuat langkah wanita itu berhenti mendadak.Asyila berjalan dan berdiri di hadapan Biantara. “Aku mau kita mengulang semuanya dari awal, aku benar-benar menyesal.”“Kamu yakin, tidak akan menyesali keputusanmu ini?” tanya Biantara dengan satu alis yang terangkat.Asyila mengangguk. “Aku yakin, aku ingin kita kembali baik seperti dulu. Aku rindu diperlakukan manja, aku rindu semua yang ada
“Kamu tidak apa-apa, Ari?” Biantara menelusuri wajah Arisha dan merapikan rambut wanita itu.Biantara menatap Asyila dengan rahang yang mengeras. Ia sangat marah karena mengingat kondisi Arisha sedang hamil anaknya, yang tentu saja anak itu hal yang paling dinantikan Biantara. Beruntung ia kembali masuk ke dalam karena ponselnya tertinggal.“Apa yang kamu lakukan pada Ari?” bentak Biantara pada Asyila.“Bian! Jangan keterlaluan sikap kamu sama Asyila, sekarang kamu juga bersalah karena menikahi adik angkat istrimu sendiri. Jadi, jangan merasa benar sendiri dan paling tersakiti, kamu dan Asyila tidak ada bedanya,” ujar Anin terpancing emosi karena putrinya dibentak oleh suaminya sendiri hanya karena membela seorang madu.“Jangan samakan aku dengan kelakuan murahan Asyila!” Biantara tentu tidak senang disamakan dengan Asyila.Anin menatap Asyila yang hanya diam tanpa mengatakan apa pun. “Bicara Asyila! Apa kamu tuli? Kamu masih berharap sama Bian? Dua orang ini sudah mengkhianati kamu!”
"Kenapa panas sekali? Aku baru saja mandi," ucap Biantara.Asyila tersenyum, ia tahu apa yang dirasakan Biantara karena dirinya pun merasakan hal sama. Rasa panas yang menjalar ke seluruh tubuh, ditambah ada hasrat yang ingin segera terpenuhi. Asyila mencium bibir Biantara dan memeluknya."Mas, malam ini aku milik kamu." Asyila berisik di telinga Biantara dengan gayanya yang sensual.Biantara menelan kasar liurnya dan mendorong Asyila ke ranjang. "Apa yang kamu taruh ke dalam minumanku, Syila?""Mas, nikmati saja malam ini. Aku juga menginginkannya." Asyila bergerak gelisah di bawah kungkungan Biantara, tangannya meremas pakaian sang suami.Hasrat ingin disentuh, kian menguasai raga Asyila. Namun, Biantara tidak kunjung menunjukkan aksinya. Tangan Asyila mendekap tubuh kekar di atasnya."Mas sentuh aku! Aku tidak tahan lagi," ucap Asyila.Biantara tersenyum kecil, kini ia tahu minumannya telah dimasukkan obat perangs*ng. Biantara menarik dirinya dan berdiri di sisi ranjang, ia senang
"Bagaimana, tidak terjadi apa-apa, bukan? Aku sudah katakan, aku hanya ingin berdamai dengan keadaan, aku sedang berusaha menerima kamu yang ternyata bukan hanya adik angkatku, tetapi juga adik maduku. Walaupun ini berat, tetapi demi Mas Bian aku rela melakukan ini," ucap Asyila sesaat setelah memberikan minum kepada Arisha.Arisha terdiam sembari memegang gelas di tangannya."Kamu seorang perempuan kamu pasti tahu rasanya dimadu dengan seorang wanita yang sudah dianggap keluarga sendiri," ungkap Asyila."Maafkan aku, Kak. Bukan aku senang melakukan ini, tetapi aku juga tidak bisa menolaknya, Mas Bian akan menghancurkan hidupku dan Kakak jika aku menolak pernikahan ini," ucap Arisha menatap sang kakak yang duduk di hadapannya.Asyila mengangguk. "Untuk itu bekerja samalah denganku, berbagi Mas Bian denganku. Aku lebih berhak atasnya, tetapi justru aku tidak bisa tidur dengan suamiku sendiri. Aku tidak ingin menguasai Mas Bian sendirian, aku minta kamu juga tidak menguasai Mas Bian.""A
"Ari, dimana Asyila?" tanya Biantara.'Tadi pagi pamit mau ke rumah Ibu," jawab Arisha. "Maaf Mas, kenapa Mas Bian tidak memberi Kak Asyila uang? Apa Mas Bian sudah berhenti memberikan jatah untuk Ibu? A--apa aku boleh memberikan sedikit uangku untuk Ibu?""Itu bukan urusanmu, aku sudah memberi uang untuk Ibu, tetapi semuanya sudah aku batasi. Jangan bertindak jika tidak ada izin dariku, kamu mengerti?" tanya Bian, Arisha menganggukinya.Biantara duduk di sofa ruang tamu, ia tidak percaya jika Asyila pergi ke rumah Anin. Ia justru berpikir Asyila pergi bersama Bayu. Dimanja dengan hartanya saja, Asyila masih bisa berkhianat, apalagi saat ini ia tidak memberi fasilitas untuk istrinya tersebut."Aku akan lihat jam berapa kamu pulang." Biantara menyimpan satu kakinya di atas kaki yang lain."Apa gunanya aku menyiksamu dengan tidak memberimu uang, jika kamu bisa melakukan kesenanganmu di luar sana bersama Bayu," gumam Biantara.Arisha tidak tahu harus berkata apa mendengar semua ucapan Bi
"Bu, kita makan sama-sama ya," kata Arisha.Anin hanya mengurung diri di kamar setelah Asyila tak lagi di rumah. Arisha semakin tak enak hati, ia merasa bersalah ketika melihat Anin hanya murung tanpa gairah hidup. Posisinya selalu saja serba salah."Kamu saja duluan, Ibu belum lapar," ucap Anin.Arisha duduk di sisi ranjang, di mana Anin tengah berbaring. "Jangan seperti itu, Bu. Ini sudah malam, Ibu harus mengisi perut sebelum tidur nanti.""Ari tahu Ibu sangat mengkhawatirkan Kak Asyila, tetapi Ibu harus memikirkan kesehatan Ibu," ujar Arisha."Maafkan kakakmu ya, Ibu tidak menyangka kalau Asyila akan nekat. Bian benar, andai dia tak cepat-cepat datang mungkin keadaannya sudah berbeda. Ibu sudah ikhlas dengan keadaan kakakmu, semoga kamu dan Bian bisa menjalani rumah tangga sebagaimana mestinya," kata Anin.Arisha terdiam sejenak, ia menggenggam tangan Anin dan menciumnya. "Terima kasih ya, Bu. Ari minta maaf karena sudah menjadi anak yang tidak tahu diuntung, Ari menjadi anak yang
"Mas tolong Kak Asyila juga. Dia sedang hamil, Ari takut terjadi sesuatu dengan kandungannya," ujar Arisha sesaat setelah Biantara membawanya masuk ke dalam mobil.Biantara bergeming, rasa sakit semakin dalam, ketika mengingat Asyila tak menginginkan kehamilan saat bersama dengannya."Aku tidak peduli," ujar Biantara.Arisha menggenggam tangan Biantara. "Mas, kasihan Kak Asyila. Mas Bayu tidak mau bertanggung jawab, Kak Asyila akan merasa sedih jika kehilangan calon bayinya, aku juga sedang hamil ... aku bisa merasakannya."Dengan perasaan berat, Biantara menuruti permintaan Arisha, ia melangkah kembali masuk ke dalam rumah. Beruntung ia tidak pernah percaya pada ucapan Asyila jika wanita itu hamil dengannya."Sekarang kamu dicampakkan orang yang kamu perjuangkan, sama sepertiku," gumam Biantara.Biantara baru saja masuk ke dalam kamar dan melihat Anin yang sedang berusaha menolong Asyila. Biantara pun segera mengangkat tubuh mantan istrinya tersebut."Bian tolong Asyila!" kata Anin.
"Apa dia memaksamu?" tanya Biantara sekali lagi saat di kamar."Tidak, Mas. Aku sudah pikirkan, aku mengkhawatirkan Ibu. Aku takut tidak ada yang menjaga Ibu, sedangkan Mas Bian terus menginginkan Kak Asyila di sini," kata Arisha.Biantara menghentikan tangan Arisha yang sedang mem*uka kancing kemejanya. "Apa kamu cemburu?""Tidak," jawab Arisha kembali fokus dengan aktivitasnya.Biantara mengangkat dagu Arisha. "Sungguh? Lalu apa alasanmu tidak mengizinkan?""Aku hanya takut kesehatan Ibu semakin drop jika melihat aku dan Mas Bian bersama," jawab Arisha."Tadi Ibu sudah melihatnya. Tidak ada masalah, bukan?" Biantara lantas menc*um bibir Arisha.Untuk sesaat tatapan mereka terpaut."Kamu tidak ingin memelukku?" tanya Biantara."Mas Bian harus mandi," ujar Arisha."Baiklah, aku akan segera mandi," ucap Biantara. "Setelah itu kamu harus memelukku, Sayang."Arisha terkekeh. "Mas Bian ada-ada saja."Tangan Biantara berada di sisi kiri dan kanan pipi Arisha. "Aku serius, atau kamu mau k
Asyila berlari mengejar Biantara ketika lelaki itu hendak masuk ke dalam mobil. Arisha memperhatikan sang kakak dari teras."Mas Bian, tunggu!" Asyila menahan pintu mobil dan menutupnya.Biantara menatap nyalang. "Kamu bisa lebih sopan sedikit tidak?""Maaf, Mas. Siang ini Ibu keluar dari rumah sakit, aku minta tolong agar Ibu bisa tinggal di sini," ujar Asyila.Biantara menoleh ke belakang karena ia yakin Arisha masih berada di sana. "Aku tidak bisa memutuskannya sendiri, aku akan bicarakan pada istriku."Biantara lantas memanggil Arisha."Aku yakin Ari pasti izinkan karena itu juga ibunya Ari," kata Asyila.Asyila tersenyum, ia ingin membawa sang ibu ke rumah Biantara, bukan hanya karena tidak memiliki tempat tinggal. Akan tetapi, ia juga butuh dukungan untuk merebut kembali Biantara dari Arisha."Ada apa, Mas?" tanya Arisha."Bicaralah! Aku tidak akan mengizinkan jika istriku tidak mengizinkan, begitu pun sebaliknya," ujar Biantara pada Asyila."Arisha, hari ini Ibu sudah diperbole
Suasana makan malam berjalan sangat romantis, di mana Biantara mem-booking rooftop restoran khusus untuk mereka. Musik mengalun dengan indahnya di telinga, kelopak bunga menghampar di sekitar mereka, cahaya lilin menambah kehangatan hubungan kedua insan."Mas Bian menyiapkan ini semua untuk Ari?" Arisha tak kuasa menyembunyikan raut wajah bahagia."Ya, apa kamu senang?" tanya Biantara memastikan.Arisha mengangguk. "Tentu. Terima kasih, Mas.""Aku akan selalu membuatmu merasa senang bersamaku," ujar Biantara.Senyum Arisha perlahan memudar, ia sangat bahagia dengan kata-kata sang suami. Namun, hatinya semakin yakin jika Biantara benar-benar hanya ingin permainkan perasaannya. Pada kenyataan, Arisha berharap lebih pada Biantara, berharap tak hanya menjadikannya alat balas dendam."Ayo makan! Kamu harus makan banyak dan bergizi, aku tidak ingin calon bayiku kelaparan," ujar Biantara."Mas Bian tenang saja, Ari akan jaga calon anak kita," imbuh Arisha.Mereka memulai makan malam. Biantar
"Mas Bian, aku mohon bantu biaya Ibu di rumah sakit. Ibu harus segera ditangani, aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa jika bukan dengan, Mas Bian." Asyila memohon di kaki Biantara. Walaupun ia bukan anak yang baik, tetapi melihat Anin sakitnya dalam keadaan tak memiliki uang, tentu saja Asyila khawatir.Usai membawa Anin ke rumah sakit, Asyila kembali ke rumah Biantara. Ia tidak peduli dengan rasa malunya, yang terpenting baginya sang ibu bisa selamat. Biantara hanya datar menatap Asyila tanpa rasa kasihan."Kenapa tidak meminta bantuan pada kekasihmu? Apa di dalam otakmu, aku hanya mesin uangmu? Aku tidak akan memberikan sepeser uang pun pada orang yang sudah mengkhianatiku," ujar Biantara.Rasa sakit ketika Asyila mendua dengan masa lalunya, masih teramat membekas di hati Biantara. Harga dirinya teramat jatuh ketika melihat istrinya di hotel bersama lelaki lain. Terlebih Asyila rela masukkan obat tidur demi memu*kan ranjang lelaki lain."Mas Bayu tidak setia, dia membuangk
Asyila terkejut ketika mendapati Bayu sedang bersama seorang wanita di dalam kamar apartemen Bayu. Setelah beberapa Minggu tak rutin mendapat kabar dari sang kekasih, Asyila nekat mendatangi Bayu di apartemen. Namun, Asyila harus menelan pil pahit karena Bayu justru bermesraan bersama wanita lain."Mas, siapa wanita ini? Apa yang kalian lakukan?" Asyila menatap tidak percaya pada Bayu. Bagaimana bisa, Bayu berada di dalam kamar bersama seorang wanita. Satu lagi, mereka berada di bawah selimut dengan tubuh bagian atas yang polos tanpa penutup.Bayu menyugar rambutnya, ia tampak kesal melihat Asyila berada di sana. Bagaimana tidak, Bayu hampir saja mencapai puncak. Namun, harus tertunda karena kedatangan Asyila."Untuk apa kamu datang ke sini, Syila. Sudah aku katakan, aku yang akan datang menemuimu!" ujar Bayu.Kedua orang itu sama-sama sibuk mengenakan pakaian mereka kembali, sementara Asyila hanya menangis. Sakit sekali melihat orang yang ia cintai tidur bersama wanita lain. Kini Asy
Arisha terkejut ketika melihat makanan tersedia di atas meja makan. Biantara sudah berangkat pagi-pagi sekali, pamitnya untuk mencari pekerjaan. Kini hanya menyisakan Arisha yang kebingungan."Apa Mas Bian masih punya uang? Kenapa membelikanku makanan yang kelihatannya mahal? Apa ini semua demi anaknya saja?" Arisha duduk, kemudian mengetikkan pesan di nomor Biantara.'Mas Bian sudah sarapan?'Rasanya Arisha tidak bisa makan dengan tenang sebelum tahu kabar Biantara pagi ini. Mungkin terlalu berlebihan, tetapi yang Arisha tahu, Biantara tidak memiliki uang. Pagi ini pun ia tidak tahu Biantara mencari pekerjaan ke mana.Arisha segan untuk bertanya mengenai kondisi Biantara, entah mengapa secara tiba-tiba kondisi keuangan Biantara drop, bahkan semua aset disita bank.'Aku sudah makan. Tolong habiskan makanan yang aku siapkan dan jangan membiarkan calon bayiku tersiksa. Tetaplah di rumah sampai aku pulang nanti.'Entah benar atau tidak yang dikatakan Biantara. Namun, Arisha bisa sedikit
"Mas Bian, kenapa kusut sekali?" tanya Arisha saat melihat Biantara pulang dari restoran tanpa semangat.Arisha mencium punggung tangan Biantara. "Maaf kalau Ari salah bicara.""Tidak apa-apa. Aku mau kasih tahu sesuatu, tapi kamu tidak boleh terkejut," ujar Biantara."Bagaimana kalau kita ngobrol di dapur saja, sekalian Ari buatkan minuman," ucap Arisha.Biantara setuju, mereka segera ke dapur. Entah apa yang akan Biantara katakan, tetapi melihat wajah Biantara seperti saat ini, rasanya Arisha tidak tega. Arisha khawatir ini akan ada hubungannya lagi dengan sang kakak."Aku terlilit hutang, restoranku terancam disita bank," ucap Biantara.Walaupun sudah dilarang untuk terkejut, nyatanya Arisha tetap terkejut. Ia menarik satu kursi meja bar dan duduk di samping Biantara. Arisha juga mendekatkan teh hangat yang ia buat untuk Biantara."Emm, Mas Bian minum dulu ya. Maaf kalau Ari terkejut," kata Arisha."Kamu boleh pergi dariku kalau tidak sanggup. Kamu tidak menolak mati-matian menikah