Share

8. Menyiapkan Kamar

Author: Buna Faeyza
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Belum sempat kebingungan Arisha terjawab. Nomor Asyila sudah tertera menghubunginya di layar ponsel. Dengan segera, Arisha menjawab panggilan itu, atas permintaan Biantara.

“Arisha, dasar kurang ajar kamu! Gara-gara kelakuan kamu sekarang Ibu masuk ke rumah sakit! Benar-benar anak tidak tahu diri! Gatal, bisa-bisanya Kamu hamil di luar nikah dan tidak tahu siapa orang yang sudah menghamilimu! Bodoh!” hardik Asyila di sambungan telepon.

Biantara merampas ponsel Arisha dan memutuskan sambungan telepon itu. Ia tidak ingin Arisha berubah pikiran dan merasa takut.Setelahnya, Biantara mengembalikan ponsel Arisha.

“Mas, Ibu masuk ke rumah sakit karena Ari,” ucap Arisha.

“Kamu tenang saja, Ibu tidak akan kenapa-kenapa. Ibu pasti hanya shock saja,” ujar Biantara. “Aku akan menjenguk Ibu nanti dan mengabarkan padamu.”

Baiklah, Arisha hanya bisa menurut. Biantara terlihat secara tidak langsung melarangnya menjenguk atau bertemu ibunya. Entah menuruti Biantara hal yang salah ataukah benar, sejauh ini ia tidak memiliki pilihan lain.

Saat ini keduanya sudah berada di apartemen Biantara. Apartemen itu tidak terlihat seperti tempat yang jarang disinggahi. Namun, terlihat masih ada kehidupan di sana.

“Terkadang aku datang ke sini hanya untuk melihat keadaan apartemen. Ya, terkadang juga untuk menenangkan diri,” kata Biantara.

“Apa aku akan aman tinggal di sini? Maksudnya, bagaimana nanti kalau Kak Asyila datang dan mengetahui aku tinggal di sini?” tanya Arisha.

Biantara membuka kancing kemeja bagian atas dan duduk di tepi ranjang sembari terkekeh. Ia juga menarik Arisha untuk merebahkan tubuhnya di sana. Hati Biantara masih berbunga sejak mengetahui Arisha hamil.

“Aku akan mengganti kata sandi pintunya nanti. Dia tidak akan bisa masuk dan kamu tidak perlu membukakan pintu pada siapa saja yang datang selain aku,” ucap Biantara.

“Iya, Mas.” Entah sampai kapan rasa canggung itu akan terus ada, Arisha masih saja berpikir bahwa Biantara adalah kakak iparnya.

“Tidurlah di sini bersamaku. Nanti malam aku akan ke rumah sakit,” ucap Biantara.

Biantara dan Arisha pun berbaring di ranjang yang luas. Berkali-kali ponsel Biantara berdering, tetapi lelaki itu mengabaikannya. Biantara justru asyik mencumbui Arisha, wanita penurut yang akan ia didik untuk patuh di dalam kendalinya.

“Kamu istriku, bersikaplah seperti seorang istri dan jangan memikirkan hal lain, selain aku dan calon anak kita,” ucap Biantara berbisik di telinga Arisha.

‘Mas, Ibu dirawat. Tolong besok diurus untuk pembayarannya, aku tidak punya uang atau transfer ke rekeningku saja.’

Setelah puas bersama Arisha, Biantara membersihkan tubuhnya dibantu Arisha. Arisha begitu penurut ketika Biantara meminta Arisha untuk memandikannya. Kini Biantara bersiap-siap untuk ke rumah sakit.

“Tidurlah yang nyenyak, aku akan ke rumah sakit. Kabari aku kalau butuh sesuatu,” ucap Biantara, kemudian mencium kening dan perut Arisha.

“Iya, Mas.” Arisha memang merasa bersalah pada Asyila, tetapi entah kenapa sikap Biantara semakin lembut terhadapnya dan membuat Arisha kian nyaman.

Di rumah sakit, Biantara hendak masuk ke ruang rawat Anin. Belum sempat masuk ke dalamnya, Biantara melihat Asyila bersama Bayu di dalam ruang rawat tersebut. Biantara geram melihat Asyila kian berani membawa Bayu hingga ke depan Anin, membuat harga diri Biantara semakin terinjak.

“Lihat saja apa yang akan terjadi, Syila!” Tangan Biantara mengepal kuat.

Biantara mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam. Ia menghubungi Asyila dan berpura-pura tidak tahu kamar Anin. Ia ingin tahu bagaimana cara sang istri menyelamatkan diri.

“Keluarlah, aku tidak tahu di mana kamar Ibu,” ucap Biantara dengan ponsel yang ia tempelkan di telinga.

“Oh, i–iya, Mas aku keluar,” sahut Asyila.

Biantara kembali memasukkan ponselnya di saku kemeja. Tidak berapa lama, Asyila membuka pintu dan tempat Biantara berada di sana. Wajah Asyila tampak panik, tetapi Biantara senang melihatnya.

“Mas Bian?”

“Kenapa? Kenapa kamu terkejut? Aku mau lihat keadaan Ibu,” ucap Biantara.

Asyila menoleh ke belakang dengan tubuh yang seolah menghalangi pintu. “Maaf, Mas. Kata dokter, Ibu butuh istirahat dan belum bisa dijenguk banyak orang, Ibu sedang dalam keadaan shock gara-gara anak angkatnya yang tidak tahu diri itu!”

“Ada apa dengan Arisha?” tanya Bian berpura-pura tidak tahu.

“Arisha hamil dan tidak tahu siapa lelaki yang sudah menghamilinya. Sekarang kondisi Ibu drop karena hal itu!” ujar Asyila.

Biantara mengangguk. “Jadi aku tidak bisa menemui Ibu?”

“Besok saja ya, Mas. Malam ini aku tidak pulang, aku tidur di rumah sakit menjaga Ibu,” kata Asyila. “Mas Bian tadi pulang ke rumah?”

“Tidak, aku tidak sempat pulang ke rumah,” jawab Biantara.

Asyila mengernyit. “Kok rambutnya basah? Mandi di mana? Terus dari mana dapat kemeja ini?”

“Aku pulang ke apartemen, Aku mandi dan dapat kemeja ini dari sana,” ucap Biantara. Asyila hanya mengangguk percaya karena hal itu bukan pertama kalinya.

Dua hari kemudian.

Asyila terkejut saat pulang ke rumah melihat beberapa pekerja rumah yang biasa disewa suaminya sedang membersihkan, bahkan mendekorasi kamar yang tidak pernah terpakai menjadi kamar bernuansa anak muda. Asyila benar-benar berpikir keras mencari jawaban, sampai ketika para pekerja itu hendak pulang karena telah selesai. Asyila pun mencegah mereka.

“Apa ini permintaan suami saya?” tanya Asyila, berdiri di depan pintu kamar.

“Iya, Bu. Kami sudah selesai menyiapkan kamar ini dan sudah memasak untuk makan malam,” ucap seorang wanita yang usianya lebih tua dari pekerja yang satunya.

“Makan malam?” Asyila benar-benar tidak mengerti dengan apa yang sedang direncanakan suaminya.

Asyila pun membiarkan kedua pekerja tersebut untuk pulang. Asyila meletakkan tasnya di sofa dan bergegas ke dapur. Ia tidak mengerti untuk apa kamar itu dibersihkan.

“Jangan bilang Mas Bian mau mengadopsi anak!” Wajah Asyila menampakan ekspresi jijik.

Untuk memiliki anak dengan Biantara saja ia tidak mau. Apalagi mengadopsi anak yang tidak jelas asal-usulnya dan harus mengurus anak yang bukan darah dagingnya. Asyila akan menentang itu jika benar terjadi.

“Astaga, kenapa makanan sebanyak ini?” Asyila tambah bingung tatkala melihat beberapa menu makanan dan buah-buahan tersedia di meja makan.

“Apa makanan ini disediakan untuk menyambut anak adopsinya? Keterlaluan Mas Bian, kenapa juga dia tidak meminta persetujuan dariku lebih dulu!” Asyila meninggalkan meja makan.

Baru saja hendak ke kamar, Asyila mendengar suara mobil masuk ke garasi rumah. Asyila mengurungkan niatnya untuk ke kamar dan segera ke garasi. Ia akan menghentikan keinginan suaminya untuk mengadopsi anak.

“Mas Bian!” Asyila mengetuk kaca mobil.

“Cepat keluar, Mas!”

Biantara segera keluar dari mobil. Tidak biasanya Asyila terlihat marah saat dirinya pulang, biasanya Asyila akan selalu menyambut Biantara dengan senyuman dan rayuan meskipun, kenyataannya hanya sandiwara. Biantara menerima tatapan Asyila yang tajam.

“Ada apa, Syila?” tanya Biantara.

“Apa maksud Mas Bian meminta orang untuk membersihkan kamar dan mendekorasinya seperti kamar anak remaja? Apa Mas Bian mau mengadopsi anak?” tanya Asyila dengan napas yang naik turun.

Biantara mengernyitkan dahinya. “Aku tidak pernah mengatakan akan mengadopsi anak.”

“Lalu untuk apa kamar itu dan untuk apa Mas Bian meminta para pekerja itu memasak banyak makanan?” tanya Asyila sekali lagi.

Asyila menatap ke dalam mobil Biantara. Ia segera mengitari bagian depan mobil Biantara, untuk melihat apakah Biantara membawa anak adopsinya di sana. Dengan segera, Asyila membuka pintu tersebut.

Mata Asyila membulat sempurna. “Kamu!”

Related chapters

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   9. Asyila dan Bayu di Kamar Biantara

    Asyila terkejut bukan main saat melihat Arisha berada di dalam mobil sang suami. Emosinya seketika memuncak, Asyila menarik lengan Arisha untuk keluar dari mobil. Namun, Arisha menahan dirinya karena takut dengan kemarahan Asyila.Melihat itu, Biantara pun segera menghampiri Asyila. “Stop Syila!”“Kenapa Mas Bian bawa dia ke rumah kita? Mas tahu kan, kondisi Ibu drop gara-gara anak angkat yang tidak tahu diri ini!” Asyila menjauh saat Biantara berdiri di antara dirinya dan Arisha.“Bisa kan kamu tidak kasar seperti ini?” Pandangan Biantara beralih pada Arisha.“Ayo keluar dan langsung masuk ke kamar tamu!” pinta Biantara.Mata Asyila membeliak. “Jadi, kamar itu disiapkan untuk Ari? Aku nggak sudi ya, Mas!”“Ari tunggu! Jangan menginjakkan kakimu di rumahku bersama janin harammu itu!” teriak Asyila.“Sudahlah, Syila. Apa kamu tidak kasihan melihat dia yang sedang hamil tinggal di jalanan? Dia juga keluargamu, kalau Ibu tidak mau menampungnya di rumah, aku tidak masalah kalau harus mena

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   10. Perselingkuhan Vs Pernikahan yang Terbongkar

    “Sayang, ayo kita pulang ke rumahmu! Aku akan tanggung jawab dengan janin yang kamu kandung, seharusnya kamu tidak menyembunyikan kehamilanmu dariku. Aku ayah dari janinmu,” ucap Bayu sembari menggenggam tangan Arisha.Arisha berusaha melepaskan tangan Bayu. “Mas lepas! Mas Bayu ini bicara apa?”“Ada apa ini?” Biantara menarik Arisha dari Bayu.“Mas?” Asyila sempat terkejut dengan apa yang Biantara lakukan, tetapi setelahnya ia melanjutkan apa yang sudah Bayu rencanakan. “Mas Bian lepaskan Arisha, dia harus pulang ke rumah.”Biantara menatap Asyila dan Bayu bergantian. “Untuk apa kamu datang ke sini?”“Sebelumnya maaf kalau kehadiran saya mengejutkan Bapak, saya datang ke karena ingin bertanggung jawab pada apa yang sudah saya lakukan. Saya dan Arisha memiliki hubungan,” kata Bayu. Lelaki itu terpaksa beralasan akan bertanggung jawab karena tidak memiliki alasan lain dan tidak ingin terbongkar hubungannya dengan Asyila.Asyila mengangguk meskipun ia kesal dengan alasan gila dari Bayu.

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   11. Asyila Frustasi

    “Mas Bian.” Asyila segera menyembunyikan semua pakaian yang berserakan di lantai.“Tidak perlu ditutupi, aku sudah mengetahui sejak lama. Kamu bener-bener memiliki sandiwara yang bagus. Selama ini aku tertipu dengan sikap kamu yang seolah sangat mencintaiku, ternyata yang kamu inginkan hanyalah hartaku,” kata Biantara.“Aku minta maaf, Mas. Aku khilaf, semua ini aku lakukan juga untuk mencukupi kebutuhan ibuku dan Ari,” kata Asyila.Biantara tersenyum tipis. Asyila masih saja mencari alasan untuk menutupi kebusukannya. Biantara berlalu ke kamar mandi, ia merasa jijik melihat kamarnya sendiri.Asyila menggeram kesal, ia memasukan semua pakaian kotor ke keranjang, setelahnya keluar dari kamar dan menuju kamar Arisha. Ia masih belum bisa menerima jika dipoligami dengan adik angkatnya sendiri. Menurutnya, Arisha benar-benar tidak tahu berterima kasih, sudah dibiayakan kehidupannya, kini justru menikung Asyila.“Buka Ari!” Asyila menggedor pintu dengan sangat kuat.Arisha pun membukanya. “

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   12. Hujatan di Media Sosial

    Biantara gegas mengangkat tubuh Asyila dan segera membawanya ke mobil. Arisha mengikut pada Biantara, ia khawatir dengan keadaan Asyila. Akan tetapi, ada yang membuat hatinya seolah teriris, Biantara terlihat begitu khawatir dengan Asyila.Arisha duduk di kursi penumpang belakang. Memperhatikan jelas bagaimana wajah khawatir dan gelisah milik Biantara. Terlebih Asyila terus merintih.“Biarkan aku mati, Mas. Aku tidak mau dimadu, Mas,” kata Asyila.Biantara masih terdiam, lelaki itu enggan merespon ucapan Asyila. Ia melajukan mobil dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di rumah sakit. Ia juga memperhatikan Arisha dari spion tengah.“Ari, kamu tidak perlu ikut cemas. Aku tidak suka,” ucap Biantara.“Mas, ceraikan Ari,” ujar Asyila.Setelah beberapa menit perjalanan, mereka semua tiba di rumah sakit. Asyila segera dibawa ke IGD untuk ditangani. Sementara itu, Biantara dan Arisha menunggu di luar.“Seharusnya kamu istirahat di rumah,” kata Biantara.“Mas Bian terlihat khawatir sekali

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   13. Siapa Brian

    “Untuk apa kamu melakukan hal bodoh seperti ini, Asyila. Apa sekarang kamu menyesal karena Biantara lebih memilih wanita lain?” Anin tentu saja sangat menyayangkan perilaku Asyila yang seolah menyepelekan Biantara, lelaki yang selama ini sudah mendukung penuh biaya kehidupan mereka.“Kalau Mas Bian berselingkuh dengan wanita lain, aku tidak akan sesakit ini. Mas Bian menikahi Ari, bocah ingusan yang dulu Ibu tampung karena orang tuanya meninggal! Ari benar-benar menusuk kita!” ucap Asyila, wajahnya sudah memerah mengingat Biantara dan Arisha sudah menikah di belakangnya.Anin memejamkan matanya. “Ibu tidak menyangka Ari akan seperti ini, ibu tidak berharap dia balas budi, tapi kenapa dia tidak bisa menghargai keluarga ini?”“Itu karena Ibu terlalu memanjakan dia dan mengagung-agungkan dia. Sekarang dia jadi besar kepala dan tidak tahu diri, tapi aku tidak tinggal diam. Aku sudah berbuat sesuatu dan aku jamin Ari akan tertekan dan akan pergi dari kehidupan Mas Bian!” tutur Asyila.Ani

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   14. Khilaf yang Berulang

    Biantara memutuskan sambungan telepon saat tidak ada jawaban dari Arisha. Wajahnya memerah, ia tidak ingin apa yang pernah dilakukan Asyila kembali diulang oleh Arisha. Biantara tidak ingin dikecewakan oleh kakak beradik itu.“Siapa Brian itu?” Di perjalanan, Biantara tidak tenang memikirkan hal itu. Ia sampai harus mengurungkan niatnya saat seharusnya ia masuk ke dalam restoran.“Aku tidak akan membiarkanmu menjalin hubungan dengan lelaki lain. Kamu hanya harus patuh terhadapku, Ari!” Biantara mencengkram kuat setirnya.Setelah beberapa menit, ia sudah sampai di apartemen dan segera masuk ke dalamnya. Ia melihat Arisha sudah berganti pakaian, tidak seperti sebelumnya saat ia berangkat ke restoran. Biantara mendekat pada Arisha.“Mas Bian?” Arisha terkejut melihat kedatangan Biantara.“Mau ke mana kamu? Mau bertemu Brian?” tanya Biantara tempat di hadapan Arisha.Biantara menggeleng. “Ari tidak mungkin melakukan itu, terpikirkan saja tidak.”“Lalu siapa Brian itu? Kenapa kamu mengatak

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   15. Peristiwa di Masa Lalu

    Pagi ini, usai Biantara, Arisha, Asyila dan Anin selesai sarapan. Kini, Biantara berpamitan dan mencium kening Arisha. Perlakuan Biantara tentu saja menjadi pusat perhatian Asyila dan Anin, Asyila berharap ia juga diperlakukan sama dengan Arisha karena tidak ingin merasa kalah dari Arisha. Namun, kenyataannya Biantara beranjak pergi setelah memperlakukan Arisha sangat baik.“Mas.” Asyila mengejar Biantara. “Apa aku tidak penting lagi untuk Mas Bian? Aku sudah memutuskan hubunganku dengan Bayu, kami tidak ada hubungan apa pun lagi.”“Lalu? Apa maumu?” tanya Biantara berhenti tepat di hadapan Asyila membuat langkah wanita itu berhenti mendadak.Asyila berjalan dan berdiri di hadapan Biantara. “Aku mau kita mengulang semuanya dari awal, aku benar-benar menyesal.”“Kamu yakin, tidak akan menyesali keputusanmu ini?” tanya Biantara dengan satu alis yang terangkat.Asyila mengangguk. “Aku yakin, aku ingin kita kembali baik seperti dulu. Aku rindu diperlakukan manja, aku rindu semua yang ada

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   16. Minuman dari Asyila

    “Kamu tidak apa-apa, Ari?” Biantara menelusuri wajah Arisha dan merapikan rambut wanita itu.Biantara menatap Asyila dengan rahang yang mengeras. Ia sangat marah karena mengingat kondisi Arisha sedang hamil anaknya, yang tentu saja anak itu hal yang paling dinantikan Biantara. Beruntung ia kembali masuk ke dalam karena ponselnya tertinggal.“Apa yang kamu lakukan pada Ari?” bentak Biantara pada Asyila.“Bian! Jangan keterlaluan sikap kamu sama Asyila, sekarang kamu juga bersalah karena menikahi adik angkat istrimu sendiri. Jadi, jangan merasa benar sendiri dan paling tersakiti, kamu dan Asyila tidak ada bedanya,” ujar Anin terpancing emosi karena putrinya dibentak oleh suaminya sendiri hanya karena membela seorang madu.“Jangan samakan aku dengan kelakuan murahan Asyila!” Biantara tentu tidak senang disamakan dengan Asyila.Anin menatap Asyila yang hanya diam tanpa mengatakan apa pun. “Bicara Asyila! Apa kamu tuli? Kamu masih berharap sama Bian? Dua orang ini sudah mengkhianati kamu!”

Latest chapter

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   29. Datang Kembali

    "Bu, kita makan sama-sama ya," kata Arisha.Anin hanya mengurung diri di kamar setelah Asyila tak lagi di rumah. Arisha semakin tak enak hati, ia merasa bersalah ketika melihat Anin hanya murung tanpa gairah hidup. Posisinya selalu saja serba salah."Kamu saja duluan, Ibu belum lapar," ucap Anin.Arisha duduk di sisi ranjang, di mana Anin tengah berbaring. "Jangan seperti itu, Bu. Ini sudah malam, Ibu harus mengisi perut sebelum tidur nanti.""Ari tahu Ibu sangat mengkhawatirkan Kak Asyila, tetapi Ibu harus memikirkan kesehatan Ibu," ujar Arisha."Maafkan kakakmu ya, Ibu tidak menyangka kalau Asyila akan nekat. Bian benar, andai dia tak cepat-cepat datang mungkin keadaannya sudah berbeda. Ibu sudah ikhlas dengan keadaan kakakmu, semoga kamu dan Bian bisa menjalani rumah tangga sebagaimana mestinya," kata Anin.Arisha terdiam sejenak, ia menggenggam tangan Anin dan menciumnya. "Terima kasih ya, Bu. Ari minta maaf karena sudah menjadi anak yang tidak tahu diuntung, Ari menjadi anak yang

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   28. Berakhir di Sel

    "Mas tolong Kak Asyila juga. Dia sedang hamil, Ari takut terjadi sesuatu dengan kandungannya," ujar Arisha sesaat setelah Biantara membawanya masuk ke dalam mobil.Biantara bergeming, rasa sakit semakin dalam, ketika mengingat Asyila tak menginginkan kehamilan saat bersama dengannya."Aku tidak peduli," ujar Biantara.Arisha menggenggam tangan Biantara. "Mas, kasihan Kak Asyila. Mas Bayu tidak mau bertanggung jawab, Kak Asyila akan merasa sedih jika kehilangan calon bayinya, aku juga sedang hamil ... aku bisa merasakannya."Dengan perasaan berat, Biantara menuruti permintaan Arisha, ia melangkah kembali masuk ke dalam rumah. Beruntung ia tidak pernah percaya pada ucapan Asyila jika wanita itu hamil dengannya."Sekarang kamu dicampakkan orang yang kamu perjuangkan, sama sepertiku," gumam Biantara.Biantara baru saja masuk ke dalam kamar dan melihat Anin yang sedang berusaha menolong Asyila. Biantara pun segera mengangkat tubuh mantan istrinya tersebut."Bian tolong Asyila!" kata Anin.

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   27. Mencelakai Arisha

    "Apa dia memaksamu?" tanya Biantara sekali lagi saat di kamar."Tidak, Mas. Aku sudah pikirkan, aku mengkhawatirkan Ibu. Aku takut tidak ada yang menjaga Ibu, sedangkan Mas Bian terus menginginkan Kak Asyila di sini," kata Arisha.Biantara menghentikan tangan Arisha yang sedang mem*uka kancing kemejanya. "Apa kamu cemburu?""Tidak," jawab Arisha kembali fokus dengan aktivitasnya.Biantara mengangkat dagu Arisha. "Sungguh? Lalu apa alasanmu tidak mengizinkan?""Aku hanya takut kesehatan Ibu semakin drop jika melihat aku dan Mas Bian bersama," jawab Arisha."Tadi Ibu sudah melihatnya. Tidak ada masalah, bukan?" Biantara lantas menc*um bibir Arisha.Untuk sesaat tatapan mereka terpaut."Kamu tidak ingin memelukku?" tanya Biantara."Mas Bian harus mandi," ujar Arisha."Baiklah, aku akan segera mandi," ucap Biantara. "Setelah itu kamu harus memelukku, Sayang."Arisha terkekeh. "Mas Bian ada-ada saja."Tangan Biantara berada di sisi kiri dan kanan pipi Arisha. "Aku serius, atau kamu mau k

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   26. Tinggal Bersama

    Asyila berlari mengejar Biantara ketika lelaki itu hendak masuk ke dalam mobil. Arisha memperhatikan sang kakak dari teras."Mas Bian, tunggu!" Asyila menahan pintu mobil dan menutupnya.Biantara menatap nyalang. "Kamu bisa lebih sopan sedikit tidak?""Maaf, Mas. Siang ini Ibu keluar dari rumah sakit, aku minta tolong agar Ibu bisa tinggal di sini," ujar Asyila.Biantara menoleh ke belakang karena ia yakin Arisha masih berada di sana. "Aku tidak bisa memutuskannya sendiri, aku akan bicarakan pada istriku."Biantara lantas memanggil Arisha."Aku yakin Ari pasti izinkan karena itu juga ibunya Ari," kata Asyila.Asyila tersenyum, ia ingin membawa sang ibu ke rumah Biantara, bukan hanya karena tidak memiliki tempat tinggal. Akan tetapi, ia juga butuh dukungan untuk merebut kembali Biantara dari Arisha."Ada apa, Mas?" tanya Arisha."Bicaralah! Aku tidak akan mengizinkan jika istriku tidak mengizinkan, begitu pun sebaliknya," ujar Biantara pada Asyila."Arisha, hari ini Ibu sudah diperbole

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   25. Asyila Bekerja di Rumah Biantara

    Suasana makan malam berjalan sangat romantis, di mana Biantara mem-booking rooftop restoran khusus untuk mereka. Musik mengalun dengan indahnya di telinga, kelopak bunga menghampar di sekitar mereka, cahaya lilin menambah kehangatan hubungan kedua insan."Mas Bian menyiapkan ini semua untuk Ari?" Arisha tak kuasa menyembunyikan raut wajah bahagia."Ya, apa kamu senang?" tanya Biantara memastikan.Arisha mengangguk. "Tentu. Terima kasih, Mas.""Aku akan selalu membuatmu merasa senang bersamaku," ujar Biantara.Senyum Arisha perlahan memudar, ia sangat bahagia dengan kata-kata sang suami. Namun, hatinya semakin yakin jika Biantara benar-benar hanya ingin permainkan perasaannya. Pada kenyataan, Arisha berharap lebih pada Biantara, berharap tak hanya menjadikannya alat balas dendam."Ayo makan! Kamu harus makan banyak dan bergizi, aku tidak ingin calon bayiku kelaparan," ujar Biantara."Mas Bian tenang saja, Ari akan jaga calon anak kita," imbuh Arisha.Mereka memulai makan malam. Biantar

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   24. Anin di Rumah Sakit

    "Mas Bian, aku mohon bantu biaya Ibu di rumah sakit. Ibu harus segera ditangani, aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa jika bukan dengan, Mas Bian." Asyila memohon di kaki Biantara. Walaupun ia bukan anak yang baik, tetapi melihat Anin sakitnya dalam keadaan tak memiliki uang, tentu saja Asyila khawatir.Usai membawa Anin ke rumah sakit, Asyila kembali ke rumah Biantara. Ia tidak peduli dengan rasa malunya, yang terpenting baginya sang ibu bisa selamat. Biantara hanya datar menatap Asyila tanpa rasa kasihan."Kenapa tidak meminta bantuan pada kekasihmu? Apa di dalam otakmu, aku hanya mesin uangmu? Aku tidak akan memberikan sepeser uang pun pada orang yang sudah mengkhianatiku," ujar Biantara.Rasa sakit ketika Asyila mendua dengan masa lalunya, masih teramat membekas di hati Biantara. Harga dirinya teramat jatuh ketika melihat istrinya di hotel bersama lelaki lain. Terlebih Asyila rela masukkan obat tidur demi memu*kan ranjang lelaki lain."Mas Bayu tidak setia, dia membuangk

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   23. Kesialan Asyila

    Asyila terkejut ketika mendapati Bayu sedang bersama seorang wanita di dalam kamar apartemen Bayu. Setelah beberapa Minggu tak rutin mendapat kabar dari sang kekasih, Asyila nekat mendatangi Bayu di apartemen. Namun, Asyila harus menelan pil pahit karena Bayu justru bermesraan bersama wanita lain."Mas, siapa wanita ini? Apa yang kalian lakukan?" Asyila menatap tidak percaya pada Bayu. Bagaimana bisa, Bayu berada di dalam kamar bersama seorang wanita. Satu lagi, mereka berada di bawah selimut dengan tubuh bagian atas yang polos tanpa penutup.Bayu menyugar rambutnya, ia tampak kesal melihat Asyila berada di sana. Bagaimana tidak, Bayu hampir saja mencapai puncak. Namun, harus tertunda karena kedatangan Asyila."Untuk apa kamu datang ke sini, Syila. Sudah aku katakan, aku yang akan datang menemuimu!" ujar Bayu.Kedua orang itu sama-sama sibuk mengenakan pakaian mereka kembali, sementara Asyila hanya menangis. Sakit sekali melihat orang yang ia cintai tidur bersama wanita lain. Kini Asy

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   22. Permainan Segera Dimulai

    Arisha terkejut ketika melihat makanan tersedia di atas meja makan. Biantara sudah berangkat pagi-pagi sekali, pamitnya untuk mencari pekerjaan. Kini hanya menyisakan Arisha yang kebingungan."Apa Mas Bian masih punya uang? Kenapa membelikanku makanan yang kelihatannya mahal? Apa ini semua demi anaknya saja?" Arisha duduk, kemudian mengetikkan pesan di nomor Biantara.'Mas Bian sudah sarapan?'Rasanya Arisha tidak bisa makan dengan tenang sebelum tahu kabar Biantara pagi ini. Mungkin terlalu berlebihan, tetapi yang Arisha tahu, Biantara tidak memiliki uang. Pagi ini pun ia tidak tahu Biantara mencari pekerjaan ke mana.Arisha segan untuk bertanya mengenai kondisi Biantara, entah mengapa secara tiba-tiba kondisi keuangan Biantara drop, bahkan semua aset disita bank.'Aku sudah makan. Tolong habiskan makanan yang aku siapkan dan jangan membiarkan calon bayiku tersiksa. Tetaplah di rumah sampai aku pulang nanti.'Entah benar atau tidak yang dikatakan Biantara. Namun, Arisha bisa sedikit

  • MENIKAHI ADIK IPAR (MEMBALAS PENGKHIANATAN ISTRI)   21. Terlilit Hutang

    "Mas Bian, kenapa kusut sekali?" tanya Arisha saat melihat Biantara pulang dari restoran tanpa semangat.Arisha mencium punggung tangan Biantara. "Maaf kalau Ari salah bicara.""Tidak apa-apa. Aku mau kasih tahu sesuatu, tapi kamu tidak boleh terkejut," ujar Biantara."Bagaimana kalau kita ngobrol di dapur saja, sekalian Ari buatkan minuman," ucap Arisha.Biantara setuju, mereka segera ke dapur. Entah apa yang akan Biantara katakan, tetapi melihat wajah Biantara seperti saat ini, rasanya Arisha tidak tega. Arisha khawatir ini akan ada hubungannya lagi dengan sang kakak."Aku terlilit hutang, restoranku terancam disita bank," ucap Biantara.Walaupun sudah dilarang untuk terkejut, nyatanya Arisha tetap terkejut. Ia menarik satu kursi meja bar dan duduk di samping Biantara. Arisha juga mendekatkan teh hangat yang ia buat untuk Biantara."Emm, Mas Bian minum dulu ya. Maaf kalau Ari terkejut," kata Arisha."Kamu boleh pergi dariku kalau tidak sanggup. Kamu tidak menolak mati-matian menikah

DMCA.com Protection Status