Hati Sena sudah mati untuk Ducan, setiap kali memikirkan kebodohan untuk mengharapkan cinta Ducan, dia hampir menangis.Adrian yang mendengar cerita dari kepala pelayan, diam-diam menyelinap ke dalam kamar dan menghiburnya sementara kepala pelayan melapor ke ayah Ducan di kamar.Ayah Ducan menghela napas, merasa dirinya sudah semakin menua. "Anak zaman sekarang sudah mulai berani, dosa pun mereka tidak peduli. Yang terpenting adalah kesenangan hidup."Kepala pelayan tidak bisa berkomentar banyak."Rasanya aku sudah mulai lelah menghadapi Ducan.""Tuan besar.""Terakhir kali Ducan memukul Sena, aku tidak ikut campur lalu sekarang dia menyuruh wanita lain mengambil pakaiannya? Apa yang ada di otak anak itu? Menyiksa psikologi Sena?"Kepala pelayan merasa bersalah karena terlihat jelas membela Ducan, padahal Sena menjadi korban. Hanya saja, Sena juga membalas Ducan dan tidak meredam emosi sang suami, sontak kepala pelayan menyalahkan Sena karena tidak bisa mengambil hati Ducan."Kamu bis
Natasha berada di dalam mobil dengan sopir milik keluarga Emrick sambil menangis dan menyentuh perutnya. Dia akan kehilangan bayi ini dan tidak bisa mempertahankannya.Ducan dan ayahnya lebih suka melihat Natasha melakukan aborsi daripada melihat anak di dalam perutnya tumbuh."Maafkan ibu, nak. Seandainya ibu tidak bertemu dengan wanita itu atau tidak menyakiti Sena, mungkin kamu bisa tumbuh sehat."Nasi sudah menjadi bubur, Natasha hanya bisa meratapi kebodohannya.Natasha menangis keras di dalam mobil, sopir melihat dari cermin tengah dan memberikan nasehat. "Anggap saja sebagai pembelajaran di masa depan untuk tidak menyentuh suami orang."Natasha membantah. "Bagaimana aku menjauh sementara yang melakukannya bos sendiri? Aku tidak mau dipecat!""Yakin tidak mau dipecat atau tidak ingin kehilangan sumber kekayaan?"Natasha terdiam."Yang dikatakan tuan besar benar, anda harus menggugurkan bayi itu."Natasha tertawa mengejek. "Aborsi anak merupakan perbuatan dosa, apakah si tua bang
Natasha terbangun dan melihat seorang perawat tersenyum kepada dirinya. "Anda sudah bangun?"Natasha hendak bangun tapi ditahan oleh perawat itu. "Jangan bangun sekarang, anda baru saja keguguran."Natasha terperanjat. "A- apa? Bilang sekali lagi, kenapa dengan bayiku? Anakku?""Anda keguguran."Natasha menggeleng lalu berteriak histeris. Dia kehilangan anak, masa depan, suami dan juga kekayaan. Kenapa- kenapa-"BOHONG! BOHONG!" teriaknya dengan histeris.Perawat menekan bel panggilan dan tersenyum sedih. "Yang tenang ya, sudah kuasa Tuhan.""Kuasa Tuhan?!" jerit Natasha dengan histeris. "KUASA TUHAN UNTUK MEMBUAT AKU MISKIN?!"Hari itu tidak ada yang menghentikan histeria Natasha. Dia tidak terima dengan kematian anaknya begitu saja, dia sudah lupa bahwa dia kecelakaan saat melakukan perjalanan untuk aborsi anaknya.Dua hari kemudian, Natasha menemui Sena di tempat kerja dan menarik rambutnya di depan umum. "GARA-GARA KAMU AKU KEHILANGAN ANAK! JALANG GILA!" teriak Natasha.Sena yan
Natasha bangun siang dengan hati berbunga-bunga, keluarga Ducan pasti akan menemui dirinya dan memberikan kompensasi yang banyak, setelah membaca semua unggahan dirinya di media sosial. Jika mereka ingin membungkam dirinya, cukup netizen yang bergerak. Semua orang tahu bahwa dirinya sedang berseteru dengan keluarga Emrick yang kaya dan hebat.Natasha tersenyum bahagia dan langsung melihat cermin satu badan, memutar tubuh seperti putri. Memperhatikan dirinya masih cantik, pasca keguguran. "Aku cantik, menarik. Tinggal mendapatkan uang kemana pun, tidak. Aku juga bisa menjadi simpanan untuk pria lain, pria kaya bukan hanya Ducan.Natasha keluar kamar dengan bernyanyi kecil, lalu terkejut ketika melihat seseorang sudah duduk di kamar tamu dengan pintu tertutup, dia menjatuhkan handuk dan peralatan mandinya. "Siapa kalian?" tanyanya dengan jantung berdetak. "Apakah kalian suruhan Ducan?"Adrian yang sedari tadi duduk, bangkit dari kursi dan menatap dingin Natasha. "Nyonya, apakah anda sed
Ducan menghela napas lega ketika mendengar laporan dari Adrian. Awalnya dia tidak tahu, apa yang dilakukan pria Natasha di media sosial, tapi setelah mendengar laporan dan bukti dari Adrian- dia mulai marah dan ingin menghancurkan wanita itu. "Kenapa kamu terlihat bahagia? Apakah ada proyek baru datang?" Tanya Julia, ketika melihat kekasihnya tersenyum setelah membaca pesan masuk di handphone. "Atau- itu pesan dari istri kamu?" Ducan mematikan handphone dan diletakkan di atas meja. "Sena? Dia tidak bisa berbuat apa pun, setelah aku menghukum dia.""Hukum? Kamu menghukum dia untuk apa?""Ah, dia tidak bisa diatur. Jadi aku berikan sedikit hukuman untuknya, sekarang dia tidak akan membuat ulah lagi."Julia adalah wanita modern dan memiliki usaha, dia bukan wanita bodoh yang hanya tunduk atau menurut pada pria. Itulah daya tariknya yang membuat Ducan bertekuk lutut. "Bagaimana jika dia menuntut kamu, atau speak up di hadapan publik?"Ducan menyemburkan tawa. "Dia? Speak up? Dulu dia s
Ayah Ducan mengerutkan kening ketika mendengar permintaan anaknya, dia sontak bicara dengan tegas. "Ducan, bukankah kamu sudah berjanji kepadaku untuk tidak melakukan tindakan lain lagi? Cukup bekerja di kantor dan mendapatkan uang." "Ayah, aku hanya ingin belajar mandiri supaya tidak menjadi beban. Lagipula, jika aku berhasil, Ayah akan mendapatkan keuntungan yang cukup banyak." "Keuntungan apa yang kamu maksud dan bisnis apa yang hendak kamu jalankan?" Tanya ayah Ducan yang duduk bersandar di ujung tempat tidur. Dia merasa lebih lelah dan membuang banyak tenaga jika berhadapan dengan putra kesayangannya. Adrian meletakkan handphone di atas nakas, lalu membuka pintu ketika mendengar suara ketukan, dia tersenyum ketika melihat siapa yang berdiri di depan pintu. Sena menatap Adrian. "Ayah mertua?" "Sedang bicara dengan Tuan Ducan di telepon." "SAMPAI SEKARANG, KAMU BELUM MENGEMBALIKAN SEMUA HUTANG!" Sena dan Adrian menoleh ke sumber suara. Ayah Ducan berteriak marah sambil memeja
Setelah semua tanda tangan selesai, ayah Ducan minta istirahat dan tidak mau diganggu. Ducan masih terhubung dengan Adrian."Aku tidak tahu, alasan Ayahku memakai kamu sebagai penjaminnya. Berarti Ayahku tidak pernah membutuhkan kamu."Adrian yang mendengar itu, hanya tersenyum. "Oh, apakah itu pendapat anda, Tuan muda?""Lalu apa lagi? Ayahku tidak mungkin memiliki motif lain. Baguslah, jika aku berhasil menggantikan posi-""Apakah Tuan muda sudah membaca dengan cermat, isi perjanjian yang anda tanda tangani?""Hah! Tentu saja! Aku sudah membaca semuanya dan tidak ada yang salah.""Oh, begitu. Tapi saya ingatkan satu hal untuk anda. Berhentilah melakukan hal yang tidak berguna dan sebaiknya anda konsentrasi dengan masa depan."Ducan tertawa mengejek. "Adrian, aku sudah punya masa depan yang pasti. Sementara kamu- di masa depan sepertinya harus sibuk mencari pekerjaan. Karena aku tidak suka dengan keberadaan penjilat."Setelah mengejek Adrian, Ducan memutuskan sambungan telepon secara
Adrian menjelaskan kepada Sena tentang keputusan ayah Ducan yang menghentikan membiayai kebutuhan rumah. "Waktu itu, supaya Natasha bisa masuk ke rumah ini- dia berjanji akan mengurus rumah dengan baik. Bahkan supaya bisa mengambil tugas rumah yang biasanya kamu kerjakan- Ducan menjilat Ayahnya dengan menutupi kebutuhan rumah." Sena tidak bisa berkomentar apa pun, Ducan sangat membenci dirinya. Bahkan Ducan beranggapan bahwa dia adalah mata-mata Ayahnya, sehingga tidak bisa bergerak bebas melakukan apa pun. "Karena Ducan sudah menjanjikan hal itu, makanya Tuan besar tidak mau membayar lagi, Apalagi Ducan sudah diberikan banyak hal oleh Tuan besar, termasuk pinjaman tanpa bunga dan jaminan." Sena mengerutkan kening dengan bingung. "Pinjaman tanpa bunga dan jaminan? Tunggu! Apakah dia juga berhutang banyak pada Ayah?" "Bukan kepada Ayah, tapi kepada perusahaan." Adrian tidak pernah bisa menghormati Ducan yang boros dan tidak bisa melakukan apa-apa selain hanya menghamburkan uang bany
Sena sudah mulai paham, alasan dirinya tidak boleh merasakan kesedihan di hadapan Ducan ataupun mengemis cinta seperti yang dirinya lakukan di masa lalu.Ducan benci Sena sejak awal. Jika Sena menangis, akan dianggap lemah dan tidak berguna lalu jika dirinya mengemis cinta serta kasih sayang kepada suaminya sendiri, maka dianggap rendah.Entah kenapa Sena yang dulu tidak pernah menyadarinya, sehingga rela bunuh diri. Ducan sejak awal tidak pernah mencintainya dan tidak akan mau mencintai istrinya.Perawat segera memeluk dan menenangkan Sena. "Nyonya, tenanglah. Anda baru bangun tidur."Sena menunjuk pasangan selingkuh dengan tangan gemetar dan mata sembab. "Usir mereka berdua! Aku tidak mau melihat mereka! Usir mereka sekarang!"Perawat lainnya yang baru tiba dan tidak tahu kronologi awal, tapi lebih mengutamakan kondisi pasien, segera mendorong Sella dan Ducan keluar dari kamar Sena. "Tolong jaga kondisi pasien, tolong keluar," ujarnya dengan nada sopan.Sella dan Ducan menjadi bingu
"BERANI SEKALI KAMU BERTINDAK DI LUAR BATAS TANPA PERINTAHKU!" Teriak ayah Ducan. "Bagaimana jika anak itu mendapat masalah? Apakah kamu sudah gila?""Saya yakin sekali, wanita itu tidak akan bisa menyentuh Emrick. Semua sudah saya perhitungkan dengan baik, Tuan besar. Tolong fokus dengan kesehatan anda sendiri." Adrian menghela napas panjang. "Asbak tadi harganya sangat mahal, meskipun hanya berfungsi sebagai pajangan.""Hah! Apakah aku akan mempedulikan barang murahan yang dijual banyak?""Merek terkenal, anda tidak mungkin lupa dengan harganya yang-""Aku tidak peduli pada asbak murahan itu! Beritahu aku, apa yang terjadi dengan wanita itu? Kenapa kamu tidak mengatakannya kepadaku terlebih dahulu?""Sata rasa tidak perlu mengatakannya kepada anda karena kesehatan anda yang tidak baik." Adrian tersenyum dan mengeluarkan sebuah flash disk dari saku dalam jasnya. "Mungkin anda perlu melihat isi videonya, supaya anda tidak perlu marah lagi.""Marah? Bagaimana bisa kamu mengatakan aku t
"Kamu terkejut?" tanya ayah Ducan.Julia menggeleng. "Tidak, anda pasti berbohong demi menyelamatkan wanita tidak tahu diri itu. Ducan-""Kamu selalu mendengarkan perkataan Ducan, tapi tidak pernah mendengarkan perkataan orang lain. Coba kamu dengar dari semua karyawan yang melihat kegilaan kamu sekarang, apakah benar yang aku katakan itu?" tanya ayah Ducan yang tidak takut dengan reputasi. "Aku melindungi Ducan karena dia anakku dan sebagai Ayahnya, aku harus bekerja sebagaimana mestinya. Tapi, menantu aku, bukan orang yang bisa kamu hina sesuka hati meskipun Ducan tidak menyukainya.""Anda pasti berbohong! Saya tahu anda berusaha menyelamatkan reputasi karena melakukan kesalahan di masa lalu."Ayah Ducan tertawa. "Menyelamatkan reputasi? Nama putraku sudah rusak di luar, mau cara apa lagi aku menyelamatkannya? Sementara dia main gila dengan wanita gila seperti kamu- aku harus marah? Menghukumnya?""Tapi anda, menghancurkan bisnis saya!" teriak Julia yang tidak terima. "Hentikan kebo
Ducan dan ayahnya turun dari mobil bersama, disusul dengan Adrian yang membantu atasannya duduk di kursi roda, setelah turun dari mobil di belakangnya.Ducan menjadi khawatir dengan tindakan ayahnya, setelah mengetahui Sena masuk rumah sakit akibat ulahnya dan memaksakan diri untuk masuk kerja meskipun sedang sakit. "Ayah-"Ayah Ducan tidak mengatakan apa pun dan membiarkan Adrian menolongnya sementara sang anak hanya berdiri diam melihat proses tindakan Adrian, dia menghela napas panjang dan menyindir secara halus. "Memang benar, kata pepatah. Tidak semua anak mampu merawat orang tuanya."Ducan tidak paham dengan sindiran sang ayah dan tertawa renyah, menganggap bahwa ayahnya hanya bercanda. Adrian memutar bola mata diam-diam. Ducan terlalu bodoh untuk memahami sindiran sederhana.Setelah membantu ayah Ducan duduk di kursi roda, Adrian mendorong kursi roda menaiki tangga khusus kursi roda, tangga ini memang dibangun untuk ayah Ducan yang mulai duduk di kursi roda. Ducan dengan perca
Julia memang tidak pernah hidup mewah seperti sosialita yang selalu memakai barang mahal, tumbuh di lingkungan kalangan menengah ke atas. Orang tuanya memiliki bisnis pakaian jadi kecil-kecilan yang dititipkan ke beberapa toko baju. Namun, semangatnya untuk memajukan bisnis keluarga patut dikagumi. Tidak hanya menjalankan bisnis orang tuanya, Julia pun belajar membuat perhiasan dengan tangannya sendiri. Kerja kerasnya bisa membuat bisnis warisan orang tua sekaligus bisnis sendiri bisa maju, meskipun tidak sehebat keluarga Emrick yang mampu membuat takut kalangan ormas atau oknum pejabat yang suka memalak pengusaha. Julia harus mati-matian menjaga bisnisnya sendiri, itulah sebabnya dia bersandar pada Ducan, disamping mendapatkan manfaat kekayaan lainnya. Julia menggigit bibir dengan geram. Padahal aku sudah berusaha keras supaya bisa mencapai di posisi sekarang, aku tidak akan memaafkan siapa pun yang sudah mengacaukan semua usaha aku. Batinnya. Termasuk Sena sialan itu, suatu hari
Ducan menatap Sena yang sudah tertidur pulas setelah mendapat jahitan di belakang kepala dan dokter mengabarkan kondisinya sudah stabil, wanita yang sudah menjadi istrinya itu tidak bergerak sama sekali. Adrian mendampingi Sena, setelah mengabarkan kondisinya ke ayah Ducan.Ducan kecewa pada Adrian. "Kamu seharusnya tidak melaporkan kepada ayahku, ini hanya pertengkaran kecil.""Salah satu terluka, sudah bukan pertengkaran kecil lagi. Tuan muda.""Kamu bertindak seperti itu, hanya untuk menjilat Ayah. Sekarang aku jadi memikirkan perkataan teman-temanku. Sangat berbahaya menempatkan kamu di sisi Ayah, karena bisa saja- kamu menggantikan posisi aku.""Ada rapat dewan direksi dan komisaris, posisi tidak bisa dirubah begitu saja. Anda juga harus percaya diri menghadapi mereka semua, saat menggantikan Tuan besar.""Benar, memang ada mereka. Tapi jangan lupakan, kamu yang selalu di sisi Ayah dan bisa menjilat mereka semua." Ducan menatap Adrian dengan tatapan kebencian. "Kamu bahkan bisa
Ducan marah dengan tindakan Adrian, bahkan bodyguard dari keluarga ayahnya pun datang untuk menghalangi."Jangan mendekati Nyonya.""Ducan, aku minta maaf- ini bukan salahku, aku tidak menyangka dia akan terjatuh dan membentur wastafel. Aku-" Julia semakin panik dengan sikap tidak peduli Ducan, dia tidak ingin kehilangan Ducan. "Ducan, kamu percaya sama aku kan?"Ducan tidak peduli, tatapan matanya masih melekat pada Adrian yang menghalanginya.Ducan memang tidak peduli pada Sena, dia takut wanita itu akan melakukan gerakan menuntut dirinya, dia juga takut ayahnya akan marah karena melukai Sena di rumah seorang pelacur.Julia memang kekasih Ducan, tapi wanita itu juga dianggap pelacur. Ketika tidak berguna sama sekali, dia tidak akan menoleh.Petugas ambulans membawa kereta dorong berisi Sena, Adrian hanya meliriknya sekilas, tidak berani maju karena dihalangi.Setelah semua kekacauan hilang dengan sendirinya, pelayan di rumah juga membersihkan darah di kamar mandi. Ducan menatap ding
Adrian yang perasaannya tidak enak, bergegas masuk ke dalam rumah. Dia melihat Sena sudah tergeletak di kamar mandi dan berteriak. "NYONYA!"Julia dan kedua sahabatnya saling berpelukan, bingung dengan perubahan yang mendadak."Aku tidak menyentuhnya," kata salah satu sahabat Julia."Aku hanya membuka pintu," sahut sahabat Julia yang lain.Julia menggigit bibirnya dengan bingung. "Aku tidak tahu apa pun, dia yang memaksa masuk ke dalam rumah."Adrian melihat belakang kepala Sena yang sudah digenangi dengan darah. "Nyonya."Sena membuka mata lalu menyentuh pipi Adrian dan tersenyum. "Ak... hirnya... ....ku..."Adrian tidak bisa mendengar dengan jelas suara Sena dan menghubungi ambulans, benaknya berkecamuk tapi dia harus tetap menjaga akal sehat untuk menyelamatkan Sena.Julia hampir menangis bersama kedua sahabatnya, sekarang mereka bertiga tidak bisa melarikan diri. Sementara ketujuh teman mereka, pamit pulang tanpa pamit karena tidak mau dilibatkan.Salah satu teman arisan Julia men
Sena yang sudah berdiri di luar gerbang dalam keadaan hujan, diusir oleh suami sendiri dan dikunci di depan gerbang, tidak tahu harus berbuat apa. Sebenarnya apa yang sudah terjadi?Sena merogoh handphone di saku jaket, memastikan handphonenya aman dan segera mencari tempat berteduh terdekat.Adrian pasti pura-pura tidak mengenalinya. Ya, pria itu pasti memiliki rencana yang baik untuk masa depan mereka berdua. Tunggu! Tidak!Sena menggigit kuku jari jempolnya dengan bingung. Dia sudah berjanji akan selalu disisiku dan tidak akan meninggalkan aku. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang?"Lihat itu, si janda kegatelan datang lagi ke rumah keluarga Emrick.""Tidak tahu malu! Padahal dia sudah diceraikan!""Kalau lakinya tidak mau, ya tidak perlu paksa dong. Memangya kalau sudah dipaksa, dapat apa? Duit?""Berarti benar, gosip yang beredar- dia sudah menjual dirinya demi uang."Sena semakin bingung dan melihat handphone. Jantungnya berdebar keras ketika melihat tanggal dan waktu