Agatha masih duduk di kursi rumah sakit, air mata mengalir deras di pipinya. Dia merasa begitu hancur, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Moona yang sejak tadi mencarinya, akhirnya berhasil menemukannya. Dia memeluknya Agatha erat, berusaha menenangkannya."Mbak, aku akan mengantarmu pulang," bisik Moona lembut, khawatir terjadi sesuatu pada kakak iparnya.Namun sebelum mereka sempat melangkah lebih jauh, telepon Agatha berdering. Dia melihat nomor detektif tertera di layar."Agatha, kami butuh kamu segera. Kami menemukan Sandy," suara detektif terdengar tegas di telepon.Agatha terdiam sejenak, mencoba mencerna semuanya. Dia menatap Moona yang terlihat bingung."Kembalilah, Moona. Kamu harus menjaga Bintang dan kedua orang tuamu, mereka pasti terkejut. Ini mungkin satu-satunya kesempatanku untuk menemukan jawaban, aku tidak ingin kalian terlibat," kata Agatha dengan lembut."Berjanjilah untuk kembali dengan selamat." Moona melepaskan tangan Agatha dengan berat.Aga
Bintang menatap layar ponsel yang bergetar di tangannya, pesan dari nomor tak di kenal itu muncul lagi. Bintang melihat pesan itu dengan pandangan tajam, jantungnya berdegup kencang. Siapa sebenarnya R ini? Dan mengapa dia terus mengirim pesan misterius seperti itu?Pikirannya kacau, rasa sakit akibat pengkhianatan dan cemburu bercampur dengan ketidakpastian dan kemarahan. Dia menatap layar ponselnya, mencoba mencari petunjuk di balik pesan singkat tersebut.Dia mengambil napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Namun, sebelum Bintang bisa bergerak lebih jauh, ponselnya bergetar lagi. Kali ini, sebuah gambar muncul di layarnya. —gambar Agatha dan Niko berbicara di tempat kejadian."Siapa yang bermain dengan perasaanku?" pikir Bintang, merasa dikhianati dan dikecewakan. "Aku harus menemukan jawabannya."Dengan tekad yang semakin kuat, Bintang memutuskan bahwa dia tidak bisa duduk diam lagi. Dia harus menemukan kebenaran, apa pun yang terjadi. Pertemuan dengan Agatha tidak bisa
Kebersamaan Agatha dan Niko dimulai dari kegiatan OSIS di sekolah mereka. Agatha, seorang siswa yang aktif dan penuh semangat, bergabung dengan OSIS pada awal masa SMA-nya. Di sana, dia bertemu dengan Niko, seorang siswa senior yang cerdas dan penuh kharisma.Pada awalnya, interaksi antara Agatha dan Niko bersifat profesional, berfokus pada berbagai kegiatan OSIS. Mereka sering bekerja sama dalam mengorganisir acara-acara sekolah, seperti pentas seni, bazar, dan kegiatan amal. Agatha selalu kagum dengan kemampuan Niko dalam memimpin dan mengatur segala sesuatu dengan efisien, sementara Niko terkesan dengan kreativitas dan dedikasi Agatha.Seiring berjalannya waktu, kedekatan mereka mulai tumbuh. Setiap sore setelah rapat OSIS, mereka sering duduk di taman sekolah, berbicara tentang impian mereka dan berbagi cerita tentang kehidupan."Kak, kamu selalu punya ide-ide brilian untuk setiap acara. Dari mana kamu mendapatkannya?" tanya Agatha dengan antusias.Niko tersenyum. "Terima kasi
Dengan hati yang berat, Bintang memutuskan untuk kembali pada Aera. Dia merasa terhimpit di antara dua dunia yang tak bisa dia abaikan. Di tengah segala kekacauan yang terjadi, Bintang harus menghadapi kenyataan bahwa Aera, kini adalah istrinya juga.Aera, yang selalu menjadi bayangan dalam hubungan Bintang dan Agatha, kini membawa masalah lebih besar dengan kehadirannya menjadi istri kedua. Dia selalu ingin jadi yang pertama dan di utamakan. Aera tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu Bintang, tetapi juga masa kini yang harus di hadapi Agatha.Keesokan harinya setelah Agatha dirawat di rumah sakit, orang tuanya akhirnya datang. Mereka tampak cemas dan terburu-buru memasuki ruang perawatan Agatha. Saat mereka melihat putri mereka yang terbaring di tempat tidur, raut wajah mereka berubah menjadi ekspresi penuh penyesalan dan kekhawatiran."Agatha, sayang, bagaimana keadaanmu?" tanya Bu Shinta dengan suara gemetar.Agatha menoleh perlahan, menatap orang tuanya dengan tatapan yang
Pagi itu, Bu Shinta dan Pak Jinwoo tiba di kantor polisi. Mereka dipandu oleh petugas menuju ruang interogasi, di mana Detektif sudah menunggu dengan berkas-berkas yang tersusun rapi di mejanya.Di ruang pengawasan yang agak redup, Niko duduk di depan monitor yang menampilkan rekaman CCTV dari ruang interogasi. Dia menyaksikan dengan seksama saat rekannya, Detektif Arif, memulai interogasi terhadap Bu Shinta dan Pak Jinwoo.Arif duduk dengan santai, tetapi tatapannya tajam, mencoba menangkap setiap gerak-gerik dan ekspresi yang mungkin memberikan petunjuk. Di hadapannya, Bu Shinta dan Pak Jinwoo duduk dengan tenang, tetapi ada ketegangan yang tersirat dalam sikap mereka."Terima kasih telah datang," kata Arif, membuka percakapan dengan nada ramah. "Kami ingin beberapa klarifikasi lebih lanjut tentang hari kejadian. Bisa ceritakan apa yang kalian lakukan malam itu?"Pak Jinwoo mengangguk. "Kami ada pekerjaan mendadak di luar kota. Hari itu kami berada di Bandung untuk urusan bisnis
Setelah pemakaman, suasana di rumah Bintang terasa tegang dan penuh dengan ketidakpastian. Bintang, Agatha, dan Aera duduk di ruang tamu, saling diam dengan pikiran yang berputar-putar. Ketiganya terlihat lelah, namun ketegangan di antara mereka tidak bisa disembunyikan.Agatha adalah yang pertama memecah keheningan."Aera, aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa barang milikmu bisa ada pada orang lain?" tanyanya dengan suara pelan, nyaris berbisik.Aera, yang sejak tadi diam, tiba-tiba angkat bicara dengan nada dingin. "Apa yang kau harapkan, Agatha? Kita semua punya masalah masing-masing."Agatha menatap Aera dengan tajam. "Masalah? Ini lebih dari sekadar masalah, Aera. Ini tentang hidup dan mati. Sandy sudah tiada dan semua ini tidak masuk akal.""Jangan menuduhku!" Aera membalas dengan nada defensif. "Aku juga hampir kehilangan Mas Bintang karena adikmu. Aku tidak tahu apa-apa tentang ini."Bintang mencoba menenangkan situasi, meskipun dia tahu itu hampir tidak mu
“Bu Shinta, sudah cukup,” kata Niko dengan suara tegas. Bu Shinta menoleh, tersenyum anggun. Niko duduk di kursi di seberang Bu Shinta, menatap wanita itu dengan pandangan yang tajam namun hormat."Terima kasih atas informasi yang Anda berikan, ini pasti sangat membantu Agatha."Niko menyadari bahwa Bu Shinta, dengan segala ketenangannya, adalah sosok yang lebih berpengaruh daripada yang terlihat di permukaan. Dia berterima kasih dengan tulus, namun dalam hatinya dia tetap waspada.Bu Shinta mengangguk, menyesap kembali anggurnya dengan elegan. "Saya selalu percaya pada keadilan, Niko. Meskipun jalan menuju keadilan itu, kadang penuh liku dan pengorbanan."Niko mengangguk, lalu berdiri. "Semoga keadilan itu segera terwujud."Dia berterima kasih atas bantuan Bu Shinta, namun di sisi lain, ada perasaan bahwa wanita itu menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang di ungkapkan.Niko keluar dari ruangan VIP, wajahnya tegang namun penuh determinasi. Di luar, dia menatap Agatha, Aer
Di ruang interogasi yang dingin dan sepi, Aera dan Rocky duduk di kursi logam yang berderit, berhadapan dengan dua detektif yang siap mengungkap kebenaran. Lampu terang di atas kepala mereka menciptakan bayangan tajam di wajah keduanya, mempertegas ketegangan yang mengisi ruangan.Niko duduk di seberang mereka, membuka file dengan pelan namun tegas. Di sampingnya, detektif Arif, yang telah bekerja sama dengan Niko selama bertahun-tahun, menyiapkan alat rekaman."Baiklah, Aera, Rocky," Niko memulai dengan suara tenang namun penuh tekanan, "kalian berdua punya banyak yang harus dijelaskan. Mulai dari hubungan kalian, sampai keterlibatan kalian dalam skandal ini."Aera menatap Niko dengan pandangan penuh kebencian, sementara Rocky mencoba mempertahankan sikap tenangnya, meskipun keringat dingin mulai membasahi dahinya."Beraninya kau memperlakukan aku seperti ini Mas," kata Aera tidak terima."Aera," Arif memulai, suaranya lembut namun tegas, "kami menemukan bukti yang menunjukkan b