Beranda / Romansa / MENGASUH ANAK MAFIA / Perkelahian singkat

Share

Perkelahian singkat

Penulis: Shu Maya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-01 09:38:15

Dorr!!

Sebuah tembakan mengejutkan Alissa dan preman gempal itu. Mereka memandang ke satu arah, tepat di belakang Alissa.

"Pergilah, tinggalkan anak itu. Aku punya banyak peluru untuk menghabisi satu nyawamu yang menjijikkan itu. Jangan lupa bawa temanmu itu pergi dari hadapanku!" Ujar Rafael sambil menodongkan senjata apinya pada preman gempal itu.

Preman itu melepaskan cengkeraman tangannya pada Diki dan berlari sambil memapah temannya yang sudah dilumpuhkan oleh Alissa.

Dengan cepat, Alissa menghampiri Jaka dan Diki.

"Kalian nggak apa-apa kan?" Tanya Alissa sambil memeluk mereka berdua. Jaka dan Diki menumpahkan air mata dalam pelukan Alissa.

"Kakak harusnya nggak perlu nolongin kami Kak. Kami nggak mau Kakak terluka."

Alissa menghapus air mata Diki dan menenangkannya. "Tidak apa. Mereka sudah pergi."

Diki menggeleng pelan saat Rafael menawarkan diri untuk mengantar mereka pulang.

"Lain kali jangan langsung nyelonong keluar gitu. Untung aku dateng. Kalau nggak, gimana?" Omel Rafael saat perjalanan pulang.

Alissa hanya mengangguk pelan. Ucapan Rafael hanya seperti angin lalu di telinganya. Kepalanya masih memikirkan kejadian barusan. Hati Alissa masih tak tenang mengingat Diki dan Jaka.

xxxxxvxxxxx

"Nih, minum. Jangan banyak protes!" titah Alissa sembari meletakkan segelas besar jus semangka.

"Kos jus sih, Sa?" Rafael melihat jus semangka di hadapannya dengan tatapan ngeri. "Aku kan minta bir aja."

Alissa mengambil tempat duduk di kursi samping Rafael.

"Kamu tuh udah kebanyakan minum bir. Apalagi sejak seminggu belakangan ini. Tiap pulang malam pasti mabuk. Kalau kamu nggak mengurangi mabukmu itu, mending aku ikut deh kalau kamu keluar malam."

Rafael memanas, bir dingin yang diidamkannya saat ini tak kunjung menjadi nyata.

"Aku nggak akan minum jus buah menjijikkan ini." Seru Rafael sambil menatap Alissa tajam.

Alissa mendekatkan wajahnya hingga sejengkal. Dengan senyum tipis di bibirnya dia berkata, "sebaiknya segera habiskan jus menjijikkan ini atau..."

"Atau apa? Kau akan membantingku?" Rafael menatap tajam Alisa. Kedua pasang mata mereka saling mengintimidasi.

"Mau coba?" Ejek Alissa membuat Rafael geram.

"Jangan bercanda. Kau hanya perempuan. Tadi hanya beruntung. Preman tadi hanya keroco." Ucap Rafael sambil berdiri dan melangkahkan kakinya.

"Let see."

Ucapan Alissa mampu membuat Rafael murka. Dia mengajak gadis cantik itu ke halaman belakang rumah dengan halaman luas dan rumput hijau terbentang.

"Aku akan menunjukkan padamu cara berkelahi dengan benar. Perhatikan baik-baik!"

Rafael memanggil seorang anak buahnya. Dengan sekali serang, Rafael menumbangkan anak buahnya yang berbadan besar itu ke rerumputan.

"Jika kau bisa menumbangkan orang sebesar itu, kau boleh bangga." Rafael memicingkan mata. Memberi pelajaran untuk Alissa.

Alissa hanya diam, memasang senyum tipis. Dia melangkahkan kakinya menuju ke arah Rafael. Sejurus kemudian, dia memiting leher pria tampan itu dan menjegal satu kakinya, membuat Rafael terjun bebas mencium rumput.

"Maksudmu, begitu?"

"Sialan!"

Rafael bangkit. Gelap mata, dia mengarahkan tangan kirinya hendak meraih leher Alissa. Sayangnya, tangan kanan Alissa dengan cekatan menghentikan tangannya dan langsung membantingnya, lagi.

Dua kali jatuh, membuat Rafael benar-benar geram. Dia bangkit dan mengambil pistol di pinggangnya. Mengarahkan moncongnya ke Alissa.

"Hentikan!"

Suara menggelegar datang dari arah belakang Rafael. Rupanya, William sejak tadi memperhatikan mereka berdua.

"Alissa, jika berhasil menumbangkan Rafael sekali lagi dalam lima menit, bonusmu aku tambah." Ucap William santai sambil duduk di kursi yang di sediakan anak buahnya.

"Lalu bagaimana jika aku tidak jatuh?"

"Whatever you want. Asal dengan tangan kosong."

Rafael menyengir sambil membuang senjatanya.

"Jika aku menang, kau akan pergi dari rumah ini selamanya. Silahkan berbuat sesukamu, jika kau memang bisa. Tapi, aku akan berbelas kasih karna kau perempuan." Tantang Rafael.

Rafael memasang kuda-kuda. Bersiap menerima serangan Alissa. Dia tahu betul dari serangan Alissa tadi, Alissa bukan perempuan sembarangan. Namun harga dirinya tidak bisa menerima kekalahan yang memalukan itu.

Alissa memasang senyum tipis. Namun bagi Rafael, itu adalah senyuman penghinaan dari gadis yang sangat disebalinya itu.

Satu, dua langkah Alissa sukses mendekatkannya pada Rafael. Tangan kanannya menuju ke arah muka Rafael, namun dengan cekatan lelaki itu menampiknya.

Bugh!

Sayang sekali, Rafael tak memperhatikan Alissa dengan seksama. Perutnya sukses menerima pukulan dari tangan kiri Alissa. Membuatnya mundur dua langkah dengan meringis menahan sakit.

'Sialan!'

Belum sempat dia menghela nafas, Alissa entah bagaimana mendaratkan lutut kanannya ke arah Rafael. Tak pelak, Rafael berlutut kesakitan.

"So, bagaimana? Apa aku menang?" Tanya Alissa dengan percaya diri.

Bab terkait

  • MENGASUH ANAK MAFIA   PENOLAKAN

    "Nggak bisa! Alissa nggak mau nikah sama juragan Darso, Bu!"Alissa meninggikan suaranya saat mendengar keputusan ibunya yang tidak masuk akal itu. Wanita yang telah melahirkannya dua puluh dua tahun silam itu berdiri dari duduknya. Dia memegang kedua pundak Alissa, mencoba menenangkan putri satu-satunya itu. "Kita tidak punya pilihan, Alissa. Kita berhutang dua ratus juta pada Juragan Darso. Ibu mohon, mengertilah." Alissa menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kini dia tahu kenapa orang tuanya bersikeras ingin menikahkannya dengan pria yang sudah beruban itu. "Dua ratus juta? Uang sebesar itu buat apa pak, bu?" tanya Alissa dengan geramnya. namun, tak satupun dari orang tuanya yang membuka mulut untuk menjawab pertanyaannya itu. Seorang pria paruh baya, yang sedari tadi duduk di kursi paling pojok di ruang tamu berdiri dan berjalan mendekat."Orang tuamu meminjam uang dariku untuk melunasi hutang adikmu, Angga yang kalah judi seratus delapan puluh juta." Katanya. Alissa menggele

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-04
  • MENGASUH ANAK MAFIA   Bertemu Anak Bos

    Mobil yang ditumpangi Alissa melaju pelan melintasi kemacetan jalanan ibu kota. Alissa memandang keluar jendela. Sangat ramai dan penuh dengan kendaraan orang-orang yang tengah berlalu lalang. Mobil itu kemudian membelok menuju ruas jalan yang besar namun sangat sepi. Tak lama, mobil itu kemudian masuk melewati gerbang yang besar dan tinggi menjulang. Alissa mengintip lewat jendela. Mobil itu masih melaju melewati beberapa lelaki dengan setelan jas dan kacamata hitam. "Ayo turun." Ajak Mira saat mobil berhenti di depan rumah dengan gaya Eropa itu. Alissa mengekor Mira masuk ke dalam rumah besar itu. Dia menyapa beberapa laki-laki yang dia temui saat berjaan masuk. Persis seperti para bodyguard yang sering dia lihat di dalam sinetron. Mira mempersilahkan Alissa untuk duduk. Tak lama, seorang asisten rumah tangga membawakan jus jeruk dingin untuknya sambil menunggu sang bos untuk datang. "Tunggu bentar ya, Bos mau ke sini." Kata Mira ambil duduk di sampng Alissa. "Selamat sian

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-05
  • MENGASUH ANAK MAFIA   RAFAEL

    Mira meminta Alissa untuk mencobanya. "Bungkus semua size untuk ukuran itu." Titah Mira pada pegawai toko saat melihat Alissa yang cocok dengan baju barunya. "Maaf Miss, apakah ini nggak berlebihan. Sepertinya tiga potong saja sudah cukup." Keluh Alissa. Mira menatap Alissa tajam. "Kamu tidak boleh terlihat kumal di samping Rafael, Lissa. Semua anggota kita punya setelan baju mahal, meski hanya supir. Penampilan itu juga hal penting." Alissa hanya mengangguk setuju. Dia tak berani banyak protes dihari pertamanya bekerja. "Mbak, tolong bawa dia ke bagian skincare dan make up ya. Carikan yang pas buat dia." "Siap kak," ujar pegawai toko itu sambil mengajak Alissa menuju bagian lain toko. "Kau dapat gadis itu dari mana?" Tanya Rafael pada Mira. "Kenapa?" "Dia aneh." Jawab Rafael membuat Mira heran. "Saat kau bilang kalau papa mafia, dia tak bereaksi apapun. Jangan-jangan dia mata-mata." Mira memcoba mengingat apa yang dikatakan Rafael barusan. "Mungkin dia pasrah kali sama na

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-07
  • MENGASUH ANAK MAFIA   Ponsel hadiah

    "Apa kau sudah pernah ke Kampung Hilir itu?" Tanya Alissa dan di jawab dengan gelengan kepala oleh Rafael. "Sudah diurus sama Dion. Buat apa ke sana. Urusanku juga masih banyak." Rafael mengajak Alissa untuk menyudahi acara makannya di cafe itu. "Oh iya. Tulis nomor ponselmu di sini. Kalau butuh sewaktu-waktu." Ucap Rafael memberikan ponselnya pada Alissa. "Aku belum ganti nomor, Tuan." "Hah?" Rafael mengkerutkan alisnya. Dia tak mengerti maksud Alissa. Alissa menunjukkan ponsel tua miliknya yang sedang mati. "Aku harus mengganti nomornya dulu. Aku nggak mau keluargaku terus menghubungiku." "Ponsel apa itu? Buruk sekali. Lebih mirip ponsel jaman purba." Rafael tertawa lepas melihatnya. "Memang iya. Aku membelinya empat tahun silam. Beruntung sekali dia masih mau nyala." Sungut Alissa. Rafael melajukan mobilnya membelah jalanan besar ibu kota yang mulai macet. "Mau ke mana?" Tanya Alissa saat Rafael mengajaknya turun ke sebuah deretan pertokoan. "Mbak. Ambilkan ponsel keluara

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-09
  • MENGASUH ANAK MAFIA   DIKI DAN JAKA

    Genap sudah tiga minggu Alissa bekerja. Mengasuh bayi besar ternyata tidak semudah yang dipikirkannya. Apalagi, membangunkan Rafael setiap pagi selalu membuat tenggorokannya lelah. Belum lagi bau alkohol yang sering keluar dari mulut pria muda dengan rambut bercat sedikit coklat itu. Namun, Alissa masih mampu menahannya. Tiga juta gaji yang ditawarkan William termasuk besar. Apalagi sudah termasuk kamar pribadi super mewah, makan sepuasnya dan kebutuhan pribadinya yang sudah ditanggung. "Aku akan menemui seseorang yang berbahaya, kau tunggu di mobil bersama Jhon." Titah Rafael sembari mengamati pemandangan dari luar jendela mobil. Alissa menyanggupi. Lagipula, menunggunya berdua dengan sang supir di mobil sudah bukan hal baru baginya. Mobil hitam pabrikan Inggris yang berisi tiga orang termasuk Alissa berhenti di sebuah bangunan besar yang terbengkalai. Sebuah mobil berwarna merah terparkir disana dengan seorang pria berumur yang berdiri di sisi kirinya. "Ingat, jangan keluar da

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11

Bab terbaru

  • MENGASUH ANAK MAFIA   Perkelahian singkat

    Dorr!! Sebuah tembakan mengejutkan Alissa dan preman gempal itu. Mereka memandang ke satu arah, tepat di belakang Alissa. "Pergilah, tinggalkan anak itu. Aku punya banyak peluru untuk menghabisi satu nyawamu yang menjijikkan itu. Jangan lupa bawa temanmu itu pergi dari hadapanku!" Ujar Rafael sambil menodongkan senjata apinya pada preman gempal itu. Preman itu melepaskan cengkeraman tangannya pada Diki dan berlari sambil memapah temannya yang sudah dilumpuhkan oleh Alissa. Dengan cepat, Alissa menghampiri Jaka dan Diki. "Kalian nggak apa-apa kan?" Tanya Alissa sambil memeluk mereka berdua. Jaka dan Diki menumpahkan air mata dalam pelukan Alissa. "Kakak harusnya nggak perlu nolongin kami Kak. Kami nggak mau Kakak terluka." Alissa menghapus air mata Diki dan menenangkannya. "Tidak apa. Mereka sudah pergi." Diki menggeleng pelan saat Rafael menawarkan diri untuk mengantar mereka pulang. "Lain kali jangan langsung nyelonong keluar gitu. Untung aku dateng. Kalau nggak, gimana?" Om

  • MENGASUH ANAK MAFIA   DIKI DAN JAKA

    Genap sudah tiga minggu Alissa bekerja. Mengasuh bayi besar ternyata tidak semudah yang dipikirkannya. Apalagi, membangunkan Rafael setiap pagi selalu membuat tenggorokannya lelah. Belum lagi bau alkohol yang sering keluar dari mulut pria muda dengan rambut bercat sedikit coklat itu. Namun, Alissa masih mampu menahannya. Tiga juta gaji yang ditawarkan William termasuk besar. Apalagi sudah termasuk kamar pribadi super mewah, makan sepuasnya dan kebutuhan pribadinya yang sudah ditanggung. "Aku akan menemui seseorang yang berbahaya, kau tunggu di mobil bersama Jhon." Titah Rafael sembari mengamati pemandangan dari luar jendela mobil. Alissa menyanggupi. Lagipula, menunggunya berdua dengan sang supir di mobil sudah bukan hal baru baginya. Mobil hitam pabrikan Inggris yang berisi tiga orang termasuk Alissa berhenti di sebuah bangunan besar yang terbengkalai. Sebuah mobil berwarna merah terparkir disana dengan seorang pria berumur yang berdiri di sisi kirinya. "Ingat, jangan keluar da

  • MENGASUH ANAK MAFIA   Ponsel hadiah

    "Apa kau sudah pernah ke Kampung Hilir itu?" Tanya Alissa dan di jawab dengan gelengan kepala oleh Rafael. "Sudah diurus sama Dion. Buat apa ke sana. Urusanku juga masih banyak." Rafael mengajak Alissa untuk menyudahi acara makannya di cafe itu. "Oh iya. Tulis nomor ponselmu di sini. Kalau butuh sewaktu-waktu." Ucap Rafael memberikan ponselnya pada Alissa. "Aku belum ganti nomor, Tuan." "Hah?" Rafael mengkerutkan alisnya. Dia tak mengerti maksud Alissa. Alissa menunjukkan ponsel tua miliknya yang sedang mati. "Aku harus mengganti nomornya dulu. Aku nggak mau keluargaku terus menghubungiku." "Ponsel apa itu? Buruk sekali. Lebih mirip ponsel jaman purba." Rafael tertawa lepas melihatnya. "Memang iya. Aku membelinya empat tahun silam. Beruntung sekali dia masih mau nyala." Sungut Alissa. Rafael melajukan mobilnya membelah jalanan besar ibu kota yang mulai macet. "Mau ke mana?" Tanya Alissa saat Rafael mengajaknya turun ke sebuah deretan pertokoan. "Mbak. Ambilkan ponsel keluara

  • MENGASUH ANAK MAFIA   RAFAEL

    Mira meminta Alissa untuk mencobanya. "Bungkus semua size untuk ukuran itu." Titah Mira pada pegawai toko saat melihat Alissa yang cocok dengan baju barunya. "Maaf Miss, apakah ini nggak berlebihan. Sepertinya tiga potong saja sudah cukup." Keluh Alissa. Mira menatap Alissa tajam. "Kamu tidak boleh terlihat kumal di samping Rafael, Lissa. Semua anggota kita punya setelan baju mahal, meski hanya supir. Penampilan itu juga hal penting." Alissa hanya mengangguk setuju. Dia tak berani banyak protes dihari pertamanya bekerja. "Mbak, tolong bawa dia ke bagian skincare dan make up ya. Carikan yang pas buat dia." "Siap kak," ujar pegawai toko itu sambil mengajak Alissa menuju bagian lain toko. "Kau dapat gadis itu dari mana?" Tanya Rafael pada Mira. "Kenapa?" "Dia aneh." Jawab Rafael membuat Mira heran. "Saat kau bilang kalau papa mafia, dia tak bereaksi apapun. Jangan-jangan dia mata-mata." Mira memcoba mengingat apa yang dikatakan Rafael barusan. "Mungkin dia pasrah kali sama na

  • MENGASUH ANAK MAFIA   Bertemu Anak Bos

    Mobil yang ditumpangi Alissa melaju pelan melintasi kemacetan jalanan ibu kota. Alissa memandang keluar jendela. Sangat ramai dan penuh dengan kendaraan orang-orang yang tengah berlalu lalang. Mobil itu kemudian membelok menuju ruas jalan yang besar namun sangat sepi. Tak lama, mobil itu kemudian masuk melewati gerbang yang besar dan tinggi menjulang. Alissa mengintip lewat jendela. Mobil itu masih melaju melewati beberapa lelaki dengan setelan jas dan kacamata hitam. "Ayo turun." Ajak Mira saat mobil berhenti di depan rumah dengan gaya Eropa itu. Alissa mengekor Mira masuk ke dalam rumah besar itu. Dia menyapa beberapa laki-laki yang dia temui saat berjaan masuk. Persis seperti para bodyguard yang sering dia lihat di dalam sinetron. Mira mempersilahkan Alissa untuk duduk. Tak lama, seorang asisten rumah tangga membawakan jus jeruk dingin untuknya sambil menunggu sang bos untuk datang. "Tunggu bentar ya, Bos mau ke sini." Kata Mira ambil duduk di sampng Alissa. "Selamat sian

  • MENGASUH ANAK MAFIA   PENOLAKAN

    "Nggak bisa! Alissa nggak mau nikah sama juragan Darso, Bu!"Alissa meninggikan suaranya saat mendengar keputusan ibunya yang tidak masuk akal itu. Wanita yang telah melahirkannya dua puluh dua tahun silam itu berdiri dari duduknya. Dia memegang kedua pundak Alissa, mencoba menenangkan putri satu-satunya itu. "Kita tidak punya pilihan, Alissa. Kita berhutang dua ratus juta pada Juragan Darso. Ibu mohon, mengertilah." Alissa menghembuskan nafasnya dengan kasar. Kini dia tahu kenapa orang tuanya bersikeras ingin menikahkannya dengan pria yang sudah beruban itu. "Dua ratus juta? Uang sebesar itu buat apa pak, bu?" tanya Alissa dengan geramnya. namun, tak satupun dari orang tuanya yang membuka mulut untuk menjawab pertanyaannya itu. Seorang pria paruh baya, yang sedari tadi duduk di kursi paling pojok di ruang tamu berdiri dan berjalan mendekat."Orang tuamu meminjam uang dariku untuk melunasi hutang adikmu, Angga yang kalah judi seratus delapan puluh juta." Katanya. Alissa menggele

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status