Arum masih tidak percaya Hendra menawarkan sesuatu yang sangat luar biasa. Walaupun itu pasti akan membahayakan nyawanya. Namun, dia ingin sekali keluar dari rumah Wojo bersama ibunya. Arum sangat tahu hanya Wojo yang bisa membuat dia memiliki kehidupan yang layak. Sekarang Arum dan sang ibu tidak memiliki apa pun. Mereka hanya bergantung dengan tawaran Wojo saja. Apakah dia harus menerima tawaran Hendra? Lalu bagaimana dengan nyawanya? Sementara Wojo pasti tidak akan pernah membiarkannya. Dia pasti akan membuat Hendra keluar. Bahkan menghajarnya, tidak peduli walau sang adik sudah mengidap penyakit yang sangat serius. Namun, Arum akan memikirkannya. Dia tidak akan menolak dan akan segera memberi jawaban."Aku tidak akan pernah menolak tawaranmu, Hendra. Namun, apakah yang kau katakan ini benar. Bagaimana dengan nyawamu sendiri? Kau sangat tahu Romo itu memiliki kekuasaan tanpa batas. Dia bisa membuatmu kehilangan nyawa. Bahkan dia bisa membuatmu sangat sengsara jika kau melakukannya.
Arum masih saja belum memberikan jawaban untuk Hendra. "Lebih baik aku menuju taman. Menenangkan diriku," ucapnya segera menuju ke sana.Wojo berjalan cepat menuju kamarnya. Dia menutup pintu dengan menghentak keras, lalu berteriak sangat kencang di dalam kamar. Kemudian memporak-porandakan semua isi di dalam kamar itu dengan emosi yang sangat meluap. Dia tidak mengerti harus berbuat apa melakukan kehendak Selena, namun menyakiti perasaan Arum. Dia sudah memiliki janji sebelum wanita yang dinikahinya itu meninggal. Dia harus melakukannya, karena itu adalah yang terbaik buat Arum. Walaupun dia harus melihat Arum sangat menderita."Kau bisa berusaha untuk mendekatinya," ucap Nyai tiba-tiba datang ke kamar Wojo. Dia sangat terkejut ketika mendengar suara hentakan pintu saat keras dan segera pergi ke sana untuk memeriksa. Tidak Nyai sangka ternyata Wojo benar-benar kesal dengan dirinya sendiri, bahkan membuang semua barang yang berada di hadapannya. Nyai benar-benar tidak ingin hal itu t
Sabrina semakin ketakutan. Pandu terus menjambak rambutnya sendiri. Merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa."Kenapa kepalaku sangat sakit? Argh, benar-benar aku tidak bisa menahannya. Kenapa wajah wanita itu selalu saja berada di dalam kepalaku? Kenapa!" teriak Pandu dengan sangat keras. Dia melempar semua berkas dokumen yang semula berada digenggamannya. Kedua pengacara yang berada di hadapan Pandu sontak berdiri dan menatapnya dengan sangat tajam. Mereka sangat kesal melihat dengan perlakuan Pandu yang sangat tidak sopan. Apalagi berkas yang sangat penting itu sudah berceceran di lantai."Raden, kami sudah sangat sopan berada di sini. Tolonglah, jangan mempersulit keadaan. Kami harus segera mendapatkan tanda tangan Raden. Setelah itu kami akan pergi dan tidak akan pernah mengusik kehidupan Raden lagi," ucapnya dengan sedikit membentak.Pandu semakin kesal. Dia malah merobek semua dokumen yang berada di lantai itu, kemudian melemparkannya sekali lagi."Aku tidak pernah menikahi
"Tidak mungkin dia terjatuh. Kenapa aku bisa seperti ini dan menjadi gila, membiarkan istriku sangat sengsara. Aku pasti akan kehilangannya," gumam Pandu bergetar. Dia berjalan tanpa melihat semua sudut hingga akhirnya sebuah kendaraan bermotor menabraknya. "Argh!" Membuat Pandu terpental cukup jauh.Beberapa pelayan sangat kebingungan. Mereka segera menghubungi warga sekitar untuk membantu. Mereka membawa Pandu dan Sabrina menuju ke rumah sakit terdekat. Semua warga bergegas membawa mereka ke dalam unit gawat darurat.Beberapa petugas keamanan rumah Pandu segera menuju ke kota untuk mengabari berita itu. Romo dan Nyai yang mendengarnya sangat terpukul. Mereka segera menyusul Pandu menuju ke rumah sakit.Berita kecelakaan Sabrina dan Pandu semakin menyebar. Sunarsih sahabat Arum yang semula hanya diam dan tidak membantu Arum sama sekali, kini tidak mau. Dia menemui sang ibu dan akan melawan semua pesuruh Romo yang sudah mengancamnya. Dia ingin sekali menuju ke rumah Wojo dan menemui A
"Apa yang sudah terjadi kenapa aku berada di sini? Apa yang sudah aku lakukan dan kenapa Ibu menangis seperti itu?" Ucapan Pandu ketika melihat sang ibu menangis dan memeluknya. Nyai tidak menyangka akhirnya Pandu memanggil nama Arum. Sepanjang malam dia selalu berdoa agar Pandu bisa kembali mengingat dengan semua ingatannya. Doa itu kini terjawab."Anakku Pandu. Ibu sangat bahagia. Apakah kau mengingat siapa istrimu yang sesungguhnya? Karena itu adalah doa Ibu sepanjang malam. Ibu menginginkan kau kembali dan mengingat dengan semuanya, Pandu. Karena istrimu sangat menderita. Dia sudah mengandung dan membutuhkan dirimu. Aku ingin kau menemuinya," balasnya semakin membuat Pandu tidak mengerti. Dia kembali memejamkan kedua matanya berusaha mengingat apa yang terjadi."Aku ... aku sudah melihat Arum pergi tiba-tiba. Aku berada di kapal pesiar. Hatiku sangat sakit ketika mengingat Arum hingga mendengarkan suara teriakan dari para penumpang. Mendadak aku terlempar dan berusaha untuk berena
Pandu masih terdiam. Dia harus melakukannya. Lalu bagaimana dengan Arum? Apakah dia bisa menunda untuk bertemu dengan Arum dan mengatakan, jika dia sebenarnya sudah mengingat semuanya? Tapi, dia juga tidak bisa meninggalkan Sabrina dalam keadaan mengenaskan seperti itu. Apalagi Pandu harus bertanggung jawab. Anak di dalam kandungan Sabrina kehilangan nyawa akibat dirinya. Dia sangat jelas mengingatnya. Andaikan saja dia tidak berlari dan terus berada di dalam rumah, pasti Sabrina tidak akan pernah kehilangan nyawanya. Sementara Joko terus menatapnya dan berharap Pandu akan mau melakukan itu semua. Ini adalah sebuah fakta yang sangat mengejutkan. Pandu tidak pernah terbebas di dalamnya.Joko kembali beranjak dari duduknya. Dia mendekati Pandu dan semakin menatapnya. Ekspresinya menunjukkan permohonan yang sangat luar biasa kepada Pandu. Hanya pandu yang bisa menolong Sabrina dan mewujudkan keinginannya. Memang wanita itu memiliki hati yang sangat keras dan keinginan yang selalu ingin d
Dengan wajah yang cukup sendu, Sabrina menatap Pandu. Dia menahan tubuhnya yang semakin lemah. Apalagi dia sangat terpukul harus kehilangan anaknya. Pikirannya berlari ke mana-mana.Sepanjang malam dia hanya memikirkan Pandu akan pergi meninggalkannya. Sabrina sudah pasrah dengan semuanya. Dia tidak lagi memiliki tenaga yang kuat untuk mengejar Pandu. Namun, tanpa dia sangka ternyata Pandu datang mengejutkannya. Memberikan perhatian, bahkan menawari dirinya untuk bersama keinginannya berkeliling dunia akhirnya terwujud. Sabrina bersama Pandu segera melakukannya. Mereka menaiki kapal pesiar yang cukup mewah. Romo menggunakan sisa dana yang berada di dalam bank untuk menyewanya. Dia sangat menyayangi Sabrina. Hatinya juga terpukul melihat keadaan Sabrina yang sangat mengejutkan itu."Tidak aku pungkiri ternyata kau benar-benar memiliki hati yang tulus. Sayangnya hatimu itu tidak untuk wanita yang sekarang ingin kau bahagiakan. Romo sudah menyerah dengan semuanya. Romo sudah mau pasrah
Arum tidak percaya setelah mendengar Hendra ternyata memiliki jalan rahasia. Dia kini tahu kenapa Hendra selalu saja berhasil masuk ke dalam kediaman Wojo dengan tiba-tiba. Ternyata dia memiliki jalan itu."Baiklah. Hendra, malam ini aku akan menemuimu di halaman belakang. Aku tidak akan membawa apa pun, atau pun membawa ibuku. Dia akan tetap berada di sini karena dia harus selamat. Biarkanlah kita yang menjadi buronan Wojo, bukan ibuku. Aku hanya ingin bertemu dengan Mas Pandu sebentar saja sebelum kita benar-benar berpisah.""Mungkin itu yang terbaik untuk ibumu. Dia harus selalu berada di sini. Walaupun mungkin dia akan sangat gelisah melihatmu tidak berada di dalam rumah ini. Aku sudah mengambil resiko ini. Baiklah, sekarang kembalilah ke kamarmu dan kita akan bertemu malam nanti."Hendra perlahan membuka kamarnya. Dia mengedarkan pandangan ke kanan lalu ke kiri. Memastikan tidak ada siapapun yang berada di sana. Kemudian dia melambaikan tangan kepada Arum yang segera mendekat. "