Pandu masih terdiam. Dia harus melakukannya. Lalu bagaimana dengan Arum? Apakah dia bisa menunda untuk bertemu dengan Arum dan mengatakan, jika dia sebenarnya sudah mengingat semuanya? Tapi, dia juga tidak bisa meninggalkan Sabrina dalam keadaan mengenaskan seperti itu. Apalagi Pandu harus bertanggung jawab. Anak di dalam kandungan Sabrina kehilangan nyawa akibat dirinya. Dia sangat jelas mengingatnya. Andaikan saja dia tidak berlari dan terus berada di dalam rumah, pasti Sabrina tidak akan pernah kehilangan nyawanya. Sementara Joko terus menatapnya dan berharap Pandu akan mau melakukan itu semua. Ini adalah sebuah fakta yang sangat mengejutkan. Pandu tidak pernah terbebas di dalamnya.Joko kembali beranjak dari duduknya. Dia mendekati Pandu dan semakin menatapnya. Ekspresinya menunjukkan permohonan yang sangat luar biasa kepada Pandu. Hanya pandu yang bisa menolong Sabrina dan mewujudkan keinginannya. Memang wanita itu memiliki hati yang sangat keras dan keinginan yang selalu ingin d
Dengan wajah yang cukup sendu, Sabrina menatap Pandu. Dia menahan tubuhnya yang semakin lemah. Apalagi dia sangat terpukul harus kehilangan anaknya. Pikirannya berlari ke mana-mana.Sepanjang malam dia hanya memikirkan Pandu akan pergi meninggalkannya. Sabrina sudah pasrah dengan semuanya. Dia tidak lagi memiliki tenaga yang kuat untuk mengejar Pandu. Namun, tanpa dia sangka ternyata Pandu datang mengejutkannya. Memberikan perhatian, bahkan menawari dirinya untuk bersama keinginannya berkeliling dunia akhirnya terwujud. Sabrina bersama Pandu segera melakukannya. Mereka menaiki kapal pesiar yang cukup mewah. Romo menggunakan sisa dana yang berada di dalam bank untuk menyewanya. Dia sangat menyayangi Sabrina. Hatinya juga terpukul melihat keadaan Sabrina yang sangat mengejutkan itu."Tidak aku pungkiri ternyata kau benar-benar memiliki hati yang tulus. Sayangnya hatimu itu tidak untuk wanita yang sekarang ingin kau bahagiakan. Romo sudah menyerah dengan semuanya. Romo sudah mau pasrah
Arum tidak percaya setelah mendengar Hendra ternyata memiliki jalan rahasia. Dia kini tahu kenapa Hendra selalu saja berhasil masuk ke dalam kediaman Wojo dengan tiba-tiba. Ternyata dia memiliki jalan itu."Baiklah. Hendra, malam ini aku akan menemuimu di halaman belakang. Aku tidak akan membawa apa pun, atau pun membawa ibuku. Dia akan tetap berada di sini karena dia harus selamat. Biarkanlah kita yang menjadi buronan Wojo, bukan ibuku. Aku hanya ingin bertemu dengan Mas Pandu sebentar saja sebelum kita benar-benar berpisah.""Mungkin itu yang terbaik untuk ibumu. Dia harus selalu berada di sini. Walaupun mungkin dia akan sangat gelisah melihatmu tidak berada di dalam rumah ini. Aku sudah mengambil resiko ini. Baiklah, sekarang kembalilah ke kamarmu dan kita akan bertemu malam nanti."Hendra perlahan membuka kamarnya. Dia mengedarkan pandangan ke kanan lalu ke kiri. Memastikan tidak ada siapapun yang berada di sana. Kemudian dia melambaikan tangan kepada Arum yang segera mendekat. "
Arum masih terdiam. Dia tidak tahu harus berbuat apa. Walaupun dia sudah mengetahui jelas, apa alasan Pandu. Hatinya tetap sedih. Jiwanya terguncang. Perasaannya sangat sakit seperti tertusuk sebilah pedang yang cukup tajam. Dirinya benar-benar terpukul. Dan Dia sangat menginginkan Pandu. Namun, kini kenyataan tidak berpihak kepadanya. Pandu lebih mementingkan perasaan Arum. Walaupun dia tahu itu adalah tugas yang harus Pandu lakukan, dan dia tahu bahwa Pandu mengorbankan perasaannya."Arum, kau harus paham Pandu melakukan itu hanya untuk sementara saja. Setelah itu dia akan menemuimu, Arum. Kau jangan berprasangka yang sangat buruk pada Pandu. Dia lelaki yang sangat baik dan harus bertanggung jawab. Apalagi bayi yang berada di kandungan Sabrina meninggal akibat dirinya," ucap Ardi berusaha menyadarkan Arum yang masih terdiam dengan menangis."Bawalah aku kembali, Hendra. Aku harus bersama dengan Wojo. Hanya dia yang mempertahankanku. Mas Pandu memiliki tanggung jawab yang sangat luar
Sabrina semakin bahagia ketika Pandu selalu saja menemaninya kemana pun dia berada. Pulau Dewata Bali yang sangat indah semakin membuatnya terpana. Apalagi sosok yang sangat dicintainya selalu menggandeng telapak tangannya dan berjalan dengan sangat mesra.Sabrina benar-benar berdebar. Bahkan wajahnya bersemu ketika Pandu memberikan senyuman tampan kepadanya. Kebahagiaan semakin tak terhingga. Sabrina tidak ingin meninggalkan dunia ini secepat itu. Walaupun dia tahu dirinya tidak akan pernah lama untuk hidup di dunia ini. Paling tidak dia sudah sangat bahagia sebelum akhirnya menutup kedua matanya.Pandu yang melihat wajah Sabrina semakin pucat, semakin resah. Namun dia berusaha menutupi kesedihannya. Dia berusaha semakin menyayangi Sabrina dan selalu membelainya dengan sangat hangat."Entahlah apa yang harus aku katakan padamu. Semuanya terlihat sangat indah. Bahkan ketika aku memandangmu, wajahmu itu selalu membuatku terpana. Baru aku sadari ternyata kau lelaki yang sangat baik hati
Sepanjang perjalanan Pandu terus memeluk Sabrina. Wanita itu menikmati pelukan hangat lelaki impiannya yang telah menjadi kenyataan. Pandu segera membawanya ke hotel. Dia harus membuat Sabrina beristirahat di sana sebelum esok hari.Pandu akan membawanya ke pantai dan menikmati keindahan pantai itu hingga matahari terbenam."Kau harus beristirahat, Sabrina. Jangan pernah memikirkan hal apa pun karena aku tidak akan mengizinkannya. Apa kau mengerti?"Sabrina semakin menatap Pandu dengan senyuman. Walaupun wajah itu semakin sangat pucat dan memutih, bercampur warna kebiruan yang membuat Pandu ingin sekali meneteskan air mata."Apa pun yang kau katakan aku pasti akan melakukannya dan ini yang terbaik untukku. Terima kasih atas semua yang sudah kau berikan padaku, Pandu. Tapi sepertinya aku tidak bisa menunggu hari esok. Bukankah hari ini masih sangat cerah? Matahari terbenam sebentar lagi. Bagaimana jika kita menuju ke pantai sekarang."Dengan memejam, Sabrina menarik napas panjang dan b
Dengan kecerdasannya Ardi masuk ke dalam gedung pengadilan. Dia merayu beberapa pegawai wanita di sana dan membuatnya berhasil mengambil dokumen yang sudah Wojo masukkan. Ardi mengambil dokumen itu, membawanya dan membuat lenyap."Kenapa dokumen itu harus hilang? Apakah kalian tidak bisa bekerja dengan sangat baik!" teriak Wojo sangat kesal. Dia tidak menyangka semua rencananya ternyata gagal. Kini Arum tidak benar-benar bercerai dengan Pandu. Wojo tidak bisa membuatnya bercerai secara hukum."Kalian harus benar-benar menjaga calon istriku. Tidak ada yang boleh masuk kecuali orang yang sudah aku perintahkan untuk menjaganya. Apa kalian dengar!" teriak Wojo semakin kencang, membuat beberapa pesuruhnya menundukkan kepala dan melakukan semua tugasnya.Sunarsih yang berada di rumah Mawar sangat bahagia ketika mendengar kematian Sabrina. Walaupun dia masih tahu jika Arum tidak bisa keluar dari sangkar emas lelaki yang sangat berkuasa itu."Aku harus membantu Arum dan mengabarkan berita ini
Arum masih berpikir bagaimana caranya dia, akan keluar dari sangkar emas lelaki berkasta tertinggi itu untuk bertemu dengan Pandu. Hingga dia teringat pernah keluar dari sana dan berhasil bersama dengan Hendra. Dia harus mengulangi hal yang sama. Sunarsih dan ibunya yang masih berada di hadapannya, menatap Arum dengan cemas."Apa yang kau pikirkan, Arum? Apakah kau takut untuk keluar dari sini dan bertemu dengan Pandu? Bukankah kau bisa keluar saat itu bersama Hendra?" Perkataan sang ibu membuat Arum melebarkan kedua matanya. Dia tidak percaya sang ibu mengetahui apa yang sudah dia lakukan."Jadi Ibu tahu saat itu aku sudah keluar dengan Hendra?" tanya Arum sedikit terkejut."Tentu saja Ibu sangat mengetahui, apa yang sudah kau lakukan. Sekarang lebih baik kau bertemu dengan Hendra sekali lagi dan meminta bantuan. Yah, karena memang hanya dia yang bisa membantumu untuk bertemu dengan Pandu," lanjut Saras sambil memeluk Arum yang masih saja meneteskan air matanya. Dia begitu merinduka