"Ibu. Apakah Ibu baik-baik saja?"Lamunan Saras teralihkan ketika Arum tiba-tiba berada di belakangnya, menatapnya dengan tersenyum. Saras menggelengkan kepalanya lalu kembali memfokuskan pikirannya. Dia segera berjalan cepat mendekati Arum dan memeluknya. Arum terkejut dengan ekspresi yang diperlihatkan oleh ibunya. Dia tidak pernah melihat Saras seperti itu. Tersenyum, namun memperlihatkan rasa cemas yang sangat luar biasa. Walaupun sebenarnya hati Arum tahu, ibunya pasti cemas jika sewaktu-waktu Wojo menemukan mereka dan menculik Arum sekali lagi."Ibu tidak perlu memikirkan hal apa pun. Jika lelaki itu menemukan tempat ini, pasti dia akan segera ke sini dan memporak-porandakan semua ruangan ini.""Ibu ... ternyata dia tidak menemukanku dan aku baik-baik saja. Mungkin bulan depan aku akan melahirkan anak ini. Mas Pandu sudah menghubungi satu dokter kandungan yang berada di sini dan dia siap untuk membantuku."Saras tersenyum, namun masih saja menatap Arum dengan cemas. Seorang ibu
"Tidak mungkin. Mana mungkin Wojo bisa menemukanku. Dari mana kau mengetahuinya? Joko, aku sudah hidup bahagia bersama Arum dan aku tidak ingin lelaki itu mengganggu kita sekali lagi." Pandu sangat panik. Dia menarik Joko dan memasukkannya ke dalam ruangan khusus. "Tunggu di sini. Aku segera kembali." Pandu meninggalkam Joko sendirian. Dia kembali memeriksa semua pasien dan memberi tanda tutup di kliniknya setelah menyelesaikannya. Pandu berjalan cepat menutup semua tirai dan mengunci semua pintu. Dia tidak ingin ada seseorang yang masuk ke dalam rumahnya, dan membuat Arum celaka.Joko yang semula menunggu Pandu di dalam ruangan, akhirnya keluar dan menarik lengan Pandu, lalu menatapnya dengan tajam."Tentu saja lelaki itu pasti akan bisa menemukanmu, Raden. Dia itu lelaki yang sangat berkuasa, memiliki beberapa pesuruh. Bahkan puluhan orang yang bisa dengan mudah menemukan kalian. Aku selalu mengamati rumah itu dan aku sudah berjanji akan melindungi Raden dengan Arum. Aku mengikuti
Romo tidak percaya. Dia benar-benar kehilangan semuanya. Saat itu Romo berada di perusahaan yang semula baik-baik saja, namun ternyata dia menerima data dari sang sekretaris jika semuanya telah berubah. Penanam saham pun memutuskan jika Romo tidak bisa mengelola perusahaan itu lagi. Mereka memutuskan perusahaan itu menjadi milik Soewojo. Sesuatu yang sangat mustahil, yang dialami Romo. Bagaimana bisa itu terjadi? Namun Wojo bisa melakukan apa pun. Kekuasaannya tak terbatas, membuat Romo akhirnya terlempar dari perusahaannya sendiri dengan semua keluarganya yang sekarang menjadi sangat miskin.Dia tidak memiliki apa pun. Dia tidak bisa melunasi semua pinjaman yang dilakukan oleh Kasoemo untuk mengembangkan perusahaan dari beberapa kontrak yang semula mereka setujui. Akhirnya beberapa pihak bank mendatangi rumah megah Pandu, dan menyitanya.Beberapa tetangga sangat terkejut. Seseorang yang sangat kaya di dalam desanya itu dengan kasta yang cukup tinggi, kini harus mengalami kebangkrutan
Pandu benar-benar sangat cemas. Dia segera menuruni motor, memarkirkannya begitu saja di halaman rumah neneknya yang dipenuhi dengan rumput alang-alang. Dia segera masuk melihat sang Ibu berlari keluar dari pintu utama untuk menghampirinya. "Ibu ...." Pandu segera memeluk sang ibu dengan sangat erat, sambil mengamati semua tubuhnya dengan seksama. Memastikan sang Ibu baik-baik saja."Ibu. Bagaimana keadaan, Ibu. Ibu baik-baik saja bukan? Pandu benar-benar cemas. Ternyata dia memang benar-benar sangat kejam bisa mengusir Ibu seperti itu.""Seperti yang kau lihat. Ibu baik-baik saja. Sekarang kau jangan khawatir. Kau menggunakan motor Sunarsih? Tentu saja Ibu Wati pasti memberitahukan kamu bukan? Ya sudah. Sekarang tenang. Kami baik-baik saja, Pandu."Saat Pandu akan memasuki rumah itu, tiba-tiba Romo menghadang dan menatapnya dengan sangat tajam. "Siapa yang mengizinkanmu untuk masuk ke sini? Bukankah aku sudah mengatakan kau bukan anakku lagi? Kau sudah keluar saat itu dan sekarang
Wojo tidak mengerti apa yang sebenarnya dikatakan ibunya. Dia semakin menatap wajah sang ibu yang sangat tegang. Bahkan Nyai menekan dadanya yang mendadak terasa sesak.Wojo seketika khawatir. Nyai memiliki riwayat penyakit jantung. Bagaimana jika dia tiba-tiba mengalami penyakit itu. Dengan cepat Wojo menghampiri ibunya, lalu menggandengnya untuk duduk. Nyai menepuk-nepuk kursi yang berada di sebelahnya sambil mengarahkan kepalanya, agar Wojo duduk di sana. Nyai masih saja menarik napas berusaha mengatasi hatinya. Dia mendapatkan sebuah kabar yang sangat mengejutkan, yang tidak pernah disangka. Kabar yang membuat semua keluarga besar sangat marah. Memberikan surat yang berisi makian. Surat yang berisi tentang pernyataan tanda kesialan jika Wojo memang adalah biang dari semua masalah yang ada di dalam keluarga."Nyai. Apa yang sudah Nyai maksud? Tidak perlu diam seperti itu. Katakan dengan cepat jika ada suatu masalah yang menyangkut namaku. Siapa yang menyebabkan masalah itu. Aku ak
Arum benar-benar resah. Bagaimana mungkin Wojo akan mendapatkan ganjaran seperti ini. Dia yakin Wojo tidak akan pernah membiarka sesuatu akan membuat kehidupannya hancur. Lelaki itu pasti akan membalas dengan lebih kejam dari pada sebelumnya. "Ini tidak baik. Benar-benar tidak baik. Kalian tahu sendiri bagaimana Wojo itu. Apalagi sekarang aku adalah sebagai korban yang berada di surat kabar ini. Aku akan diburu oleh semua wartawan. Mas, kehidupanku malah tidak nyaman. Aku harus selalu bersembunyi dan aku tidak menginginkan hal itu, Mas," ucap Arum resah sambil menatap Pandu yang kemudian memeluknya dengan erat. "Jangan khawatir. Aku akan selalu berada di sisimu. Sekarang lebih baik kita berdiam diri dulu di sini. Tidak melakukan apa pun dan menunggu saja perkembangan selanjutnya."Ardi masih menunggu kabar dari beberapa pesuruhnya. Dia sangat resah. Tidak tahan lagi. "Aku benar-benar tidak tahan lagi. Kenapa mereka sangat lama. Aku harus mendapatkan sebuah kabar. Tidak aku sangka R
Pandu terkejut. Dia segera menghampiri Hendra yang masih terengah-engah mengatur napasnya. Apa yang dikatakan Hendra barusan membuatnya ketakutan. Pasti keluarganya dan keluarga Wojo sudah melakukan perdebatan sengit, dan tentu saja keluarga Wojo pasti akan memenangkan perdebatan itu."Hendra. Tenangkan dulu dirimu. Berbicaralah dengan baik. Kenapa kau ini? Ada apa sebenarnya?" balas Pandu dengan sangat panik. Hendra masih menekan dadanya yang terasa sesak. Tenaganya benar-benar terkuras. Saat itu, Hendra segera mengendarai mobilnya dan mencari Pandu ke rumah Ardi saat mengetahui sesuatu terjadi dengan sangat mengerikan. Ardi segera mengatakan di mana keberadaan Pandu. Sementara Ardi segera menuju ke kediaman Kasoemo untuk menangani masalah itu."Kakakku marah besar, Pandu. Dia berada di kantor wartawan itu, memporak-porandakan kantor itu. Lalu, mengancam semua wartawan yang berada di sana termasuk pemilik kantor itu. Dia sangat marah. Hah, setelah berhasil membuat semua orang takut,
Wojo terdiam, menunggu Arum untuk mengatakan jawaban yang sudah ditunggunya. Arum tersenyum menganggukkan kepala dan berkata, "Aku akan menjadi istrimu dan mendampingimu sampai kapanpun. Tapi aku mohon kita pergi dari sini dan melupakan semuanya," balas Arum masih dengan tersenyum, namun meneteskan air matanya. Menahan hatinya yang terasa sesak. Padahal dia sama sekali tidak ingin berkata seperti itu. Namun, apa boleh buat. Tindakannya itu benar-benar meluluhkan lelaki yang semula memendam amarah."Ini tidak benar! Hah, benar benar sangat menyakitkan. Aku tidak akan pernah melepaskan istriku untuk lelaki lain. Bisakah aku hidup bahagia jika aku berpisah dengannya? Lebih baik aku kehilangan nyawa, dari pada aku melihat dia bersama dengan lelaki lain. Aku tidak akan pernah membiarkannya," batin Pandu. Dia berjalan mendekati Arum. Menariknya, kemudian menggelengkan kepalanya dengan perlahan."Tidak adakah cara lain yang bisa aku lakukan selain memohon untuk berada di sisimu. Tidak adakah