Beranda / CEO / MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA / MAU MENGURUS ANAK KECIL ATAU JADI PELACUR SAJA?

Share

MAU MENGURUS ANAK KECIL ATAU JADI PELACUR SAJA?

Penulis: bonanzalalala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-26 14:44:28

"Meow.…," seekor kucing putih melompat dari sisi Riana.

"Oh, kucing ternyata, Bos," teriak salah seorang dari mereka.

Haaah, Riana menghembuskan napas lega. Tak menyangka keberuntungan naik dengan baik hari ini.

Gerombolan preman penagih hutang itu mulai berjalan menjauh. Saat sudah yakin situasi benar-benar aman, Riana langsung melepaskan pelukan eratnya dari bocah laki-laki di pangkuannya itu.

"Kita sudah aman. Ayok! Waktunya kabur," Riana dengan riang menggandeng anak itu. Tentunya dengan sangat bahagia, anak itu mengikuti langkah Riana.

BRUK!

Riana menubruk sesuatu beberapa saat setelah keluar dari persembunyiannya.

"Ugh! Sakit!" Riana memegangi hidungnya yang terasa perih akibat tabrakan tadi.

"Sudah kuduga ada kucing lain di sini," sebuah suara familiar yang terdengar membuat Riana merinding seketika.

Tampak pria penculik dirinya beserta dua orang anak buahnya berdiri di hadapan Riana. Pandangan tajamnya semakin tampak jelas dibanding kemarin malam saat pertama kali mereka bertemu.

"Cepat tangkap mereka!" perintahnya. Seperti biasa, kedua anak buahnya itu dengan sigap mendekati Riana. Dengan segera, Riana menarik bocah kecil itu untuk kabur. Namun, saat berbalik, Riana sudah jatuh terjerembab batu.

"Aaah!" Riana tengkurap kesakitan di atas tanah. Sangat memalukan! Bisa-bisanya dirinya malah jatuh berguling saat akan kabur!

 Dengan mudah, Riana pun berhasil ditangkap. Kedua anak buah pria itu mengikat tangan Riana. Anehnya, bocah cilik di sampingnya tidak ditali. Bocah itu pun dengan berani berlari menghampiri pria preman itu dan menendang kakinya.

"Jangan ganggu Mama!" teriak anak itu kesal. " Lepasin Mama!"

‘Mama? Maksudnya aku’  Riana menatap heran perdebatan yang terjadi antara si bocah dan pria preman itu.

"Bawa dia ke dalam. Aku mau urus Rafa," perintahnya. Kedua anak buahnya mematuhi perintah itu. Sementara bocah yang dipanggil Rafa itu berlari mendekati Riana. Menendang-nendang kedua pria besar yang tengah menggiring Riana.

"Lepas! Lepasin Mama!" teriak Rafa. Dengan sigap si pria preman itu mengangkat Rafa dan menyuruh kedua anak buahnya melanjutkan perintahnya.

Riana tak bisa berbuat banyak. Dirinya juga bagian dari orang yang diculik. Tak punya tenaga juga untuk melawan. Satu-satunya yang bisa dilakukan Riana saat ini adalah menatap sedih Rafa.

"Tunggu di sini! Jangan kabur atau kubunuh nanti!" ancam salah satu dari anak buah pria preman itu pada Riana.

Mereka mengunci Riana di sebuah ruangan yang lebih baik kali ini. Yang jelas dari desain interior dan tatanannya, ruangan itu bukanlah gudang. Seperti sebuah ruang tunggu biasa. Ada beberapa kursi dan sebuah meja.

Tak berapa lama, salah seorang anak buah pria preman tadi masuk lagi. Dia melepaskan ikatan di tangan Riana. Membuat Riana merasa lebih lega.

"Ikut aku," perintahnya. Mau tak mau Riana pun mengikutinya.

Riana diajak masuk ke sebuah ruangan yang mirip kamar anak-anak. Sesaat setelah masuk ke dalam, Rafa langsung berlari memeluk Riana.

"Mama!" teriaknya senang.

Riana membalas pelukan Rafa dengan kikuk. Otaknya masih tak paham kenapa Rafa memanggil dirinya Mama dan apa hubungan Rafa dengan pria preman itu. Pusing, batin Riana.

"Ayo duduk dulu, Ma," Rafa menarik Riana menuju ranjang tidurnya. Menyuruh Riana duduk di tepian ranjang dan melompat naik ke pangkuan Riana. Bocah itu memeluk erat Riana seolah-olah tak ingin terpisahkan.

"Kata Om David, Mama boleh tinggal di sini. Nanti Mama tidurnya di sini sama Rafa lagi," celoteh bocah itu senang.

"Om? Om yang mana?" Riana mencoba menggali satu per satu informasi yang tak jelas di otaknya.

"Om David! Tadi yang gendong Rafa."

Aaah, jadi pria preman itu om Rafa. Berarti anak ini bukan anak yang diculik karena hutang orang tuanya seperti aku, Riana mulai paham dengan situasinya saat ini.

"Hmmm, Rafa."

"Iya Ma?"

Bocah itu tampak sangat manis. Hati Riana cukup senang melihat Rafa bergelanyut manja pada dirinya. Namun, Rafa bukanlah anaknya. Dia hanyalah orang asing yang tengah diculik di sini.

"Nama Kakak Riana dan Kakak bukan Mamamu."

" HUWAAAAAAAA! MAMA NGGAK MAU NGAKUIN RAFA ANAK! MAMA BENCI SAMA RAFA YA? HUWAAAAA!"

Tangis Rafa pecah kembali. Telinga Riana berdenyut -denyut menahan sakit akibat suara tangisan bocah di pangkuannya ini.

"Ra-Rafa. Jangan nangis. Kakak nggak benci Rafa kok. Rafa kan manis. Mana mungkin Kakak benci," Riana menggendong bocah itu dan mengajaknya berjalan mondar-mandir di dalam kamar. Tangannya mengelus-elus rambut Rafa dan sesekali mengecup dahinya.

"Rafa Sayang, jangan nangis ya? Hmm?" bujuk Riana perlahan. Namun, bocah itu masih terus menangis.

CEKLEK!

Pintu kamar Rafa terbuka. Tampak David masuk ke dalam kamar.

‘Duh, mana Om-nya udah dateng! Mati aku!’ Riana semakin ngeri melihat David melangkah mendekatinya.

"OM! MAMA NGGAK MAU NGAKUIN RAFA ANAK!" adu Rafa dari gendongan Riana.

‘Mati! Mati! Mati! Mati aku!’ teriak Riana dalam hati. Penuh kengerian dan ketakutan.

"Ma-maaf. Aku….," Belum sempat Riana menyelesaikan perkataannya, David sudah mengambil Rafa dari gendongannya.

"Rafa, Om mau ngobrol dulu. Kamu tunggu di luar sebentar ya?" ujarnya pada Rafa.

"Mama… Mama nggak bakal diusir kan?" tanya Rafa sambil menghapus air matanya.

"Tergantung sama sikap Rafa nanti."

"Rafa… Rafa nggak bakal nakal. Jangan usir Mama," janji Rafa. David mengangguk lalu menyuruh Rafa keluar kamar.

Riana hanya bisa berdiri kaku. Tak tahu harus berbuat apa. Apalagi sekarang hanya ada dia dan David, si bos preman penghuni rumah ini.

"Kamu bisa urus anak kecil?" tanyanya tanpa basa-basi.

"Hah?"

"Bisa atau tidak? Aku akan menjualmu kalau kamu tak bisa."

"BISA! AKU BISA!" teriak Riana secepat kilat. Walau tak pernah mengurus bocah, jauh lebih baik dia mencoba daripada dijual jadi pelacur.

"Oke. Kamu urus Rafa sampai hutangmu lunas. Jangan sampai dia menangis lagi seperti tadi. Mengerti?" Riana bisa merasakan tekanan pada kalimat terakhir David.

"Hmm, iya," jawab Riana tanpa berani menatap David.

"Hmm, tapi, aku bukan mama Rafa. Apa tak masalah kalau dia memanggilku dengan sebutan mama?" tanya Riana mulai mempermasalahkan cara Rafa memanggil dirinya.

"Daripada kamu dipanggil mayat atau pelacur. Lebih baik dipanggil mama bukan?"

‘Ugh! Pria ini sangat kejam,’ batin Riana.

"Urus saja Rafa dengan baik. Jika kerjamu memuaskan, aku akan melepasmu saat Rafa sudah tak membutuhkanmu lagi."

"Be-benarkah itu?"

"Iya," sahutnya.

Ya, ini pekerjaan aneh. Tapi ini jauh lebih baik daripada dijual di rumah hiburan bukan? Lagipula hanya merawat anak kecil. Tak akan merepotkan, batin Riana berusaha berpikir positif.

David berjalan keluar kamar. Dia menyuruh Rafa masuk. Di belakang Rafa ada seorang perempuan usia 45 tahun mengikuti dari belakang.

"Kalau kamu butuh sesuatu, tanya sama Mbok Sinta. Dia akan membantumu," pesannya sebelum pergi meninggalkan kamar.

Riana langsung terjatuh lemas di lantai. Kedua kakinya yang gemetar sedari tadi sudah tak sanggup menahan berat badannya.

"Ma! Mama! Mama nggak sakit kan? Mama!"

Riana mencoba mencari Rafa. Hanya saja pandangannya terlalu kabur untuk bisa menemukan bayangan bocah cilik itu.

Bab terkait

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   BINGUNG DIPANGGIL MAMA TERUS

    "Ma, makan ini," Rafa menyuapkan roti isinya ke mulut Riana."Ma!" Riana tergelagap dari lamunannya."Oh, iya, Rafa. Ada apa?""Makan ini," Rafa masih setia menyuapkan roti isinya ke mulut Riana."Haem," Riana memasang wajah bahagia sambil mengunyah roti pemberian Rafa."Enak, Ma?""Iya. Enak. Mama suka," Riana terus memasang wajah senyum. Padahal hatinya sedang gundah gulana.Sudah hampir dua minggu dirinya tak menemui ibunya di rumah sakit. Padahal, tiap sore atau malam, dia pasti mengunjungi ibunya. Riana ingin sekali bisa keluar dari rumah ini. Lari keluar dan menuju rumah sakit menemui ibunya.Ibu, maafin Riana….Rafa yang sedari tadi menangkap raut sendu Riana jadi ikut sedih. Akan tetapi, bocah itu tak tahu apa yang terjadi pada Riana."Mama kenapa sedih?" akhirnya Rafa melontarkan rasa penasarannya.Riana hanya menoleh. Sesaat dirinya bingung kenapa Rafa bisa bertanya seperti itu padanya."Mama dari tadi cuma hembusin napas doang. Makanan di piring nggak dimakan sama sekali. M

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KETEMU MANTAN

    "Riana?" panggil Ibu Riana."Ah, Ibu…." Riana secara otomatis berlari menghampiri ibunya. Walaupun sekarang pikirannya acak adul tak karuan. Dia harus tetap bisa tersenyum. Jangan sampai ibu khawatir, tekad Riana.Sebuah pelukan hangat Riana dapatkan dari ibunya. Sangat hangat. Membuat air mata Riana meleleh perlahan."Aduh, kenapa kamu nangis? Ibu kan sehat!""Hmmm, nggak Bu. Mata Riana cuma kena debu," Riana mengusap air matanya."Anak kecil ini siapa?" ibu Riana menatap Rafa yang bersembunyi di belakang rok tutu hitam panjang Riana."Namanya Rafa, Bu. Ayo Rafa kenalan sama Nenek," Riana mendorong pelan Rafa agar mendekat ke ibunya."Halo Rafa," sapa ibu Riana ramah."Halo Nek. Aku Rafa. Salam kenal," Rafa meraih tangan ibu Riana dan menciumnya. Membuat ibu Riana tergelak dalam tawa."Nenek mamanya Mama?" tanya Rafa membuat ibu Riana mengerutkan dahi."Mama? Maksudmu Riana?" ibu Riana menunjuk Riana. Rafa mengangguk kuat.Riana menggelengkan kepala dan berbisik pelan," Anak bos."Ib

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-26
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   LUKA LEBAM DI TUBUH RAFA

    "Masuk," perintah David.Riana masih berdiri mematung. Bingung. Seharusnya yang mengantarnya hari ini menjemput Rafa kan Joni? Kenapa yang muncul malah David?"Mana Joni?""Masuk sekarang atau kutarik paksa?" David menatap tajam Riana dalam mobil. Glek! Riana langsung membuka pintu penumpang dan duduk manis di sisi David.Mulut Riana terkunci rapat-rapat. Tak lagi ingin berkata aneh pada pria di sampingnya. Di situasi seperti ini, kata mutiara diam adalah emas adalah hal terbaik yang pernah Riana dapat seumur hidup.Sambil menyetir, David mulai memberondong Riana dengan beragam pertanyaan."Rafa menyusahkanmu waktu di rumah sakit?""Nggak. Dia anak manis. Ibuku suka Rafa.""Ibu sehat berarti?""Ya. Kondisinya tak seburuk biasanya.""Kamu suka dengan ruangannya?""Ruangan itu menguras dompetku," Riana menundukkan wajah sedih. “Apa kamu nggak bisa kembaliin ibuku ke ruang semula? Kami sudah terbiasa dengan pelayanan rakyat jelata. Kamu nggak perlu susah payah membantuku.""Sudah kubilan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   CARI IDENTITAS DOKTER ITU

    Mata David tak henti-hentinya menatap Jo. Sementara itu, Jo masih dengan santainya memeriksa luka lebam di lengan Rafa yang sudah terbangun.Jo akhirnya berhasil memaksa Riana masuk ke ruangannya. Tentu dengan alasan memeriksa Rafa. Alasan yang Jo duga tak mungkin bisa ditolak Riana dan pasti akan diikuti oleh laki-laki berwajah dingin yang Jo duga adalah suami Riana."Anakmu berantem?" tanya Jo usai memeriksa Rafa."Iya. Ada anak yang ganggu dia," jawab Riana."Sering-sering dikompres aja. Dua tiga hari bakal hilang," Jo melirik David. Sebuah senyuman dilemparkannya pada David sebelum menyapa."Suaminya Riana ya?" tanya Jo."Iya,” jawab David tanpa ragu."Bukan!" jawab Riana dan Rafa serentak. Mentah-mentah menolak jawaban David. Membuat David melotot kesal."Ini Om-ku. Namanya Om David. Ini Mamaku. Mama udah lama pergi. Tapi kemarin dateng lagi. Pulang ke rumah," Rafa memeluk lengan Riana erat. Senyumannya begitu riang.Dahi Jo mengkerut. Apa maksud bocah kecil ini? "Ayo pulang. Om

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KAMU SUKA DOKTER ITU?

    David menarik Riana masuk ke ruang kerjanya. Suara pintu terkunci dari dalam terdengar begitu jelas. Jantung Riana bergemuruh. Tak tahu apa yang akan dilakukan oleh David padanya saat ini.Otak Riana berputar. Memikirkan kesalahan apa yang dilakukan selama bersama David hari ini. Apa dia marah karena aku minta tambahan gaji?Telinga Riana mendengar langkah kaki David yang semakin dekat. Samar-samar saat mengintip sekilas, Riana melihat tangan David menggenggam erat sebuah kemoceng.Gimana nih? Dia mau pukul aku pake itu? pikiran Riana sudah kemana-mana.Semakin langkah David mendekat, semakin mundur pula tubuh Riana bergerak. Mundur. Mundur. Hingga mentok di dinding. Jemari Riana mencengkeram erat dinding. Kedua matanya tertutup rapat. Bersamaan dengan otot leher dan wajahnya yang menegang karena ketakutan.TUK!Sesuatu menyentuh kepalanya.TUK! TUK! TUK!Makin lama makin kencang tapi masih wajar. Tak sakit seperti disambit rotan. Perlahan mata Riana terbuka. Tampak David di hadapanny

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   JANTUNG YANG BERDESIR

    "Kurang ajar kamu!" Sena langsung mengambil gelas cappucino-nya yang baru saja datang dan mengguyurkannya ke muka Jo.Jo memejamkan mata sesaat. Wajahnya masam mendapat perlakuan seperti itu dari Sena. Namun, dia tak bisa membalas Sena. Dia masih butuh informasi dari Sena seputar Riana."Sudah puas kan? Sekarang jawab pertanyaanku Sena. Siapa suami Riana?""Fuck off!" Sena berdiri dan meninggalkan Jo.Arrrgh!" Jo memukul meja penuh rasa frustasi.Sena langsung berlari ke tempat parkiran. Dia menyetir mobilnya menuju rumah Riana. Perasaannya cukup tak enak juga mendengar berulang kali pertanyaan Jo yang menyinggung pernikahan Riana."Si Riana kenapa lagi sih?! Bisa-bisanya ketemu sama Jo! Mana Jo-nya gila kayak gitu! Hah!" omel Sena sambil terus melajukan mobilnya.Sena mengambil jalan pintas. Jam sore seperti ini biasanya jalanan Bandung sedang macet-macetnya orang pulang kerja. Walau begitu, tetap saja butuh waktu setengah jam lebih bagi Sena agar bisa sampai di rumah Riana di daerah

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-10
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   SEMAKIN MANIS, SEMAKIN MENDEBARKAN

    Riana bisa merasakan hatinya berdesir tak karuan saat pandangannya bertemu dengan mata David. Sepasang bola mata gelap itu sesaat membuat Riana terhanyut. Segera Riana mengedipkan matanya."Hmm, makasih," Riana ikut mengusap bawah bibirnya dengan telapak tangan agar tak kelihatan grogi. Buru-buru dia kabur dari pandangan David menuju antrian.Gila! batin Riana. Rasanya kedua pipinya memanas untuk beberapa saat. Tenang Riana. Kamu cuma kaget aja."Teh, maju, Teh," pembeli lain yang ada di belakang Riana membuyarkan usaha Riana menenangkan diri."Oh, iya. Maaf," Riana buru-buru bergerak maju. Detak jantungnya yang tak beraturan membuatnya susah berkonsentrasi.Untungnya, Riana tak melakukan kesalahan fatal seperti menumpahkan mangkok ramen atau menabrak pembeli lain. Riana bersyukur dirinya masih aman sampai kembali ke tempat duduk dengan ramen pesanannya.Saat akan mengambilkan mangkok ramen untuk Rafa, tangannya bersentuhan David yang ternyata berniatan sama dengannya. Sentuhan berbed

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   RANGKULAN DADAKAN

    Riana melemparkan pandangan ke David. Memohon bantuan pada laki-laki itu. Namun, David malah melihat ke arah lain. Seolah tak mau ikut campur dengan hal itu."Ya, Ma? Ya?" Rafa menarik-narik tangan Riana.Riana tertawa canggung lalu berkata. “Eh, mau lihat air terjun nggak? Di sini ada air terjun bagus lho? Kita bisa foto-foto bareng. Rafa belum pernah foto bareng Mama kan?""Mau! Mau! Ayo!"Fiuuh! Riana lega bisa mengelabui Rafa. Tanpa banyak bicara, Riana langsung mengajak Rafa naik lift menuju lantai Sky Level tempat air terjun buatan itu berada.PVJ Mall memang memiliki desain yang unik. Tak hanya bisa berbelanja dan wisata kuliner. Pengunjung juga bisa jalan-jalan menikmati keindahan alam buatan yang sudah tampak dari desain interior dan eksterior mall yang dipenuhi bebungaan. Belum lagi ada lantai Sky Level yang menyediakan fasilitas tambahan untuk foto dengan spot air terjun buatan dan taman bunga yang indah."HUWAAAAA!" Rafa langsung berlari bergaya di depan air terjun buatan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11

Bab terbaru

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   NGGAK MASALAH PUNYA ADIK

    "Pagi, Rafa!" Riana menyapa dengan hangat. Jalan pagi berdua dengan David membuat mood Riana naik drastis.Rafa yang baru keluar kamar tertegun menatap mamanya yang tampak bersemangat. Sudah hampir sebulanan mamanya tampak lesu seperti orang tak ingin hidup. Kata Mbok Shinta, itu karena adiknya tak jadi lahir. Calon adiknya di perut mamanya menghilang dan gara-gara itu mamanya jadi sedih.Mendengar kabar itu, Rafa juga sedih. Tapi, mamanya sudah sangat sedih. Jadi, dia memutuskan untuk tidak tampak bersedih dan melakukan kegiatan sehari-hari dengan lebih mandiri. Intinya, Rafa bertekad lebih mandiri dan tidak bergantung pada mamanya agar tidak menambah duka dan beban pikiran mamanya."Udah mandi? Mau Mama mandiin?" tanya Riana dengan senyum cerah."Mama lagi seneng ya?" tanya balik Rafa. Hatinya ingin memastikan mamanya memang baik-baik saja.Riana tersipu malu sambil memegangi pipinya," Hehehe, senenglah. Kan lihat Rafa pagi ini."Rafa semakin melongo dengan tingkah aneh mamanya itu.

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   THANK YOU FOR LOVING ME (RIANA POV)

    Dulu, saat bangun dari tidur, aku selalu takut melihat ke sisiku karena ada dirimu di sana. Aku sangat takut. Tiap kali berdua denganmu, jantungku seperti berhenti berdetak. Pikiranku selalu berdoa agar suatu saat bisa terlepas darimu.Nyatanya, setelah waktu berlalu. Aku malah berharap selalu bisa berada di sisimu. Hatiku selalu merasa lebih tenang, jika kamu bersamaku.Seperti saat ini. Waktu pagi datang. Kedua kelopak mataku terbuka. Aku langsung menoleh ke samping, mencarimu. Senyumku otomatis berkembang saat indera penglihatanku menangkap bayang dirimu ada di sisiku.Sudah banyak hal yang kami lalui bersama. Suka duka menjalani kehidupan sehari-hari yang terasa seperti naik roller coaster. Aneh. Sejujurnya aku takut naik roller coaster dan tentunya kehidupan seperti roller coaster saat bersama denganmu juga membuat jantungku tak bisa berdetak tenang barang sesaat. Namun, semuanya tak terasa menakutkan saat bersamamu.Memang ada kalanya kesedihan yang teramat menyakitkan membuatku

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KENAKALAN DI BIOSKOP

    Ekor mata Riana melirik-lirik gugup ke arah David. Dia tak berani langsung menoleh. Apalagi sekarang adegan panas di layar sedang berjalan.Masih terus melirik-lirik, Riana pura-pura mengambil popcorn yang ada di antara dirinya dan David. Tentu dengan pikiran agar terlihat natural. Namun, jari-jarinya tak bisa menemukan tempat popcorn yang diinginkannya."Kok? Harusnya kan di sini?" gumam Riana. Niatnya pun berubah. Jari-jarinya bergerak menelusuri sekitaran tubuh David. Bodohnya, dia melakukannya sambil tetap melirik. Tidak langsung menoleh."Eh? Kok? Menonjol?" Riana terkaget lalu akhirnya menoleh. Tampak David sudah berdeham-deham saja menatap ke arahnya.Kedua mata Riana membelalak lebar. Gara-gara asal meraba saat mencari popcorn, jarinya malah memegang junior David. Bukan popcorn yang dia cari!"Maaf, David!" buru-buru Riana menarik kembali tangannya. Mukanya sangat panas. Bahkan, suhu dingin AC di bioskop tak bisa meredam hawa panas yang menjalari wajahnya. Yang bisa Riana laku

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KAMU PIKIR AKU GENTONG?

    Sepulang dari menjenguk Risa, David mengajak Riana makan. Dia membelokkan mobilnya ke arah Cihampelas Mall."Kok ke mall?" Riana menatap David bingung."Ke Mujigae. Kamu suka korea-koreaan kan?""Hmm, iya sih. Tapi, kamu doyan?""Kalau sama kamu mah, apa saja bisa jadi enak. Yang penting kamu makannya banyak. Oke?" David membuka pintu mobil lalu keluar. Setelah itu, dia berlari ke tempat Riana berada untuk membukakan pintu mobil buat Riana."Makasih," Riana memegangi erat jemari David sambil melangkah keluar mobil.David terus menggandeng tangan Riana sampai tiba di tempat makan. Dia memesan hampir semua aneka makanan di buku menu yang disediakan oleh pramusaji."David! Siapa yang mau makan itu semua?" Riana melongok pada tab menu pemesanan yang diklik oleh David. Matanya membelalak melihat banyaknya makanan yang David pilih."Kamu. Tugasmu sekarang makan banyak," David menekan tombol order untuk mengakhiri pesanan.Riana terpaksa mengikuti ucapan David. Toh, orderan sudah terlanjur d

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   BERUSAHA UNTUK MENDEWASA

    Entah ini sudah hari ke berapa aku berada di rumah sakit. Aku tak tahu. Atau mungkin tepatnya tak ingin tahu.Luka di tubuhku sudah mendingan. Seharusnya aku sudah bisa pulang ke apartemenku. Tapi, aku tak mau pulang. Tempat itu hanya akan mengingatkan pada kenangan-kenangan manis yang ternyata hanyalah tipuan. Memikirkannya saja membuat air mataku meleleh.Padahal, aku sudah sangat percaya. Kukira memang sudah benar-benar mau menerimaku. Nyatanya, dia hanya menipu dan merampas semua kenangan indah yang dia berikan padaku secara sepihak. Bahkan, janin dalam kandunganku ikut dia rampas. Betapa dia sangat tidak memiliki hati. Anak di kandunganku kan anaknya juga. Tapi kenapa dia tega melakukan itu? Membuat janin yang belum genap tiga bulan itu sirna dari dunia. Sungguh sangat jahat dirimu, Jo. Harusnya aku menyadari ini semua dari awal. Tapi, semua sudah terlambat. Dari awal, batin dan pikiranku sudah tertutupi oleh cinta butaku padamu, Jo. Jika saja… jika saja aku masih bisa berpikir j

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   ANAK KITA MASIH ADA DI HATI KITA

    Sudah seminggu lebih waktu berlalu sejak kejadian itu. Kejadian yang sangat memilukan. Bagiku dan Riana.Hari-hari kami di rumah jadi sepi. Riana lebih suka mengurung diri di kamar. Jarang makan. Wajahnya jadi lebih pucat dan tirus.Aku tahu. Ini pasti sangat berat untuknya. Ibunya sudah menginap di rumahku. Bahkan, Sena. Kubiarkan mereka menemani Riana. Karena kupikir, lingkungan yang lebih ramai, bisa membuat dirinya lebih ceria.Memang saat bersama orang lain, dia sudah bisa menanggapi dengan baik. Walau hanya beberapa patah kata dan senyum simpul. Menurut laporan psikolog yang tiap harinya kutugaskan untuk membantu terapi Riana, kondisi Riana memang masih membutuhkan proses. Dikarenakan Riana tipe perasa. Butuh waktu lebih lama menuntaskan rasa duka."Kira-kira ada alternatif lain tidak untuk membantunya?" tanyaku pada sang psikolog. Sejujurnya aku juga tak sanggup jika tiap malam mendengar Riana menangis sendirian. Hatiku selalu ikut teriris mendengarnya. Aku pun sudah tak bisa b

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   HILANGNYA SANG BUAH HATI

    "David...." panggil Riana lemah."Iya, Sayang," David mencoba mencari wajah istrinya yang masih tersembunyi dalam dadanya. Tangannya bergerak mengusap-usap rambut dan pelipis istrinya."Rumah sakit…. Aku mau ke rumah sakit," rengek Riana. Tangannya meremas kaos polo David yang berwarna hitam pekat."Iya. Ayo," David langsung menggendong Riana keluar kamar. Riana menelusupkan kepalanya dalam dekapan dada David. Memang hatinya masih tak tenang karena obat yang baru ditelannya. Tapi, sudah ada David di sisinya. Bukankah semuanya akan berjalan baik-baik saja kan?"Bos, yang di luar sudah beres," Jono tampak tergopoh-gopoh menghampiri David."Jo di dalam. Jalankan sesuai perintahku tadi," pesan David."Iya, Bos," Jono menyanggupi perintah bosnya.David melangkah menuruni tangga. Dia berjalan membawa Riana masuk dalam mobil Jeep."Pak, ke rumah sakit terdekat," ujarnya pada sopir sewaan yang dari tadi menunggu."Siap, Bos," jawab sang sopir.Sepanjang perjalanan, David terus memangku Riana.

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KAMU SUDAH SELAMAT SEKARANG

    David terbangun dari kantuknya. Perjalanan panjang menuju lokasi Riana disekap membuatnya semakin lelah. Tanpa dia sadari, dirinya sudah terlelap begitu saja tadi."Jam berapa sekarang?" tanya David pada Joni yang ada di sisinya."Jam sembilan, Bos. Sekitar dua puluh menit lagi sampai," jelas Joni.Butuh waktu sehari penuh bagi David untuk mendapatkan lokasi Riana berada. David harus mencari info dari geng preman maupun kepolisian sekitar. Sangat beruntung, David belum pernah memiliki masalah dengan pihak kepolisian. Makanya, urusannya bisa berjalan lebih lancar dan bisa menemukan posisi Riana meski hanya berbekal plat nomor mobil saja.Jalan yang mereka lalui semakin lama kasar. Berulang kali ban mobil Jeep yang David kendarai seolah-olah meloncat melayang terbang saking terlalu sering bersentuhan dengan jalan bebatuan tak rata.David menatap ke belakang. Anak buahnya mengikuti dengan mobil di belakang. Dia kembali menoleh ke depan. Berulang kali dia menghembuskan napas penuh kegelis

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   BE A GOOD GIRL

    Aku pikir aku mati. Ya. Saat ini kematian benar-benar dekat denganku. Malaikat pencabut nyawa ada di sisi. Walaupun aku sudah meraung-raung memohon, tak ada kepeduliannya yang tersisa untukku. Sebaliknya, mulutku malah dibungkam dengan lakban hitam.Hanya tangisku yang bisa kuandalkan. Entah sudah berapa liter air mata kucucurkan. Mataku pun sudah lelah. Tapi, hanya ini protes yang bisa kulakukan. Tak ada yang lain.Aku tak berdaya. Tak bisa melakukan apapun. Jo mengikatku begitu kencang. Tak mau menerima sedikit pun penjelasan dariku. Malah, dia meminumkan obat aneh padaku.Aku tak tahu obat apa itu. Tapi, dia memaksaku meminumnya. Jemarinya menjejalkan buliran pil berwarna putih itu ke dalam mulut dengan kasar. Aku berusaha untuk melawan, memuntahkannya. Tapi, jari-jarinya mendorong masuk pil itu ke pangkal tenggorokanku dan mengguyurnya dengan air mineral sebanyak mungkin. Aku pun tersedak bersamaan dengan pil dan air mineral yang menelusup masuk dalam tenggorokanku."Bagus!" itula

DMCA.com Protection Status