Share

CARI IDENTITAS DOKTER ITU

Author: bonanzalalala
last update Last Updated: 2024-02-09 13:50:46

Mata David tak henti-hentinya menatap Jo. Sementara itu, Jo masih dengan santainya memeriksa luka lebam di lengan Rafa yang sudah terbangun.

Jo akhirnya berhasil memaksa Riana masuk ke ruangannya. Tentu dengan alasan memeriksa Rafa. Alasan yang Jo duga tak mungkin bisa ditolak Riana dan pasti akan diikuti oleh laki-laki berwajah dingin yang Jo duga adalah suami Riana.

"Anakmu berantem?" tanya Jo usai memeriksa Rafa.

"Iya. Ada anak yang ganggu dia," jawab Riana.

"Sering-sering dikompres aja. Dua tiga hari bakal hilang," Jo melirik David. Sebuah senyuman dilemparkannya pada David sebelum menyapa.

"Suaminya Riana ya?" tanya Jo.

"Iya,” jawab David tanpa ragu.

"Bukan!" jawab Riana dan Rafa serentak. Mentah-mentah menolak jawaban David. Membuat David melotot kesal.

"Ini Om-ku. Namanya Om David. Ini Mamaku. Mama udah lama pergi. Tapi kemarin dateng lagi. Pulang ke rumah," Rafa memeluk lengan Riana erat. Senyumannya begitu riang.

Dahi Jo mengkerut. Apa maksud bocah kecil ini?

"Ayo pulang. Om ada kerjaan habis ini," David langsung mengangkat Rafa dalam pelukannya. Laki-laki keluar dari ruangan Jo tanpa mengucapkan apapun.

"Tu-tunggu!" Riana langsung berdiri.

Jo memegang tangan Riana. "Riana, aku ingin mau bicara denganmu," pinta Jo.

"Maaf, Jo. Aku harus pulang," Riana berusaha menarik tangannya. Namun, genggaman Jo begitu kencang.

"Aku minta nomormu?"

"Nggak ada, Jo. Aku nggak ada hape!"

"Ini. Telpon aku," Jo menyodorkan kartu namanya. Riana hanya melihat.

"Terima atau …."

"Iya," Riana langsung menyambar kartu nama Jo sebelum Jo menyelesaikan ucapannya. Dengan kasar Riana menarik tangannya dari genggaman Jo. Dia berlari keluar mengejar David dan Rafa.

"Hah…." Riana menghela napas lega. Akhirnya dia bisa mengejar sampai mobil tepat waktu.

David hanya terdiam. Akan tetapi, dia menyetir dengan ugal-ugalan. Entah sudah berapa kali dia menerobos lampu merah di jalan.

"Ma, Rafa takut," Rafa memeluk erat Riana.

Sebenernya aku juga takut, Rafa. Tapi nggak mungkin aku ngomong gini ke kamu.

Walau gemetar, Riana tetap memeluk lembut Rafa. Tangannya menepuk-nepuk kepala Rafa. "Jangan takut. Mama ada di sini,” bisik Riana setenang yang dia bisa.

JEDUK!

Kepala Riana terbentur sisi mobil saat David memarkirkan mobil di halaman rumahnya. Riana mengerang sambil tetap memeluk Rafa. Tak ingin bocah kesayangannya itu mengalami hal sama dengannya.

"Keluar!" hardik David geram.

Riana tak paham kenapa laki-laki itu berubah mood begitu cepat. Padahal, dirinya tak melakukan kesalahan apapun. Bahkan, sedari tadi dia berusaha melindungi Rafa.

"Iya," Riana langsung membuka pintu mobil dan menggendong Rafa keluar. Walaupun ingin marah, mulut Riana tetap terkunci. Percuma saja bagi dia untuk komplain. Toh, pemenangnya sudah jelas. Pasti David.

Daripada menanggapi amarah David, jauh lebih baik jika dia membawa Rafa langsung masuk ke dalam rumah. Mengurus Rafa jauh lebih aman dan menyenangkan daripada harus berlama-lama bersama David. Dengan cepat, Riana pun melesat ke dalam kamar Rafa, meninggalkan David yang masih menggerutu tak jelas di dalam mobil.

David memukul setir mobilnya. Meluapkan kekesalannya. Setelah beberapa menit, dia menelpon seseorang.

"Ya, Bos? Ada apa?"

"Cari identitas dokter di rumah sakit tempat ibu Riana dirawat. Namanya Jo. Aku tunggu nanti hasilnya."

***********************

Jo termenung. Otaknya berpikir keras mencerna celetukan Rafa tadi.

"Apa maksudnya? Lama nggak ketemu? Terus balik lagi? Misal laki-laki tadi bukan suaminya? Terus siapa suami Riana? Hmm, ada yang nggak beres kayaknya," Jo menscroll kontak di hapenya. Ada nama Sena tampak di layarnya. Dia segera menelepon.

Tut… Tut... Tut….

"Iya. Selamat sore. Ada yang bisa saya bantu?"

"Ini Sena ya? Teman Riana?"

"Oh? Iya. Ini siapa ya?"

"Ini Jo. Jonathan Bagaskara. Mantan Riana."

"Oooh. Iya. Ada apa ya? Bukannya kamu udah nikah sama perempuan lain? Kenapa cari-cari Riana? Jangan bikin susah Riana ya?" omel Sena membuat telinga Jo sakit.

"Riana udah nikah?"

"Hah? Apa?"

"Riana udah nikah?" Jo mengeraskan suaranya.

"Nikah? Kamu ngayal ya? Riana mana mungkin mikir cinta-cintaan. Dia butuh banyak uang buat ngurusin ibunya,” terang Sena.

Belum nikah? Berarti anak itu bukan anak Riana? Terus kenapa Riana mengakui anak itu anaknya dia?

"Hallo? Jo? Kok diem sih? Kalo nggak ada yang penting, aku matiin ya?"

"Eh, tunggu… tunggu… aku mau minta nomornya Riana."

"Buat apa? Inget istri Jo! Jangan deket-deketin Riana deh. Nanti kena semprot lagi dia sama mamamu. Cukup sekali Jo kamu bikin Riana sakit hati,” omel Sena penuh kekesalan.

Bukan buat itu Sen. Ah, pokoknya aku butuh nomor Riana sekarang juga."

"Nggak bisa!” tolak Sena tegas.

"Kantormu masih kantor redaksi majalah Supernova bukan?"

"Kok tahu?" Sena kaget mendengar ucapan Jo.

"Aku ke sana sekarang," Jo mematikan teleponnya.

"Ada yang nggak beres dari Riana," gumam Jo sambil melepas jas kerjanya lalu menggantungnya di kursi. Dipakainya jaket kulit warna cokelat yang ada di dalam lemari. Tak lupa dia mengambil kunci mobilnya yang ada di atas meja. Dengan langkah terburu, dia segera menuju parkiran mobil.

*************

Riana termenung. Dirinya sudah selesai menyuapi Rafa dan kini bocah manis itu sudah terlelap. Biasanya jam segini dia bekerja. Ya, sudah lama dia tak masuk kerja. Sudah tentu dia dipecat.

Walaupun begitu, Riana masih bisa menulis cerita untuk web novel-nya atau mengerjakan tulisan pesanan dari klien-kliennya. Setidaknya ada hal berguna yang bisa dilakukannya agar bisa mendapatkan pundi-pundi tambahan.

Kini? Dia hanya termenung. Menunggui anak kecil tiduran. "Rasanya udah kayak ibu rumah tangga aja. Padahal, nikah aja belum," gumam Riana.

Krucuk!

Riana sadar. Dirinya sama sekali belum menyentuh makanan. Dia hanya sibuk mengurusi Rafa. Sampai lupa bahwa tubuhnya juga membutuhkan asupan.

"Hmm, mending aku buat mi rebus telor. Mumpung Rafa udah bobok juga. Bisa agak lamaan makannya," Riana langsung meluncur menuju dapur.

Saat akan memasuki dapur, samar-samar Riana mendengar suara Mbok Shinta bersama Joni sedang mengobrol. Sepintas Riana mendengar namanya disebut.

"Tapi mirip ya? Neng Riana sama Nyonya?" tutur Mbok Shinta.

"Hmm, iya sih, Mbok. Si Bos juga sempet kaget waktu lihat. Makanya langsung dibawa ke sini," Joni menanggapi ucapan Mbok Shinta.

"Syukurlah. Paling nggak ya Si Rafa nggak lagi nangis. Mbok itu ya sedih lihat Si Rafa nangis terus kalau pas kumat kangennya."

"Ya, wajar sih Mbok. Kan ditinggal sama orang tua. Aku aja kadang masih kangen sama ibu bapak di desa."

"Kamu kan ada kakakmu, Si Jono. Masih ada temen kangen-kangenan. Nah, Si Rafa masih kecil. Nggak ada temennya lagi."

"Sekarang udah ada, Mbok. Ada Neng Riana yang nemenin Rafa. Seneng dah itu anak tiap hari gelendotan macam koala."

"Hush! Jaga omonganmu!" Mbok Shinta memukul bahu Joni. Membuat pria berbadan besar itu mengaduh.

Riana berjalan mundur. Tak jadi masuk ke dapur. Dia milih berbalik. Kembali ke kamar Rafa.

BRUK!

Belum sempat melangkah, Riana sudah menabrak seseorang. Saat mendongak, tampak David sudah berdiri tegap di hadapannya.

"Ah... Maaf…." pinta Riana sambil memegangi hidungnya yang kesakitan.

Bukannya menjawab ucapan Riana, David justru menarik Riana. Membuat Riana bingung.

"Tu-tunggu! Kita mau kemana? Kenapa kamu tarik-tarik aku?" Riana tak mengerti dengan tingkah David.

"Diam!" bentak David. Riana bisa merasakan kemarahan dalam ucapan David. Mati! Apalagi salahku?! jerit batin Riana.

Related chapters

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KAMU SUKA DOKTER ITU?

    David menarik Riana masuk ke ruang kerjanya. Suara pintu terkunci dari dalam terdengar begitu jelas. Jantung Riana bergemuruh. Tak tahu apa yang akan dilakukan oleh David padanya saat ini.Otak Riana berputar. Memikirkan kesalahan apa yang dilakukan selama bersama David hari ini. Apa dia marah karena aku minta tambahan gaji?Telinga Riana mendengar langkah kaki David yang semakin dekat. Samar-samar saat mengintip sekilas, Riana melihat tangan David menggenggam erat sebuah kemoceng.Gimana nih? Dia mau pukul aku pake itu? pikiran Riana sudah kemana-mana.Semakin langkah David mendekat, semakin mundur pula tubuh Riana bergerak. Mundur. Mundur. Hingga mentok di dinding. Jemari Riana mencengkeram erat dinding. Kedua matanya tertutup rapat. Bersamaan dengan otot leher dan wajahnya yang menegang karena ketakutan.TUK!Sesuatu menyentuh kepalanya.TUK! TUK! TUK!Makin lama makin kencang tapi masih wajar. Tak sakit seperti disambit rotan. Perlahan mata Riana terbuka. Tampak David di hadapanny

    Last Updated : 2024-02-10
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   JANTUNG YANG BERDESIR

    "Kurang ajar kamu!" Sena langsung mengambil gelas cappucino-nya yang baru saja datang dan mengguyurkannya ke muka Jo.Jo memejamkan mata sesaat. Wajahnya masam mendapat perlakuan seperti itu dari Sena. Namun, dia tak bisa membalas Sena. Dia masih butuh informasi dari Sena seputar Riana."Sudah puas kan? Sekarang jawab pertanyaanku Sena. Siapa suami Riana?""Fuck off!" Sena berdiri dan meninggalkan Jo.Arrrgh!" Jo memukul meja penuh rasa frustasi.Sena langsung berlari ke tempat parkiran. Dia menyetir mobilnya menuju rumah Riana. Perasaannya cukup tak enak juga mendengar berulang kali pertanyaan Jo yang menyinggung pernikahan Riana."Si Riana kenapa lagi sih?! Bisa-bisanya ketemu sama Jo! Mana Jo-nya gila kayak gitu! Hah!" omel Sena sambil terus melajukan mobilnya.Sena mengambil jalan pintas. Jam sore seperti ini biasanya jalanan Bandung sedang macet-macetnya orang pulang kerja. Walau begitu, tetap saja butuh waktu setengah jam lebih bagi Sena agar bisa sampai di rumah Riana di daerah

    Last Updated : 2024-02-10
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   SEMAKIN MANIS, SEMAKIN MENDEBARKAN

    Riana bisa merasakan hatinya berdesir tak karuan saat pandangannya bertemu dengan mata David. Sepasang bola mata gelap itu sesaat membuat Riana terhanyut. Segera Riana mengedipkan matanya."Hmm, makasih," Riana ikut mengusap bawah bibirnya dengan telapak tangan agar tak kelihatan grogi. Buru-buru dia kabur dari pandangan David menuju antrian.Gila! batin Riana. Rasanya kedua pipinya memanas untuk beberapa saat. Tenang Riana. Kamu cuma kaget aja."Teh, maju, Teh," pembeli lain yang ada di belakang Riana membuyarkan usaha Riana menenangkan diri."Oh, iya. Maaf," Riana buru-buru bergerak maju. Detak jantungnya yang tak beraturan membuatnya susah berkonsentrasi.Untungnya, Riana tak melakukan kesalahan fatal seperti menumpahkan mangkok ramen atau menabrak pembeli lain. Riana bersyukur dirinya masih aman sampai kembali ke tempat duduk dengan ramen pesanannya.Saat akan mengambilkan mangkok ramen untuk Rafa, tangannya bersentuhan David yang ternyata berniatan sama dengannya. Sentuhan berbed

    Last Updated : 2024-02-11
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   RANGKULAN DADAKAN

    Riana melemparkan pandangan ke David. Memohon bantuan pada laki-laki itu. Namun, David malah melihat ke arah lain. Seolah tak mau ikut campur dengan hal itu."Ya, Ma? Ya?" Rafa menarik-narik tangan Riana.Riana tertawa canggung lalu berkata. “Eh, mau lihat air terjun nggak? Di sini ada air terjun bagus lho? Kita bisa foto-foto bareng. Rafa belum pernah foto bareng Mama kan?""Mau! Mau! Ayo!"Fiuuh! Riana lega bisa mengelabui Rafa. Tanpa banyak bicara, Riana langsung mengajak Rafa naik lift menuju lantai Sky Level tempat air terjun buatan itu berada.PVJ Mall memang memiliki desain yang unik. Tak hanya bisa berbelanja dan wisata kuliner. Pengunjung juga bisa jalan-jalan menikmati keindahan alam buatan yang sudah tampak dari desain interior dan eksterior mall yang dipenuhi bebungaan. Belum lagi ada lantai Sky Level yang menyediakan fasilitas tambahan untuk foto dengan spot air terjun buatan dan taman bunga yang indah."HUWAAAAA!" Rafa langsung berlari bergaya di depan air terjun buatan

    Last Updated : 2024-02-11
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   AKU PACAR RIANA

    Tawa Riana bersama Rafa terhenti seketika saat memasuki kamar ibunya. Di dalam sana, tak hanya ada ibunya saja. Tampak dua sosok yang tidak ingin ditemuinya untuk saat ini. Jo dan Sena. Kedua orang itu tampak sedang mengobrol dengan ibunya."Riana!" teriak Sena dan Jo berbarengan. Jantung Riana berdegup kencang lagi. Kedua orang itu langsung menghampiri Riana."Hmm, kita ngobrol di luar aja? Gimana?" usul Riana secepat kilat. Tak ingin membuat keributan di dalam kamar."Oke," ujar Sena sambil melirik Rafa."Bu, aku titip Rafa ya," pesan Riana sebelum keluar kamar. Ibu Riana mengangguk dan memanggil Rafa agar mendekat. Sangat beruntung bagi Riana karena Rafa tipe anak yang penurut. Bocah itu langsung naik ke ranjang dan bermain dengan ibu Riana."Kita bisa ke kafetaria rumah sakit," usul Jo sesaat setelah Riana menutup pintu ruang rawat ibunya dari luar. Riana hanya mengangguk mengiyakan.Jo berjalan di sisi Riana menuju kafetaria. Sena yang memang tak suka Jo, dengan sengaja menabrak

    Last Updated : 2024-02-12
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   CIUMAN PRANK

    Riana memejamkan mata kuat-kuat. Dapat dirasakannya telapak tangan David memegang erat belakang lehernya. Belum lagi bibirnya yang tinggal berjarak beberapa inchi dari bibir David.Tanpa sadar, Riana mencengkeram erat tangan David. Membuat tawa David terlontar keluar. Perlahan Riana membuka matanya. Tampak David masih tertawa. Wajah Riana memerah seperti tomat."Gila kamu!" ceplos Riana sambil melepaskan diri dari David.Jantungnya tak berhenti berdetak kencang. Ingin rasanya dia mencabut jantungnya sekarang juga dan melemparnya. Bisa-bisanya jantungnya berdetak karena prank tak jelas dari David.Segera Riana berdiri. Tangan David kembali memegang tangan Riana. Membuat gadis itu tak bisa pergi."Ngobrol dulu," ujar David."Jangan dekat-dekat lagi tapi!" pesan Riana. David mengangguk."Mantanmu masih suka kamu?" tanya David seperti orang menginterogasi."Darimana kamu tahu dia mantanku?""Menurutmu?" David mengerling Riana dengan ekor matanya yang tajam. Riana sadar siapa pria di hadap

    Last Updated : 2024-02-12
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   BIARKAN AKU MEMELUKMU

    Jantung Riana tak bisa berhenti berdegup. Dirinya tak menyangka David akan menyelinap masuk ke kamarnya tengah malam seperti ini!Awalnya Riana sudah mulai mengantuk. Apalagi waktu sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam. Walaupun memaksa untuk memikirkan soal penculikan Mama Rafa, dia pun tak punya petunjuk apa-apa."Mendingan aku tidur aja. Besok pagi kan masih bisa tanya David," gumam Riana sambil meletakkan hapenya di meja. Dimatikannya lampu kamar agar tidurnya jauh lebih nyenyak.Sudah beberapa kali Riana menguap. Beberapa kali juga dia berguling ke kiri dan ke kanan. Anehnya, matanya belum bisa diajak terpejam. Padahal, otaknya sudah menginginkan untuk diajak tidur.Ceklek. Ceklek.Riana terkejut. Seseorang membuka pintu kamarnya yang sudah dikunci. Perlahan Riana mengintip sekilas dari balik selimutnya. Tampak bayangan laki-laki berjalan mendekatinya dan terduduk di sisinya.Sesaat jemari laki-laki itu menyingkap sedikit selimut yang menutupi wajah Riana. Sekuat mungkin Rian

    Last Updated : 2024-02-13
  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   AKU NGGAK PUNYA SAUDARA

    "Tapi aku nggak punya saudara! Aku anak tunggal di rumah!" jelas Riana menggebu.David hanya mengangkat pundaknya."Yang jelas kalian mirip,” ujar David."Lalu di mana Mama Rafa sekarang? Masih hidup kan?" Riana masih ingat perkataan Rafa yang menceritakan bahwa Mama dan Papanya baru pergi lama dan tak pulang-pulang."Aku masih mencari mereka,” ucap David."Mencari? Mereka diculik?""Aku masih mencari dan tugasmu menggantikan sementara peran Mama Rafa dengan baik. Jangan sampai menimbulkan kecurigaan,” terang David.Itulah pesan David yang terngiang-ngiang di pikiran Riana. Bahkan, saat rapat orang tua murid yang membahas tentang kenakalan geng Noval ke Rafa pun, Riana jadi tak fokus."Pokoknya saya minta ibu-ibu sekalian jaga anak masing-masing. Jangan sampai saya dengar mereka ngejek anak saya lagi," pungkas Riana menyudahi perdebatan dalam rapat agar cepat selesai.Untungnya tak ada ibu-ibu yang membuat ulah. Beban Riana jadi sedikit lebih berkurang. Usai rapat, Riana langsung menga

    Last Updated : 2024-02-13

Latest chapter

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   NGGAK MASALAH PUNYA ADIK

    "Pagi, Rafa!" Riana menyapa dengan hangat. Jalan pagi berdua dengan David membuat mood Riana naik drastis.Rafa yang baru keluar kamar tertegun menatap mamanya yang tampak bersemangat. Sudah hampir sebulanan mamanya tampak lesu seperti orang tak ingin hidup. Kata Mbok Shinta, itu karena adiknya tak jadi lahir. Calon adiknya di perut mamanya menghilang dan gara-gara itu mamanya jadi sedih.Mendengar kabar itu, Rafa juga sedih. Tapi, mamanya sudah sangat sedih. Jadi, dia memutuskan untuk tidak tampak bersedih dan melakukan kegiatan sehari-hari dengan lebih mandiri. Intinya, Rafa bertekad lebih mandiri dan tidak bergantung pada mamanya agar tidak menambah duka dan beban pikiran mamanya."Udah mandi? Mau Mama mandiin?" tanya Riana dengan senyum cerah."Mama lagi seneng ya?" tanya balik Rafa. Hatinya ingin memastikan mamanya memang baik-baik saja.Riana tersipu malu sambil memegangi pipinya," Hehehe, senenglah. Kan lihat Rafa pagi ini."Rafa semakin melongo dengan tingkah aneh mamanya itu.

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   THANK YOU FOR LOVING ME (RIANA POV)

    Dulu, saat bangun dari tidur, aku selalu takut melihat ke sisiku karena ada dirimu di sana. Aku sangat takut. Tiap kali berdua denganmu, jantungku seperti berhenti berdetak. Pikiranku selalu berdoa agar suatu saat bisa terlepas darimu.Nyatanya, setelah waktu berlalu. Aku malah berharap selalu bisa berada di sisimu. Hatiku selalu merasa lebih tenang, jika kamu bersamaku.Seperti saat ini. Waktu pagi datang. Kedua kelopak mataku terbuka. Aku langsung menoleh ke samping, mencarimu. Senyumku otomatis berkembang saat indera penglihatanku menangkap bayang dirimu ada di sisiku.Sudah banyak hal yang kami lalui bersama. Suka duka menjalani kehidupan sehari-hari yang terasa seperti naik roller coaster. Aneh. Sejujurnya aku takut naik roller coaster dan tentunya kehidupan seperti roller coaster saat bersama denganmu juga membuat jantungku tak bisa berdetak tenang barang sesaat. Namun, semuanya tak terasa menakutkan saat bersamamu.Memang ada kalanya kesedihan yang teramat menyakitkan membuatku

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KENAKALAN DI BIOSKOP

    Ekor mata Riana melirik-lirik gugup ke arah David. Dia tak berani langsung menoleh. Apalagi sekarang adegan panas di layar sedang berjalan.Masih terus melirik-lirik, Riana pura-pura mengambil popcorn yang ada di antara dirinya dan David. Tentu dengan pikiran agar terlihat natural. Namun, jari-jarinya tak bisa menemukan tempat popcorn yang diinginkannya."Kok? Harusnya kan di sini?" gumam Riana. Niatnya pun berubah. Jari-jarinya bergerak menelusuri sekitaran tubuh David. Bodohnya, dia melakukannya sambil tetap melirik. Tidak langsung menoleh."Eh? Kok? Menonjol?" Riana terkaget lalu akhirnya menoleh. Tampak David sudah berdeham-deham saja menatap ke arahnya.Kedua mata Riana membelalak lebar. Gara-gara asal meraba saat mencari popcorn, jarinya malah memegang junior David. Bukan popcorn yang dia cari!"Maaf, David!" buru-buru Riana menarik kembali tangannya. Mukanya sangat panas. Bahkan, suhu dingin AC di bioskop tak bisa meredam hawa panas yang menjalari wajahnya. Yang bisa Riana laku

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KAMU PIKIR AKU GENTONG?

    Sepulang dari menjenguk Risa, David mengajak Riana makan. Dia membelokkan mobilnya ke arah Cihampelas Mall."Kok ke mall?" Riana menatap David bingung."Ke Mujigae. Kamu suka korea-koreaan kan?""Hmm, iya sih. Tapi, kamu doyan?""Kalau sama kamu mah, apa saja bisa jadi enak. Yang penting kamu makannya banyak. Oke?" David membuka pintu mobil lalu keluar. Setelah itu, dia berlari ke tempat Riana berada untuk membukakan pintu mobil buat Riana."Makasih," Riana memegangi erat jemari David sambil melangkah keluar mobil.David terus menggandeng tangan Riana sampai tiba di tempat makan. Dia memesan hampir semua aneka makanan di buku menu yang disediakan oleh pramusaji."David! Siapa yang mau makan itu semua?" Riana melongok pada tab menu pemesanan yang diklik oleh David. Matanya membelalak melihat banyaknya makanan yang David pilih."Kamu. Tugasmu sekarang makan banyak," David menekan tombol order untuk mengakhiri pesanan.Riana terpaksa mengikuti ucapan David. Toh, orderan sudah terlanjur d

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   BERUSAHA UNTUK MENDEWASA

    Entah ini sudah hari ke berapa aku berada di rumah sakit. Aku tak tahu. Atau mungkin tepatnya tak ingin tahu.Luka di tubuhku sudah mendingan. Seharusnya aku sudah bisa pulang ke apartemenku. Tapi, aku tak mau pulang. Tempat itu hanya akan mengingatkan pada kenangan-kenangan manis yang ternyata hanyalah tipuan. Memikirkannya saja membuat air mataku meleleh.Padahal, aku sudah sangat percaya. Kukira memang sudah benar-benar mau menerimaku. Nyatanya, dia hanya menipu dan merampas semua kenangan indah yang dia berikan padaku secara sepihak. Bahkan, janin dalam kandunganku ikut dia rampas. Betapa dia sangat tidak memiliki hati. Anak di kandunganku kan anaknya juga. Tapi kenapa dia tega melakukan itu? Membuat janin yang belum genap tiga bulan itu sirna dari dunia. Sungguh sangat jahat dirimu, Jo. Harusnya aku menyadari ini semua dari awal. Tapi, semua sudah terlambat. Dari awal, batin dan pikiranku sudah tertutupi oleh cinta butaku padamu, Jo. Jika saja… jika saja aku masih bisa berpikir j

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   ANAK KITA MASIH ADA DI HATI KITA

    Sudah seminggu lebih waktu berlalu sejak kejadian itu. Kejadian yang sangat memilukan. Bagiku dan Riana.Hari-hari kami di rumah jadi sepi. Riana lebih suka mengurung diri di kamar. Jarang makan. Wajahnya jadi lebih pucat dan tirus.Aku tahu. Ini pasti sangat berat untuknya. Ibunya sudah menginap di rumahku. Bahkan, Sena. Kubiarkan mereka menemani Riana. Karena kupikir, lingkungan yang lebih ramai, bisa membuat dirinya lebih ceria.Memang saat bersama orang lain, dia sudah bisa menanggapi dengan baik. Walau hanya beberapa patah kata dan senyum simpul. Menurut laporan psikolog yang tiap harinya kutugaskan untuk membantu terapi Riana, kondisi Riana memang masih membutuhkan proses. Dikarenakan Riana tipe perasa. Butuh waktu lebih lama menuntaskan rasa duka."Kira-kira ada alternatif lain tidak untuk membantunya?" tanyaku pada sang psikolog. Sejujurnya aku juga tak sanggup jika tiap malam mendengar Riana menangis sendirian. Hatiku selalu ikut teriris mendengarnya. Aku pun sudah tak bisa b

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   HILANGNYA SANG BUAH HATI

    "David...." panggil Riana lemah."Iya, Sayang," David mencoba mencari wajah istrinya yang masih tersembunyi dalam dadanya. Tangannya bergerak mengusap-usap rambut dan pelipis istrinya."Rumah sakit…. Aku mau ke rumah sakit," rengek Riana. Tangannya meremas kaos polo David yang berwarna hitam pekat."Iya. Ayo," David langsung menggendong Riana keluar kamar. Riana menelusupkan kepalanya dalam dekapan dada David. Memang hatinya masih tak tenang karena obat yang baru ditelannya. Tapi, sudah ada David di sisinya. Bukankah semuanya akan berjalan baik-baik saja kan?"Bos, yang di luar sudah beres," Jono tampak tergopoh-gopoh menghampiri David."Jo di dalam. Jalankan sesuai perintahku tadi," pesan David."Iya, Bos," Jono menyanggupi perintah bosnya.David melangkah menuruni tangga. Dia berjalan membawa Riana masuk dalam mobil Jeep."Pak, ke rumah sakit terdekat," ujarnya pada sopir sewaan yang dari tadi menunggu."Siap, Bos," jawab sang sopir.Sepanjang perjalanan, David terus memangku Riana.

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   KAMU SUDAH SELAMAT SEKARANG

    David terbangun dari kantuknya. Perjalanan panjang menuju lokasi Riana disekap membuatnya semakin lelah. Tanpa dia sadari, dirinya sudah terlelap begitu saja tadi."Jam berapa sekarang?" tanya David pada Joni yang ada di sisinya."Jam sembilan, Bos. Sekitar dua puluh menit lagi sampai," jelas Joni.Butuh waktu sehari penuh bagi David untuk mendapatkan lokasi Riana berada. David harus mencari info dari geng preman maupun kepolisian sekitar. Sangat beruntung, David belum pernah memiliki masalah dengan pihak kepolisian. Makanya, urusannya bisa berjalan lebih lancar dan bisa menemukan posisi Riana meski hanya berbekal plat nomor mobil saja.Jalan yang mereka lalui semakin lama kasar. Berulang kali ban mobil Jeep yang David kendarai seolah-olah meloncat melayang terbang saking terlalu sering bersentuhan dengan jalan bebatuan tak rata.David menatap ke belakang. Anak buahnya mengikuti dengan mobil di belakang. Dia kembali menoleh ke depan. Berulang kali dia menghembuskan napas penuh kegelis

  • MENDADAK JADI PEMBANTU KESAYANGAN TUAN MAFIA   BE A GOOD GIRL

    Aku pikir aku mati. Ya. Saat ini kematian benar-benar dekat denganku. Malaikat pencabut nyawa ada di sisi. Walaupun aku sudah meraung-raung memohon, tak ada kepeduliannya yang tersisa untukku. Sebaliknya, mulutku malah dibungkam dengan lakban hitam.Hanya tangisku yang bisa kuandalkan. Entah sudah berapa liter air mata kucucurkan. Mataku pun sudah lelah. Tapi, hanya ini protes yang bisa kulakukan. Tak ada yang lain.Aku tak berdaya. Tak bisa melakukan apapun. Jo mengikatku begitu kencang. Tak mau menerima sedikit pun penjelasan dariku. Malah, dia meminumkan obat aneh padaku.Aku tak tahu obat apa itu. Tapi, dia memaksaku meminumnya. Jemarinya menjejalkan buliran pil berwarna putih itu ke dalam mulut dengan kasar. Aku berusaha untuk melawan, memuntahkannya. Tapi, jari-jarinya mendorong masuk pil itu ke pangkal tenggorokanku dan mengguyurnya dengan air mineral sebanyak mungkin. Aku pun tersedak bersamaan dengan pil dan air mineral yang menelusup masuk dalam tenggorokanku."Bagus!" itula

DMCA.com Protection Status