"RAFAEL!!!"
Suara tersebut membuat Rafael dan Andika menolehkan wajah mereka kearah sumber suara. Benar saja ternyata suara tersebut berasal dari sang ayah. Rafael menatap kedatangan sang ayah dengan malas tanpa menunjukan minat sedikit pun. Ayah Rafael berdiri di depannya dan menatap tajam, kemudian memberikan map yang tak tahu apa isi nya. Tingkat keingin tahu Rafael sangat tinggi. Dirinya mengambil map tersebut kemudian membaca nya. Namun wajahnya berubah menjadi datar saat mengetahui isi map tersebut tak jauh dari kata bisnis. Dia membenci bisnis, ada hal yang membuat dirinya begitu membenci bisnis.
Rafael berdiri kemudian menyapu rambutnya yang telah jatuh dan mengenai wajah. Sebentar menatap wajah ayahnya dengan dingin setelah itu melemparkan map tersebut kelantai. Malas meladeni, Rafael berbalik arah ingin pergi meninggalkan ruangan tersebut. Namun langkahnya tertahan oleh tangan sang ayah yang memegang pundaknya. Rafael langsung menghempaskan tangan tersebut dengan kasar. Kemudian mendekati ayahnya sambil menatap tajam.
"Saya tak sudi disentuh oleh bajingan seperti anda!" Setelah mengatakan itu Rafael meninggalkan ruangan tersebut dengan wajahnya yang datar. Suasana hatinya menjadi buruk hari ini. Andika ingin mengejar namun ayahnya berkata tidak perlu, membuat Andika mengangguk paham kemudian ijin untuk keluar dari ruangan tersebut.
.......
Saat ini Kaiza sedang makan malam bersama Amanda dirumahnya. Dirinya menceritakan semua kejadian saat di kerjaannya tadi. Amanda membulatkan matanya saat mendengar bahwa Keiza telah bertemu seorang Rafael Jackson, idolanya. Keiza melihat Amanda seperti orang bodoh yang senyum-senyum sendiri. Dirinya menjelaskan bahwa Rafael itu tak sebaik yang Amanda bayangkan. Rafael adalah seorang pria sombong, angkuh, emosian dan banyak hal buruk lainnya. Dirinya menatap Amanda, bukannya Amanda ifeel malahan semakin menjadi-jadi. Lihatlah sekarang Amanda seperti orang gila yang sedang menutup matanya kemudian mengangakan mulutnya. Ide jahil muncul dalam pikirannya, dia mengambil satu sendok sambal yang berada di depannya kemudian memasukan sambal tersebut kedalam mulut Amanda. Dirinya tertawa lebar saat Amanda tiba-tiba terbatuk dan lihatlah sekarang wajah dan mata Amanda memerah dikarenakan kepedasan. Amanda langsung menghabisi seluruh minuman yang ada diatas meja. Keiza tak henti-hentinya tertawa, memang benar ya senang diatas penderitaan sahabat itu sangat enak ya. Tetapi ada batas wajarnya juga ya!!
"Bangke emang kau Kei!"
Keiza melihat wajah kesal milik Amanda. Dirinya memasang wajah yang imut sambil membuat dua jari yang bertanda peace. Dirinya mengaku salah, dia tak mau ujung-ujung nya Amanda mendiami selama berhari-hari, lebih baik dirinya lah yang mengalah dan minta maaf. Amanda tetap membuang muka kearah samping. Keiza panik jangan sampai Amanda benar-benar mendiami nya. Dengan cepat dia memeluk Amanda sambil berkata maaf, namun Amanda hanya diam saja. Tak menerima respon Keiza langsung melepaskan pelukannya kemudian menundukan kepalanya. Niatanya hanya bercanda tadi namun siapa sangka ternyata Amanda tak suka dengan candaannya. Beberapa saat dia mendengar tawaan kecil dan segera mengangkat kepalanya. Dia langsung disuguhi oleh satu sendok sambal kedalam mulutnya kemudian melihat Amanda yang tertawa sambil berlari ke dalam kamar.
"Sialan!"
Saat ini Rafael sedang berada dirumah, dirinya sedang latihan bernyanyi sambil memainkan piano. Ditengah kesibukannya, seorang asisten menghentikan kegiatan.
"Permisi tuan, s-saya disuruh untuk m-meminta p-ponsel anda." Rafael mengubah raut wajahnya menjadi datar. Kemudia menatap tajam kearah asistennya.
"Apakah Andika-Andika itu yang menyuruhmu?" Asisten tersebut menganggukan kepalanya dengan gemetaran. Mendapat jawaban dari anggukan, Rafael mengusap wajahnya kasar. Dia merasa hidupnya seperti bukan milik nya, mengapa untuk bermain ponsel saja diatur juga.
"Mohon segera diberi tuan, saya bakal dimarahin jika tak membawa ponsel anda ke pak Andika."
Rafael mengambill ponsel yang berada disebelah kemudian melemparkan keasistennya setelah itu pergi meninggalkan asisten tersebut. Saat diatas tangga dia tersenyum miring kemudian mengambil sesuatu di kantong celananya, ternyata mengambil ponsel cadangannya yang sudah dia pindahkan data-data ke ponsel tersebut. Kembali berjalan memasuki kamar.
Saat ini Andika sedang pusing memikirkan surat pengunduran diri asisten Rafael. Dirinya sudah mengganti empat kali dalam sebulan ini. Tiba-tiba suara ketukan dari luar ruangan membuat semua pikirannya menjadi buyar. Dia menyuruh masuk orang yang mengetuk pintu tersebut. Bisa dilihat bahwa Keiza lah yang datang dan memberikan sejumlah dokumen-dokumen. Entah mengapa tiba-tiba drinya menyuruh Keiza untuk diam sebentar diruangan. Berdiri mendekati Keiza dan melihat dari bawah hingga atas. PAS! Orang yang dia cari akhirnya muncul juga. Solusi dari permasalahan tadi akhirnya terpecahkan. Dia mengatakan sesuatu dan diangguki Keiza.
Oliv saat ini sedang mengantarkan minuman ketempat Rafael. Namun Rafael tak meminumnya dikarenakan tak sesuai kesukaannya. Rafael bertanya dimana asisten yang biasa mengatur keseluruhan, karena biasanya asisten itu lah yang membelikan dia minuman. Manager nya mengatakan bahwa asisten tersebut telah berhenti bekerja. Rafael mendesah kecewa, dia bertanya apakah susah menjadi asistennya, padahal menurutnya tak susah sama sekali tapi mengapa harus bolak-balik diganti. Oliv managernya mengatakan bahwa asisten-asisten tersebut yang memang tak becus bekerja, dan berkata bahwa telah menemukan asisten yang cocok daripada sebelum-sebelumnya. Rafael tak mengindahkan ucapan tersebut, dirinya hanya bermain piano. Oliv pun tak tahan berlama-lama berada dikediaman Rafael, dirinya berpamitan untuk pergi. Lagi dan lagi tidak direspon sama sekali.
Bell berbunyi terus menerus membuat aktifitas nya terhenti.
"FUCK YOU BITCH!!!" Rutuk Rafael sendiri.
Dirinya langsung membukakan pintu dan mucul lah seorang wanita yang sedang melambaikan tangan nya sepertinya sedang memberi sapaan. Dirinya merasa tak asing dengan wanita tersebut, dan mencoba mengingat-ingat siapa dia.
"Hi! Perkenalkan aku Keiza, sebagai asisten terbaru anda. Tapi nih ya aku merasa kayaknya anda gak terlalu suka denganku kan ya hehe, jadi aku bisa pergi dari sini. Tapi kalau nanti ditanya pak Andika bilang aja ya kau gak mau. Oke sekian ucapan dari aku, terimakasih dan sampai jumpa." Keiza mengucapkan kalimat tersebut dengan cepat. Saat berbalik dirinya menegang saat mendengar suara Rafael.
"Siapa bilang aku gak mau?" Rafael mendekati Keiza yang berdiri menegang. Sekarang dia ingat siapa wanita tersebut. Wanita itu adalah salah satu kontestan yang tereliminasi di kompetisi yang dia ikuti dulu. Dirinya tersenyum miring saat melihat wajah syok Keiza.
"Diriku mau! Dan karena anda sekarang asisten ku, anda harus membaca semua tugas-tugas yang udah tercatat dalam buku ini." Dirinya memberikan Keiza sebuah buku yang telah dibuatnya, buku tersebut berisi tentang tugas, kewajiban, dan juga hak seorang asisten. Kemudian dirinya mengambil kunci di saku celananya. Dan memberikan kunci tersebut kepada Keiza dan memberitahu mulai kedepnnya untuk masuk dari pintu belakang. Setelah mengatakan itu Rafael pergi masuk kedalam rumah, dan menutup pintu tersebut dengan keras membuat Keiza kaget. Sepertinya dirinya harus sering-sering mengelus dada jika berhadapan dengan Rafael. Dia membuka buku tersebut yang menurutnya lumayan tebal. Mual saaat membaca buku yang penuh dengan tulisan dan segera dia pergi keluar dari kediaman Keiza.
Sekarang dia dan Amanda benar-benar cengo melihat isi buku tersebut. Bagaimana tidak tugas tersebut begitu banyak dan dia seorang perempuan yang belum memiliki pengalaman terlalu banyak. Benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikir Rafael ini. Memang ya dari dulu sampai sekarang dia benar-benar memiliki sifat yang menyebalkan.
"Buahahahaha Kei gak nyangka ternyata Rafael punya sifat unik yang menggemaskan."
Keiza yang mendengar penuturan kata Amanda langsung memelototinya. Apa-apaan Manda ini, hal seperti ini dianggap unik?!!! HELLO!!!
Amanda langsung mengatkan untuk sabar sambil tertawa sedangkan Keiza hanya mengacungkan jari tengahnya. Kemudian sama-sama tertawa terbahak-bahak. Beginilah sahabat, jika ada yang tertawa yang satunya ikut tertawa walaupun tak tahu apa yang sedang ditertawakan.
...........
Pagi ini Keiza berada di rumah Rafael, dia menenteng tas yang berisi minuman sesuai dengan buku yang dirinya baca. Dia mencari keberadaan Rafael namun tak melihat nya sama sekali. Dia berjalan menelusuri ruangan tersebut, hingga berhentilah dirinya di dekat kolam renang. Tubuhnya kaku saat melihat Rafael yang berjalan keluar dari kolam sambil menyapu rambutnya yang basah. Tetesan air yang jatuh mengenai badannya membuat tubuh Rafael tampak bersinar saat mengenai pantulan cahaya matahari. Dirinya segera tersadar saat Rafael berjalan mendekatinya. Dia langsung berbalik badan saat Rafael berdiri tepat didepannya dengan keadaan tak memakai baju, hanya memakai celana pendek itupun basah.
"Mana minum? Udah baca buku kan?"
Keiza mengangguk kaku kemudian menyodorkan sebuah kantungan tas yang berisi minuman. Rafael tak langsung mengambil kantungan tersebut dia malah menatap Keiza lama dan menyeringai. Memegang pundak Keiza dan membalikan tubuh Keiza kearah dirinya. Saling bertatapan beberapa detik, perlahan wajah Rafael mendekat ke wajah Keiza. Semakin mendekat dan Keiza memejamkan wajahnya. Hingga beberapa detik dirinya tak merasakan apapun, pada akhirnya dia membuka matanya dan melihat Rafael yang sedang minum dihadapan dirinya. MALU sungguh dia tak tahu harus pergi kemana untuk membuang mukanya. Rafael mendekatinya kembali dan membisikkan sesuatu yang membuat dirinya menegang.
“Kau jangan terlalu mimpi untuk gue kecup. Gak sudi bibir ini cium cewek gak berbentuk!"
Rafael pergi meninggalkan Keiza yang sedang memahami kata-kata yang diucapkannya tadi. Tunggu-tunggu, apa tadi katanya? Dirinya bermimpi dicium oleh Rafael? NAJIS pikirnya. Namun kejadian beberapa waktu lalu terbayang kembali di pikirannya. Dengan segera dia menggelengkan kepalanya untuk menormalkan kembali pikirannya. Berapa saat kemudian= dirinya baru ingat tugas lainnya yang harus dia lakukan, dengan segera dia berlari mengejar Rafael yang sudah berada dilantai atas.
........
Siang ini seluruh kru sedang menunggu kehadiran seorang aktor yang akan melakukan syuting iklan. Namun sudah satu jam lebih tak ada tanda-tanda kehadiran aktor tersebut. Beberapa tim sudah mulai menanyakan kehadiran aktor tersebut kepada seorang lelaki yang bertugas sebagai penanggung jawab. Lelaki itu bernama Farrel Adellard. Pria yang memiliki rambut hitam dan mempunya bola mata yang bewarna hitam kecoklatan. Farrel terus menghubungi Rafael dan juga managernya. Namun manager Rafael berkata mereka sudah mengirim asisten yang akan mempersiapkan Rafael, namun entah mengapa sampai saat ini belum sampai juga. Dirinya meminta nomor asisten Rafael dan sialnya tak diangkat juga. Dirinya meminta tambahan waktu pada kameraman untuk menunggu, namun kameramen bersikeras untuk pergi dan mengatakan syutingnya lebih baik ditunda saja. Setelah kameramen tersebut pergi, dirinya langsung menendang kursi yang ada di dekatnya. Dan menelpon kembali nomor asistennya namun nihil tak ada juga yang mengangkat.
Keiza saat ini sedang mengetuk pintu kamar Rafael, sudah sejak tadi namun tak ada respon. Ingin rasanya dirinya mendobrak pintu ini, namun dirinya masih sadar diri bahwa dia pasti tak dapat menggantinya. Terus menggedor pintu tersebut dengan sekuat tenaganya. Hingga dia merasakan pintu yang diketuknya berubah menjadi lebih empuk. Dirinya mengangkat kepalanya dan ternyata yang diketuk nya ialah dada Rafael. Dirinya menampilkan cengirannya saat ditatap datar oleh Rafael.
"Kumohon bersiap-siaplah, Pak Andika tadi menyuruhku untuk mempersiapkanmu agar bisa pergi ke lokasi syuting iklan." Keiza berkata dengan suara permohonannya. Dia tampak frustasi berhadapan dengan seorang Pria bernama Rafael ini. Namun perkataannya tadi tak dihiraukan sama sekali. Malahan Rafael berbaring di tempat tidur nya sambil bermain ponsel. Cukup sudah, sudah habis kesabarannya! Dirinya menggulungkan lengan bajunya kemudian mengambil ponsel yang dimainkan oleh Rafael dan melemparkannya di sebelah kasur, tak peduli apabila ponsel tersebut sekarang yang ada . Kemudian dia menarik tubuh Rafael untuk berdiri namun kakinya tak seimbang membuat dirinya terjatuh tepat diatas tubuh Rafael. Kedua bibir mereka menyatu, membuat keduanya sama-sama hanyut dalam pikiran masing-masing. Hingga beberapa detik Keiza tersadar dan segera bangkit dari posisinya tadi. Mengatur jantung nya yang tak karuan kemudian pergi keluar dari kamar Rafael. Sedangkan Rafael sendiri memegang bibirnya yang tadi tak sengaja menempel di bibir orang lain. Dirinya segara bangkit dan berjalan ke kamar mandi.
Saat ini Keiza benar-benar gugup. Bagaimana tak gugup, bibirnya sudah tak perawan lagi! Dia menepuk-nepuk pipinya supaya menyadarkannya bahwa ini hanya lah mimpi belaka. Namun dia sadar bahwa kejadian hari ini benar-benar nyata. Dirinya pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya. Menatap pantulan dirinya di cermin, namun bayangan kejadian tadi selalu menghantui dirinya. Dimana dia melihat tubuh atletis milik Rafael kemudian menatap wajah yang basah sehabis berenang terlihat sangat sempurna. Berlanjut dimana diirinya menarik tubuh Rafael yang sedang berbaring di tempat tidur kemudian terjatuh akibat ketidakseimbangan kakinya. Dirinya yang menimpa tubuh Rafael, dada berbentuk bidang nan keras. Kemudian dua bibir yang tak sengaja menempel. Membayangkan bibir Rafael yang membuat nya menjadi bayang-bayang dalam pikirannya.
Keiza berjalan keluar kamar mandi dan melihat Rafael yang juga menuruni tangga. Semenjak kejadian tadi, fokus Keiza mendadak terperinci menatap seluruh bagian tubuh Rafael. Dirinya paling fokus dengan satu bagian tubuh yaitu bibirnya. Entah mengapa Keiza menjadi liar seperti ini. Dia menelan ludahnya kasar kemudian menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia melakukan itu hanya semata untuk menghilangkan rasa gugupnya. Kemudian dirinya mengajak Rafael untuk segera berangkat bersamanya pergi ke lokasi yang tadi diberitahu Pak Andika kepada dirinya. Rafael hanya mengangguk kemudian berjalan deluan didepannya.
Dimobil hanya keheningan yang terjadi, dia menatap keluar jendela dan mencoba menghilangkan rasa gugup yang dialaminya. Dia membuka tas nya dan mencari ponselnya yang daritadi dia mode pesawatkan. Saat dia menghidupkan data seluler, puluhan pannggilan dari nomor yang tak dikenal dan juga dari perusahaannya. Jantungnya semakin berdetak kencang. Panggilan tersebut sudah ada sejak empat puluh lima menit yang lalu. Keiza pun menelpon nomor perusahaan kembali dan diangkat oleh manager artis nya Rafael. Wajahnya menegang saat suara dari sebrang mengatakan dia tak becus mengerjakan tanggung jawab yang diberikan. Para tim sudah membatalkan kerjasama dengan Rafael karena dianggap tidak profesional. Setelah panggilan berakhir, Keiza mendesah kecewa. Dia menatap Rafael dengan tatapan menyedihkan.
Rafael menyadari dirinya sedang ditatap, dia menolehkan wajahnya kesamping dan terlihatlah wajah Keiza yang murung. Dia bertanya ada apa namun Keiza tetap diam sambil menundukan kepalanya. Rafael bertanya sekali lagi apa yang terjadi namun saat ingin menjawab, ucapan Keiza terpotong oleh supir yang mengatakan mereka sudah sampai.
Sekarang Keiza dan Rafael sedang berdiri dihadapan Farrel. Bisa Keiza lihat saat ini Farrel sedang berdecih. Dirinya meminta maaf atas kelalaian nya yang menyebabkan pembatalan kontrak. Bukan mendapat jawaban yang baik, justru dia mendapat hinaan dari Farrel. "Oh ternyata anda asistennya Rafael. Cih begitu kampungan dan tak bertanggung jawab. Raf gak salah milih Asisten? Ini lebih cocok jadi babu hahaha." Rafael yang mendengar pun panas, dia merasa terhina oleh kata-kata yang diucapkan Farrel. Dia berjalan kedepan Keiza dan tersenyum sengit menatap Farrel. Tatapan Rafael membuat Farrel menggaruk tengkuk lehernya. Dia menggenggam jari-jari Keiza dan menatap genggaman tersebut. "Ck, sebenarnya malas banget nanggepin orang tolol kayak gini, tapi karena kau sudah hina salah satu karyawan ku, tentu aku gak terima. Semua karyawan itu sama artinya dengan milik aku! Berani kau senggol habis hidup kau!" Keiza terperangah dengan ucapan Raf
Saat ini Keiza berada di ruangan Pak Andika sedang membicarakan masalah trending di sosial media. Hingga saat ini Rafael masih trending juga yang membuat bingung siapa dalang dibalik semua ini. Pak Andika meminta tolong untuk melacak siapa awal pembuat artikel tersebut, Pak Andika yakin orang dalam lah yang membocorkannya, mungkin karena tak menyukai Rafael. Keiza tak yakin bisa melakukan itu namun dirinya mencoba untuk melakukannya. Keiza melakukan sesuatu di komputer, dirinya melihat sebuah perangkat yang membuat artikel awal namun artikel tersebut telah dihapus sang pemilik, namun bisa menyebar kemana-mana dikarenakan publik telah menyimpan artikel itu. Keiza mengatakan bahwa artikel sang pemilik telah dihapus dan tak bisa mengetahui siapa nama dalang dibalik semua ini. Kemudian dirinya memberitahu bahwa alamat pemilik artikel tersebut telah dia dapat. Bisa dilihat reaksi kaget Pak Andika saat melihat data-data yang dia beri. Kebingannya pun terjawab
"Kembalilah pulang dan maafkanlah ayah, dirinya merindukanmu dan dia juga menunggumu untuk menyetujui pernikahannya." Wajah Rafael berubah saat mendengar perkataan kakaknya yang mengatakan bahwa ayahnya ingin menikah lagi. Geram dengan hal itu dirinya langsung mengacak rambutnya dan berdiri dengan emosi yang memuncak. Sang kakaknya Railine kaget melihat sikap adiknya kemudian ikut berdiri namun saat dia memegang pundak sang adik, Rafael pergi berlari keluar rumah. Saat ini Rafael sedang berada dalam mobil dan menyetir dengan ugal-ugalan. Tujuannya hanya satu, yaitu pergi ke rumah ayahnya. Tak peduli para pengguna kendaraan lain yang dari tadi mengklaksonnya. Sampailah di sebuah rumah besar, saat memasuki perkarangan rumah dirinya langsung disambut para penjaga-penjaga rumah. Rafael tak mengindahkan semua itu, dirinya hanya fokus berjalan dan menemui ayahnya yang sedang duduk disofa sambil membaca koran. Dirinya langsung berdiri di hadapan sang ayah dan menatap dengan tat
Keiza membawa dirinya kedalam kamar, dan mengambil selimut yang berada dalam lemari. Keiza memintanya untuk pergi kedokter namun tangan Rafael menahan tangan Keiza yang hendak pergi mengambil sesuatu. Dirinya menggelengkan kepala dengan lemah dan mengatakan bahwa dirinya tak ingin pergi ke dokter. Keiza ingin memberi penjelasan namun lagi-lagi ditahan oleh Rafael."Jangan pergi..." Keiza bisa mendengar suara pelan sebelum Rafael menutup matanya tertidur sambil memegang tangan Keiza. Dirinya meletakan perlahan tangan Rafael dan pergi ke dapur mencari alat untuk kompres demam. Segera membawa keatas dan perlahan memeras kain yang tadi di celupkan kedalam air kompresan. Kemudian meletakan kain tersebut ke kening Rafael. Dirinya mengambil termometer dan mengecek suhu tubuh Rafael dan ternyata suhu nya lumayan tinggi. Dirinya mengambil kain yang ada di keningnya dan mencelupkan kembali kedalam air kompresan dan memakaikannya kembali. Tak te
Sekarang sudah hari senin, sungguh sangat tak terasa sekali. Padahal aku merasakan baru saja tertidur namun harus kembali bangun untuk pergi kerja. Bangkit dari tempat tidur lalu berjalan kearah kamar mandi. Menatap pantulan diri ini yang masih biasa aja tak ada perubahan di hadapan cermin. Aku menarik nafas dan membuangnya dengan kasar. “Semangat aku pasti bisa!!!” Menyemangati diri sendiri kemudian tersenyum tipis. Mencari pakaian yang akan kugunakan saat pergi bekerja nanti lalu masuk ke bathtub dan mulai merendamkan diri. Sekitar dua puluh menitan aku selesai mandi, sesudah itu berjalan keluar kamar. Melihat Amanda sedang menyiapkan makanan diatas meja, melangkahkan kaki dengan perlahan bermaksud untuk mengejutkan. “Gak bakal kaget!” Seru Amanda padany
“Ku serahkan semua padamu. Aku percaya!” ASTAGA!!! Rafael ini kenapa tidak lihat situasi sih? Lihat saja sekarang ayahnya menatap ku dengan tatapan jijik. Dikira nya aku ini sampah apa? Ah sudah terlanjur, bisa ku lihat sekarang pria tua ini ingin membuka suara. “Tanpa diijinkan olehnya, kau wajib ikut berobat di luar negeri!” Suara Ayah Rafael kembali terdengar. “Anda tak perlu ikut serta dalam urusanku dengannya!” Rafael kembali berbicara dengan suara tegas. Aku menahan tangan Rafael, memperingatkannya agar tak terbawa emosi. Ditengah perdebatan antara ayah dan anak ini terdengar suara wanita berteriak. “RAFAEL!!!” Suara teriakan dari belakang membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke sumber suara tersebut. Terlihat seorang wanita dengan balutan pakaian elegan, berambut panjang sebahu bewarna kecoklatan, berlari mendekat kearah Rafael. Memeluk tubuh Rafael dengan erat, tentu saja semua orang kaget kecuali ayahnya Rafael. Dia malah ters
“Demi kesembuhanmu, ikutin saja kemauan tuan Jackson.” Saat ini aku berada di kediaman Rafael, tengah membujuk dirinya agar mau pergi ke luar negeri. Sudah ku bujuk sejak sejam yang lalu namun tetap saja ia menolak. Aku berdiam sebentar lalu menarik nafas dan, “Aku membujuk mu dengan baik tadi namun kau tak mendengarnya, baiklah tak ada cara lain, terpaksa aku harus bicara dengan keras padamu. Hei!!! Pengobatan ini juga demi kesembuhan mu, tolong hargai sedikit orang yang mau membantu mu. Jangan sampai kau merasakan sakit yang lebih parah baru mau mendengarkan kata-kata orang!Kau paham itu, Tuan Rafael Jackson!!!” Hanya dalam sekali tarikan nafas aku mengatakan kata-kata tersebut. Sedangkan Rafael telihat seperti jengah mendengarku, ya tapi bodoamat siapa suruh dia tak mau mengikuti pengobatan ini. “Baiklah-baiklah, cerewet sekali!” Ujarnya dengan suara terdengar kesal. Ku tatap tajam wajahnya membuat dia menggaruk belakang telinga. Melangkah ke ruang
“Sialan kau bajingan tua!!!”Aku mendengar isak tangis Rafael sambil berteriak memaki ayah nya. Aku berjalan ke nakas berniat mengambil minum lalu akan tetapi minuman tersebut habis dan berniat untuk mengambil ke dapur, namun lagi-lagi harus tertahan oleh tangan Rafael. Menatap mata bengkak nya seperti habis di tonjok, ingin ngakak namun kasihan juga.“Jangan pergi!”Oke telingaku sepertinya salah mendengar. Tumben sekali dia menahan tanganku sambil mengatakan jangan pergi. Ayolah Rafael saat ini sangat menggemaskan jika sifat nya seperti ini aku menjadi tak tahan untuk mengarungi nya.“Aku hanya ambil minum, udah habis soalnya,” ucap ku pada nya. Tetapi tetap saja dia hanya menggelengkan kepalanya.“Jangan pergi! Aku takut ayah menyuruh bodyguard nya untuk membawaku.” Hatiku menjadi sangat prihatin pada dirinya. Sebegitu takutnya dia. Akhirnya aku pun mengangguk lalu duduk tepat di hadapannya. Mengus
Suara merdu Sam terdengar indah di telingaku. Ya saat ini aku tengah berada di bar Sam biasanya berada. Tersenyum saat Sam menatap ku. Ya aku tau Sam akan ikut bernanyi di acara besar yang telah dipersiapkan oleh perusahaan. Lagu pun telah selesai di nyanyikan, Sam datang mendekat. “Keiza? Ada gerangan apa kau kemari?” Astaga suara nya yang lembut membuat ku ingin melayang saja. “Apakah harus ada alasan untuk datang ke bar ini?” Tanyaku padahal hanyalah candaan namun terlihat wajah Sam seperti tak enak mengatakan pertanyaan tadi. “Aku bercanda Sam,” ucapku diakhiri dengan tawa kecil. “Kau sudah mempersiapkan dirimu Sam?” Tanyaku dan dia mengangguk. “Kau tahu Kei, aku merasa gugup. Pati acara nya besok akan banyak orang ya?” “Tentu, dan juga besok akan ditayang kan di beberapa media. Kau sungguh hebat Sam!!” Aku mengatakan nya dengan antusias. “Kei, mau kah kau membantuku dalam mengurus semua hal ini? Eum maksud ku-“ Sebel
Saat ini aku sedang berada di ruang rapat bersama Pak Andika dengan staf lainnya. Kami sedang menunggu Nyonya Clara selaku direktur perusahaan ini, oh ya Nyonya Clara ternyata istri dari Pak Andika. Hingga lima belas menit kami menunggu terdengarlah suara ketukan pintu. “Maafkan aku hari ini telat,” ucap Nyonya Clara. Lalu dia berjalan ke tempatnya. Tampak rapat sudah mulai. Pak Andika menjelaskan kerugian perusahaan bulan ini sangat lah besar dari bulan sebelum-sebelumnya. Di pertengahan rapat, Pak Andika mengatakan sebuah brand ingin melakukan kontrak dengan Rafael. “Maaf pak, tapi menurut saya kondisi Rafael belum bisa untuk bekerja.” Aku memberi alasan pada Pak Andika. Ya memang sedang ada kerugian, tapi setidaknya pakai hati juga lah untuk mencari solusi permasalahannya. “Brand ini bisa menutupi paling tidak 75% dari kerugian kita!” “Tapi pak-“ Belum sempat aku lanjut berbicara namun sudah terpotong oleh Vio. “Cih kau tak bisa handle bila
“Sialan kau bajingan tua!!!”Aku mendengar isak tangis Rafael sambil berteriak memaki ayah nya. Aku berjalan ke nakas berniat mengambil minum lalu akan tetapi minuman tersebut habis dan berniat untuk mengambil ke dapur, namun lagi-lagi harus tertahan oleh tangan Rafael. Menatap mata bengkak nya seperti habis di tonjok, ingin ngakak namun kasihan juga.“Jangan pergi!”Oke telingaku sepertinya salah mendengar. Tumben sekali dia menahan tanganku sambil mengatakan jangan pergi. Ayolah Rafael saat ini sangat menggemaskan jika sifat nya seperti ini aku menjadi tak tahan untuk mengarungi nya.“Aku hanya ambil minum, udah habis soalnya,” ucap ku pada nya. Tetapi tetap saja dia hanya menggelengkan kepalanya.“Jangan pergi! Aku takut ayah menyuruh bodyguard nya untuk membawaku.” Hatiku menjadi sangat prihatin pada dirinya. Sebegitu takutnya dia. Akhirnya aku pun mengangguk lalu duduk tepat di hadapannya. Mengus
“Demi kesembuhanmu, ikutin saja kemauan tuan Jackson.” Saat ini aku berada di kediaman Rafael, tengah membujuk dirinya agar mau pergi ke luar negeri. Sudah ku bujuk sejak sejam yang lalu namun tetap saja ia menolak. Aku berdiam sebentar lalu menarik nafas dan, “Aku membujuk mu dengan baik tadi namun kau tak mendengarnya, baiklah tak ada cara lain, terpaksa aku harus bicara dengan keras padamu. Hei!!! Pengobatan ini juga demi kesembuhan mu, tolong hargai sedikit orang yang mau membantu mu. Jangan sampai kau merasakan sakit yang lebih parah baru mau mendengarkan kata-kata orang!Kau paham itu, Tuan Rafael Jackson!!!” Hanya dalam sekali tarikan nafas aku mengatakan kata-kata tersebut. Sedangkan Rafael telihat seperti jengah mendengarku, ya tapi bodoamat siapa suruh dia tak mau mengikuti pengobatan ini. “Baiklah-baiklah, cerewet sekali!” Ujarnya dengan suara terdengar kesal. Ku tatap tajam wajahnya membuat dia menggaruk belakang telinga. Melangkah ke ruang
“Ku serahkan semua padamu. Aku percaya!” ASTAGA!!! Rafael ini kenapa tidak lihat situasi sih? Lihat saja sekarang ayahnya menatap ku dengan tatapan jijik. Dikira nya aku ini sampah apa? Ah sudah terlanjur, bisa ku lihat sekarang pria tua ini ingin membuka suara. “Tanpa diijinkan olehnya, kau wajib ikut berobat di luar negeri!” Suara Ayah Rafael kembali terdengar. “Anda tak perlu ikut serta dalam urusanku dengannya!” Rafael kembali berbicara dengan suara tegas. Aku menahan tangan Rafael, memperingatkannya agar tak terbawa emosi. Ditengah perdebatan antara ayah dan anak ini terdengar suara wanita berteriak. “RAFAEL!!!” Suara teriakan dari belakang membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke sumber suara tersebut. Terlihat seorang wanita dengan balutan pakaian elegan, berambut panjang sebahu bewarna kecoklatan, berlari mendekat kearah Rafael. Memeluk tubuh Rafael dengan erat, tentu saja semua orang kaget kecuali ayahnya Rafael. Dia malah ters
Sekarang sudah hari senin, sungguh sangat tak terasa sekali. Padahal aku merasakan baru saja tertidur namun harus kembali bangun untuk pergi kerja. Bangkit dari tempat tidur lalu berjalan kearah kamar mandi. Menatap pantulan diri ini yang masih biasa aja tak ada perubahan di hadapan cermin. Aku menarik nafas dan membuangnya dengan kasar. “Semangat aku pasti bisa!!!” Menyemangati diri sendiri kemudian tersenyum tipis. Mencari pakaian yang akan kugunakan saat pergi bekerja nanti lalu masuk ke bathtub dan mulai merendamkan diri. Sekitar dua puluh menitan aku selesai mandi, sesudah itu berjalan keluar kamar. Melihat Amanda sedang menyiapkan makanan diatas meja, melangkahkan kaki dengan perlahan bermaksud untuk mengejutkan. “Gak bakal kaget!” Seru Amanda padany
Keiza membawa dirinya kedalam kamar, dan mengambil selimut yang berada dalam lemari. Keiza memintanya untuk pergi kedokter namun tangan Rafael menahan tangan Keiza yang hendak pergi mengambil sesuatu. Dirinya menggelengkan kepala dengan lemah dan mengatakan bahwa dirinya tak ingin pergi ke dokter. Keiza ingin memberi penjelasan namun lagi-lagi ditahan oleh Rafael."Jangan pergi..." Keiza bisa mendengar suara pelan sebelum Rafael menutup matanya tertidur sambil memegang tangan Keiza. Dirinya meletakan perlahan tangan Rafael dan pergi ke dapur mencari alat untuk kompres demam. Segera membawa keatas dan perlahan memeras kain yang tadi di celupkan kedalam air kompresan. Kemudian meletakan kain tersebut ke kening Rafael. Dirinya mengambil termometer dan mengecek suhu tubuh Rafael dan ternyata suhu nya lumayan tinggi. Dirinya mengambil kain yang ada di keningnya dan mencelupkan kembali kedalam air kompresan dan memakaikannya kembali. Tak te
"Kembalilah pulang dan maafkanlah ayah, dirinya merindukanmu dan dia juga menunggumu untuk menyetujui pernikahannya." Wajah Rafael berubah saat mendengar perkataan kakaknya yang mengatakan bahwa ayahnya ingin menikah lagi. Geram dengan hal itu dirinya langsung mengacak rambutnya dan berdiri dengan emosi yang memuncak. Sang kakaknya Railine kaget melihat sikap adiknya kemudian ikut berdiri namun saat dia memegang pundak sang adik, Rafael pergi berlari keluar rumah. Saat ini Rafael sedang berada dalam mobil dan menyetir dengan ugal-ugalan. Tujuannya hanya satu, yaitu pergi ke rumah ayahnya. Tak peduli para pengguna kendaraan lain yang dari tadi mengklaksonnya. Sampailah di sebuah rumah besar, saat memasuki perkarangan rumah dirinya langsung disambut para penjaga-penjaga rumah. Rafael tak mengindahkan semua itu, dirinya hanya fokus berjalan dan menemui ayahnya yang sedang duduk disofa sambil membaca koran. Dirinya langsung berdiri di hadapan sang ayah dan menatap dengan tat
Saat ini Keiza berada di ruangan Pak Andika sedang membicarakan masalah trending di sosial media. Hingga saat ini Rafael masih trending juga yang membuat bingung siapa dalang dibalik semua ini. Pak Andika meminta tolong untuk melacak siapa awal pembuat artikel tersebut, Pak Andika yakin orang dalam lah yang membocorkannya, mungkin karena tak menyukai Rafael. Keiza tak yakin bisa melakukan itu namun dirinya mencoba untuk melakukannya. Keiza melakukan sesuatu di komputer, dirinya melihat sebuah perangkat yang membuat artikel awal namun artikel tersebut telah dihapus sang pemilik, namun bisa menyebar kemana-mana dikarenakan publik telah menyimpan artikel itu. Keiza mengatakan bahwa artikel sang pemilik telah dihapus dan tak bisa mengetahui siapa nama dalang dibalik semua ini. Kemudian dirinya memberitahu bahwa alamat pemilik artikel tersebut telah dia dapat. Bisa dilihat reaksi kaget Pak Andika saat melihat data-data yang dia beri. Kebingannya pun terjawab