Saat ini Keiza berada di ruangan Pak Andika sedang membicarakan masalah trending di sosial media. Hingga saat ini Rafael masih trending juga yang membuat bingung siapa dalang dibalik semua ini. Pak Andika meminta tolong untuk melacak siapa awal pembuat artikel tersebut, Pak Andika yakin orang dalam lah yang membocorkannya, mungkin karena tak menyukai Rafael. Keiza tak yakin bisa melakukan itu namun dirinya mencoba untuk melakukannya. Keiza melakukan sesuatu di komputer, dirinya melihat sebuah perangkat yang membuat artikel awal namun artikel tersebut telah dihapus sang pemilik, namun bisa menyebar kemana-mana dikarenakan publik telah menyimpan artikel itu. Keiza mengatakan bahwa artikel sang pemilik telah dihapus dan tak bisa mengetahui siapa nama dalang dibalik semua ini. Kemudian dirinya memberitahu bahwa alamat pemilik artikel tersebut telah dia dapat. Bisa dilihat reaksi kaget Pak Andika saat melihat data-data yang dia beri. Kebingannya pun terjawab atas penjelasan yang diberikan oleh Pak Andika. Bisa ia tangkap bahwa pemilik alamat tersebut milik seorang penanggung jawab yang waktu itu kontrak kerjasamanya dibatalkan. Pak Andika meminta tolong pada dirinya untuk menemui pemilik alamat tersebut, dan bertanya alasan dia membuat artikel seperti ini dan juga meminta agar bisa menyelesaikan masalah yang terjadi. Keiza sedikit ragu tentang permintaan Pak Andika yang menyuruhya untuk mengatasi ini. Bukan karena apa-apa namun pria penanggung jawab ini adalah Farrel, pria yang waktu itu menghinanya. Namun terpaksa dia harus menyetujui permintaan Pak Andika, mencoba tak ada salahnya bukan?
Rafael saat ini berada di sebuah minimarket. Seperti biasa dirinya memakai masker, topi dan kacamata serba hitam bertujuan untuk menghindari paparazi dan hal buruk lainnya. Rafael mencari makanan instan yang dapat menemaninya disaat waktu luang. Selesai berbelanja, dirinya langsung pulang kerumah. Namun saat di parkiran entah mengapa banyak sekali wartawan yang tiba-tiba mengelilinginya. Wartawan tersebut berjumlah banyak dan mereka bertanya dengan cara menyerbu. Mendadak kepalanya pusing saat melihat satu persatu wartawan yang mencoba mendekatinya. Dirinya terjatuh kelantai parkiran, bukannya menolong para wartawan tersebut semakin gencar memberikan pertanyaan. Ia mencoba keluar dari kerumunan tersebut namun nihil, tenaga nya juga sudah habis terkuras. Samar-samar dirinya melihat seseorang berjalan dan membelah kerumunan tersebut. Dia melihat orang itu berjalan mendekatinya. Membopong tubuhnya untuk keluar dari sekumpulan wartawan, namun wartawan tersebut terus mengikuti mereka. Hingga datanglah satpam yang menghalangi para wartawan-wartawan itu.
Mencoba menajamkan penglihatannya, ternayata Keiza lah yang membantunya tadi. Rafael mencoba bangkit dari duduknya kemudian mendorong Keiza dengan sisa tenaganya.
"KAU DARIMANA AJA HAH? AKU UDAH MAU MATI DAN KAU LAMA! BACA BUKU YANG KU KASIH GAK?!!"
Keiza merasa tak terima dengan balasan yang didapatnya. Dengan segera saja dia menunjuk dada Rafael dengan jari telunjuknya kemudian menatap mata Rafael dengan tajam.
"Bisa gak sih terimakasih dikit aja, atau gak hargai orang yang udah bantu anda!" Setelah mengatakan itu Keiza langsung beranjak keluar. Namun tangannya di cekal oleh Rafael, dirinya tak menoleh dia langsung melepaskan cekalan tersebut kemudian melangkahkan kakinya menjauh. Saat Keiza ingin membuka pintu keluar, dirinya mendengar suara seseorang yang jatuh dan melihat Rafael tergeletak tak sadarkan diri. Dengan cepat Keiza meletakan kepala Rafael di pahanya, menepuk-nepuk pipi guna untuk membangunkan Rafael. Tak kunjung sadar, Keiza dengan cepat mengambil ponsel yang berada disaku celananya dan menelpon taxi untuk menjemput mereka.
Berakhirlah dirinya di depan pintu ruangan pasien. Dirinya sedang menunggu dokter yang sedang memeriksa kondisi Rafael. Dirinya terus melihat jam ditangannya dan berharap cemas. Beberapa waktu dia menunggu keluarlah seorang dokter diikuti perawat dari ruangan. Keiza langsung bangkit berdiri dan mendekati dokter. Dirinya bertanya bagaimana kondisi Rafael dan dokter tersebut mengatakan semua baik-baik saja namun trauma lah yang membuat pasien tersebut pingsan. Keiza kaget mendengarkan penjelasan dokter, dia baru tahu bahwa Rafael memiliki trauma namun trauma apa itu. Keiza mengangguk paham dan meminta ijin untuk masuk kedalam ruangan menemui pasien.
Keiza melihat tubuh Rafael berada di ranjang rumah sakit dengan mata yang terpejam. Dirinya duduk dikursi yang berada didekat ranjang rumah sakit. Dia menatap wajah teduh milik Rafael. Dia tak berbohong Rafael sangat tampan jika tidur tenang seperti ini, tak menyebalkan saat sadar. Keiza mencondongkan badannya kedepan. Wajahnya dan wajah Rafael hanya berjarak beberapa senti saja. Dia menoel hidung Rafael sambil tertawa pelan, lucu juga menurutnya bisa memegang wajah pria galak seperti ini. Kemudian jarinya bergerak kearah alis tebal namun saat sedang asik memaikan wajah Rafael, dirinya kaget saat mata pria yang tadi sedang dia perhatikan terbuka. Tatap-tatapan pun berlangsung selama beberapa menit. Namun Keiza memutuskan kontak mata nya deluan, dan berdiri menjauhi Rafael. Dirinya mendadak gugup kemudian menggaruk tengkuk leher sambil tersenyum kikuk.
"Eum... s-sudah sadar ya hehe, apa ada yang sakit? Biar kupanggil dokter" Rafael menatapnya kemudian menggelengkan kepalanya mennandakan dia tidak apa-apa. Keiza hanya bisa tersenyum canggung dan membulatkan mulutnya menandakan paham. Keheningan pun terjadi, keduanya larut dalam pikirannya masing-masing.
"Maaf..."
Keiza seperti mendengar suara kecil namun tak terlalu menghiraukan. Dirinya tetap lanjut bermain ponsel dan merebahkan tubuhnya di sofa rumah sakit. Namun dia mendengar kembali suara tersebut. Dirinya menatap Rafael yang saat itu menatapnya juga. Dia bertanya apakah Rafael sedang mengatakan sesuatu.
"Maaf..."
Keiza terkejut saat seorang Rafael yang keras kepala dan seenak nya sendiri sedang meminta maaf. Apakah dia tak salah dengar, jangan salahkan dirinya yang mendadak lemot sekarang, karena hal ini sangat langka terjadi. Dirinya tersenyum lebar sambil menggelengkan kepalanya, mengubah raut wajahnya seakan-akan sedang sedih. Rafael yang melihat itu hanya menatap datar kemudian mengalihkan pandangannya kearah langit-langit ruangan.
"Jangan bikin aku nyesel ucapin maaf!" Simple padat dan juga nusuk. Keiza yang awal raut wajahnya sedih berubah menjadi cengiran. Berjalan mendekati Rafael dan duduk di kursi sebelah ranjang. Dirinya mengatakan bahwa besok pagi Rafael sudah bisa pulang dan dua hari lagi mereka harus syuting, namun Keiza sudah menelpon tim mereka untuk mundur satu hari dikarenakan Rafael yang masih sakit. Rafael duduk di tempat tidur nya kemudian menggelengkan kepala. Dirinya tak mau istirahat dirumah, kali ini dia ingin syuting dan syuting. Keiza memberikan penjelasan bahwa kesehatannya lah nomor satu lagian uang Rafael tak akan habis jika menunda satu hari. Rafael tetaplah Rafael, pria yang keras kepala dan juga semua keinginnanya harus terpenuhi. Namun Keiza juga tetaplah Keiza, perempuan yang punya seribu satu cara dan keras kepala. Dia bangkit berdiri dan mengambil ponsel nya kemudian menatap Rafael dengan sengitm, membisikan sesuatu ke Rafael.
Rafael menatap datar Keiza kemudian mengatakan bahwa Keiza licik tetapi tetap mempersilahkan keinginan Keiza. Awalnya Keiza bingung kenapa trik ini tak berpengaruh, namun dia tetap menelpon seseorang dan mengeraskan volume teleponnya.
"Ya halo Kei... ada apa?" Terdengar suara dari sebrang sana, Keiza tersenyum miring melihat Rafael menatapnya tajam. Saat dia ingin bersuara menjawab telepon tersebut, Rafael langsung mengambil ponsel itu dari genggaman Keiza. Mematikan sambungan telepon tersebut dan mengembalikannya kembali. Keiza menatap sengit saat Rafael tersenyum miring.
"Baiklah aku bakal istirahat, PUAS?" Keiza tersenyum lebar saat mendengarkan ucapan Rafael, dirinya menganggukan kepala berulang kali. Rafael yang melihat itu juga ikut tersenyum, dirinya mengambil ponselnya dan memotret Keiza diam-diam. Dia melihat hasil jepretannya, dan terlihat bagus seperti foto candid. Sesegera mungkin dirinya menyimpan kembali ponselnya agar tak ketahuan oleh Keiza.
Hari sudah larut malam, dirinya sedang bertukar pesan dengan seseorang. Tampak senyum-senyum yang membuat Amanda ngeri melihat tingkah laku Keiza saat ini. Amanda langsung melemparkannya bantal yang membuat dirinya kaget dan ponselnya terjatuh kelantai. Dirinya bangkit berdiri dan melempar bantal itu kearah Amanda. Amanda menghindar dan meminta maaf. Amanda juga bertanya apa yang membuat dirinya senyum-senyum seperti itu, namun dirinya hanya diam sambil menutup mata membayangkan sesuatu. Melihat hal tersebut Amanda menoyor kepala Keiza bermaksud untuk menyadarkan lamunannya. Dirinya memperlihatkan isi pesan dirinya dengan pria yang ada dibar waktu itu.
"Demi apa Kei?!! Kau lagi deket sama Sam dan kau gak bilang-bilang ke aku!!!"
Amanda dan juga Keiza mengenal pria tersebut dari kompetisi beberapa tahun yang lalu. Walaupun Amanda tak ikut dalam kompetisi namun Keiza memperkenalkan pria itu kepada dirinya. Keiza mengatakan bahwa besok malam Sam mengajaknya dan Amanda pergi makan malam bersama, Amanda membelakkan matanya. Dia mengatakan tak mau menjadi nyamuk saat ikut. Keiza terkekeh dan mengatakan bahwa Sam juga datang membawa satu teman pria nya, dia menggoda Amanda untuk pdkt dengan temannya Sam.
Pagi telah tiba dan Keiza saat ini sedang berada di perusahaan. Salah satu staf mengatakan bahwa dirinya dipanggil untuk menemui Pak Andika. Sekarang dirinya telah berada diruangan Pak Andika. Saat sampai dia langsung disuguhi pertanyaan kabar tentang Rafael dan Pak Andika mengatakan bahwa Rafael akan dibuat vakum oleh perusahaan untuk sementara. Keiza memproteskan hal itu, dirinya menanyakan alasan Rafael di berhentikan sementara. Dan terjadilah debat keduanya.
Rafael saat ini sedang menunggu Keiza untuk membawanya pulang. Namun sampai sekarang panggilannya melalui ponsel tak diangkat sama sekali. Dirinya kesal sendiri dan membanting ponsel nya ke ranjang rumah sakit. Namun beberapa detik kemudian dirinya mengambil ponsel kembali dan menghubungi Keiza kembali. Dirinya sudah diperbolehkan dokter untuk pulang, namun dirinya tetap menunggu datangnya Keiza yang tak kunjung datang. Dirinya kembali menelpon dan tersambung!
"Kau lupa hari ini aku sudah bisa keluar dari rumah sakit? Dan udah nunggu kau lama! Buruan datang!"
..............
"APA?! Gak-gak kau itu asisten ku jadi kau harus dengarkan apa kata ku."
.............
"BODOAMAT! Intinya buruan datang"
Dirinya langsung mematikan sambungan telepon. Kesal bisa-bisanya Keiza ingin tak datang membawanya pulang dan menyuruh orang lain untuk menggantikan. Tentu saja dia tolak dan tetap menyuruh Keiza lah yang datang. Dia menunggu beberapa waktu dan tak terasa dia mulai menutupkan matanya dan tertidur.
Keiza saat ini sedang kesal dengan Rafael, sudah dipaksa untuk datang menemuinya terus mematikan sambungan telepon secara sepihak padahal dirinya masih ingin berbicara. Ya memang dirinya waktu itu mengatakan akan mengantar pulang Rafael, namun dirinya tak menyangka akan tugas nya yang banyak seperti sekarang. Dirinya menyimpan map-map yang ada diatas meja ruang kerja nya. Kemudian berjalan keluar dari gedung perusahaan dan mencari taxi untuk segera pergi menemui si menyebalkan Rafael.
Dirinya telah sampai di rumah sakit dan menelpon Rafael namun tak diangkat. Sampailah dirinya di ruangan Rafael. Dia melihat Rafael tertidur di ranjang rumah sakit. Dia mendekatinya kemudian mencoba mengangkat kaki Rafael yang keluar dari ranjang. Namun saat mencoba memperbaikinya, Rafael terbangun dan menatapnya. Dirinya terdiam dan langsung melepaskan pegangan kaki Rafael yang membuat sang punya kaki mengaduh kesakitan.
“Kau lama banget sih, jamuran nungguin kau doang!" Keiza ingin protes namun dia sedang malas debat jadi mendiaminya saja. Dirinya merapikan barang-barang yang akan dibawa pulang. Dirinya merasa sedang diperhatikan namun tak menghiraukan, lanjut saja merapikan dan mempacking barang-barang.
"Ada masalah kah? Kenapa hari ini merasa kau diam-diam saja" Keiza mendengar suara Rafael namun dirinya hanya menggeleng sambil menutup resleting koper kemudian dirinya memanggil Rafael untuk segera turun pergi keluar mengikutinnya. Rafael pun mendengarkan apa yang diucapkan Keiza dan segera turun lalu mengikuti langkah Keiza. Saat berada di dalam taxi terjadilah keheningan, Rafael melihat Keiza yang sedang memainkan ponsel dengan senyum-senyum. Sepertinya Keiza sedang bertukar pesan dengan seseorang namun dirinya tak tahu itu siapa. Diam-diam Rafael menggeserkan posisi duduknya mendekati Keiza dan mencoba melihat isi pesan yang ada di ponsel Keiza. Namun saat mencoba fokus melihat, Keiza malah melihatnya dan memelototinya kemudian menggeser duduknya semakin menjauh. Namun Rafael tak mau kalah, dia semakin menggeserkan duduknya mendekat kearah Keiza. Membaca nama kontak yang sedang bertukar pesan dengan Keiza, kalau gak salah lihat nama kontak tersebut ialah "AMAR" huh siapa Amar itu pikirnya. Namun pikirannya buyar saat Keiza menatapnya garang kemudian dia melihat Keiza menyimpan ponsel ke dalam sakunya. Dirinya mengangkat sebelah alisnya bingung dengan tatapan Keiza yang begitu garang. Keiza kemudian membuang muka kearah samping dan melihat jalanan melalui jendela luar.
Sampailah mereka di kediaman Rafael dirinya merapikan barang-barang yang ada di koper.
"Akhirnya pulang juga. Baru kusadari tempat ternyaman ialah rumah sendiri!" Rafael berbicara sambil merebahkan tubuhnya di sofa kemudian langsung tertidur. Keiza menggelengkan kepalanya dan berjongkok membukakan sepatu Rafael yang masih terpasang dikakinya padahal Rafael sedang tertidur namun malas sekali untuk membuka sepatu terlebih dahulu. Dirinya membenarkan posisi tidur Rafael namun dirinya terjatuh di pelukan Rafael. Mencoba melepaskan dan menjauh dari posisi tersebut namun eratan tangan Rafael sangat erat, huh emang dia pikir aku ini bantal pikirnya. Mencoba melepaskan tangan Rafael dari punggungnya saat hampir berhasil, mata Rafeal terbuka dan melihat dirinya yang sedang diatas tubuh Rafael. Tatapan berlangsung selama beberapa detik kemudian tersadar akan posisinya sekarang dan segera turun dari tubuh Rafael. Dirinya menjadi salting sendiri kemudian ijin pamit pergi dengan alasan tugas di kantor menumpuk. Tak menunggu persetujuan dari Rafael dirinya dengan segera berlari keluar. Sedangkan Rafael hanya bingung dengan semua yang terjadi namun beberapa detik kemudian tersenyum dan meletakan tangannya di belakang kepala sebagai bantalan.
Selama di dalam taxi dirinya memikirkan kejadian beberapa menit lalu. Dirinya menggelengkan kepala bermaksud untuk menghilangkan pikiran-pikiran tadi membayangi dirinya. Saat sampai di gedung perusahaan, dirinya melihat Sam yang berada di parkiran seperti mencari-cari seseorang. Dirinya segera turun dari taxi tak lupa membayar kemudian berjalan mendekati Sam. Dirinya menyapa Sam dan dibalas dengan mengatakan bahwa dia menunggu dirinya. Keiza terkejut dan menanyakan ada apa, namun beberapa detik dia menepuk jidatnya. Dia baru ingat bahwa telah berjanji untuk menemani Sam menemui Pak Andika dirinya langsung menarik tangan Sam untuk segera masuk kedalam gedung. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka dikarenakan wajah Sam yang cukup tampan. Saat berada di lift dirinya mendengar orang-orang dengan terang-terangan menatap Sam dan banyak juga yang berbisik-bisik. Lift terbuka dan mereka segera keluar dari lift kemudian berjalan mendekati ruangan pak Andika. Saat ingin membuka pintu Keiza menahan tangan Sam dan menatap dengan lembut sambil tersenyum kemudian menyemangati Sam.
"SEMANGAT!!!"
Sam tersenyum kemudian mengacak-acak rambut dirinya. Keiza merubah raut wajahnya menjadi kesal namun beberapa saat kemudian tertawa. Dirinya menyuruh Sam segera masuk dan melambaikan tangan saat melihat Sam masuk kedalam ruangan. Keiza tersenyum menatap pintu tersebut kemudian berbalik arah dan berjalan ke meja kerjanya. Saat di meja kerja seorang staf yang berada disebalah memanggilnya.
"Kei kau tau gak bahwa Rafael akan dijual ke perusahaan lain?" Keiza terkejut mendengar, karena setahu dirinya bahwa Rafael hanya akan di vakum sementara namun bukannya dirinya dan pak Andika sudah berbicara bahwa Rafael tidak jadi vakum dan tetap berjalan seperti biasa. Namun mengapa tiba-tiba dijual seperti ini dia bertanya darimana sumber yang mengatakan bahwa akan dijual. Staf tersebut mengatakan seluruh kantor sudah mengetahui soal ini. Baiklah mungkin dirinya harus berbicara kembali pada Pak Andika tentang permasalahan ini.
Saat ini Rafeal sedang berada dirumah bersama kakaknya yang datang berkunjung. Kakaknya bertanya dimana semalam dirinya berada dan mengapa panggilan telepon tak diangkat. Rafael beralasan bahwa semalam dirinya mabuk di sebuah bar. Kakaknya percaya dan memaklumi hal tersebut. Kakaknya bertanya dimana asisten nya yang dimaksud adalah Keiza, dia hanya mengangkat kedua bahunya menandakan tak tahu.
"Kembalilah pulang dan maafkanlah ayah, dirinya merindukanmu dan dia juga menunggumu untuk menyetujui pernikahannya."
"Kembalilah pulang dan maafkanlah ayah, dirinya merindukanmu dan dia juga menunggumu untuk menyetujui pernikahannya." Wajah Rafael berubah saat mendengar perkataan kakaknya yang mengatakan bahwa ayahnya ingin menikah lagi. Geram dengan hal itu dirinya langsung mengacak rambutnya dan berdiri dengan emosi yang memuncak. Sang kakaknya Railine kaget melihat sikap adiknya kemudian ikut berdiri namun saat dia memegang pundak sang adik, Rafael pergi berlari keluar rumah. Saat ini Rafael sedang berada dalam mobil dan menyetir dengan ugal-ugalan. Tujuannya hanya satu, yaitu pergi ke rumah ayahnya. Tak peduli para pengguna kendaraan lain yang dari tadi mengklaksonnya. Sampailah di sebuah rumah besar, saat memasuki perkarangan rumah dirinya langsung disambut para penjaga-penjaga rumah. Rafael tak mengindahkan semua itu, dirinya hanya fokus berjalan dan menemui ayahnya yang sedang duduk disofa sambil membaca koran. Dirinya langsung berdiri di hadapan sang ayah dan menatap dengan tat
Keiza membawa dirinya kedalam kamar, dan mengambil selimut yang berada dalam lemari. Keiza memintanya untuk pergi kedokter namun tangan Rafael menahan tangan Keiza yang hendak pergi mengambil sesuatu. Dirinya menggelengkan kepala dengan lemah dan mengatakan bahwa dirinya tak ingin pergi ke dokter. Keiza ingin memberi penjelasan namun lagi-lagi ditahan oleh Rafael."Jangan pergi..." Keiza bisa mendengar suara pelan sebelum Rafael menutup matanya tertidur sambil memegang tangan Keiza. Dirinya meletakan perlahan tangan Rafael dan pergi ke dapur mencari alat untuk kompres demam. Segera membawa keatas dan perlahan memeras kain yang tadi di celupkan kedalam air kompresan. Kemudian meletakan kain tersebut ke kening Rafael. Dirinya mengambil termometer dan mengecek suhu tubuh Rafael dan ternyata suhu nya lumayan tinggi. Dirinya mengambil kain yang ada di keningnya dan mencelupkan kembali kedalam air kompresan dan memakaikannya kembali. Tak te
Sekarang sudah hari senin, sungguh sangat tak terasa sekali. Padahal aku merasakan baru saja tertidur namun harus kembali bangun untuk pergi kerja. Bangkit dari tempat tidur lalu berjalan kearah kamar mandi. Menatap pantulan diri ini yang masih biasa aja tak ada perubahan di hadapan cermin. Aku menarik nafas dan membuangnya dengan kasar. “Semangat aku pasti bisa!!!” Menyemangati diri sendiri kemudian tersenyum tipis. Mencari pakaian yang akan kugunakan saat pergi bekerja nanti lalu masuk ke bathtub dan mulai merendamkan diri. Sekitar dua puluh menitan aku selesai mandi, sesudah itu berjalan keluar kamar. Melihat Amanda sedang menyiapkan makanan diatas meja, melangkahkan kaki dengan perlahan bermaksud untuk mengejutkan. “Gak bakal kaget!” Seru Amanda padany
“Ku serahkan semua padamu. Aku percaya!” ASTAGA!!! Rafael ini kenapa tidak lihat situasi sih? Lihat saja sekarang ayahnya menatap ku dengan tatapan jijik. Dikira nya aku ini sampah apa? Ah sudah terlanjur, bisa ku lihat sekarang pria tua ini ingin membuka suara. “Tanpa diijinkan olehnya, kau wajib ikut berobat di luar negeri!” Suara Ayah Rafael kembali terdengar. “Anda tak perlu ikut serta dalam urusanku dengannya!” Rafael kembali berbicara dengan suara tegas. Aku menahan tangan Rafael, memperingatkannya agar tak terbawa emosi. Ditengah perdebatan antara ayah dan anak ini terdengar suara wanita berteriak. “RAFAEL!!!” Suara teriakan dari belakang membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke sumber suara tersebut. Terlihat seorang wanita dengan balutan pakaian elegan, berambut panjang sebahu bewarna kecoklatan, berlari mendekat kearah Rafael. Memeluk tubuh Rafael dengan erat, tentu saja semua orang kaget kecuali ayahnya Rafael. Dia malah ters
“Demi kesembuhanmu, ikutin saja kemauan tuan Jackson.” Saat ini aku berada di kediaman Rafael, tengah membujuk dirinya agar mau pergi ke luar negeri. Sudah ku bujuk sejak sejam yang lalu namun tetap saja ia menolak. Aku berdiam sebentar lalu menarik nafas dan, “Aku membujuk mu dengan baik tadi namun kau tak mendengarnya, baiklah tak ada cara lain, terpaksa aku harus bicara dengan keras padamu. Hei!!! Pengobatan ini juga demi kesembuhan mu, tolong hargai sedikit orang yang mau membantu mu. Jangan sampai kau merasakan sakit yang lebih parah baru mau mendengarkan kata-kata orang!Kau paham itu, Tuan Rafael Jackson!!!” Hanya dalam sekali tarikan nafas aku mengatakan kata-kata tersebut. Sedangkan Rafael telihat seperti jengah mendengarku, ya tapi bodoamat siapa suruh dia tak mau mengikuti pengobatan ini. “Baiklah-baiklah, cerewet sekali!” Ujarnya dengan suara terdengar kesal. Ku tatap tajam wajahnya membuat dia menggaruk belakang telinga. Melangkah ke ruang
“Sialan kau bajingan tua!!!”Aku mendengar isak tangis Rafael sambil berteriak memaki ayah nya. Aku berjalan ke nakas berniat mengambil minum lalu akan tetapi minuman tersebut habis dan berniat untuk mengambil ke dapur, namun lagi-lagi harus tertahan oleh tangan Rafael. Menatap mata bengkak nya seperti habis di tonjok, ingin ngakak namun kasihan juga.“Jangan pergi!”Oke telingaku sepertinya salah mendengar. Tumben sekali dia menahan tanganku sambil mengatakan jangan pergi. Ayolah Rafael saat ini sangat menggemaskan jika sifat nya seperti ini aku menjadi tak tahan untuk mengarungi nya.“Aku hanya ambil minum, udah habis soalnya,” ucap ku pada nya. Tetapi tetap saja dia hanya menggelengkan kepalanya.“Jangan pergi! Aku takut ayah menyuruh bodyguard nya untuk membawaku.” Hatiku menjadi sangat prihatin pada dirinya. Sebegitu takutnya dia. Akhirnya aku pun mengangguk lalu duduk tepat di hadapannya. Mengus
Saat ini aku sedang berada di ruang rapat bersama Pak Andika dengan staf lainnya. Kami sedang menunggu Nyonya Clara selaku direktur perusahaan ini, oh ya Nyonya Clara ternyata istri dari Pak Andika. Hingga lima belas menit kami menunggu terdengarlah suara ketukan pintu. “Maafkan aku hari ini telat,” ucap Nyonya Clara. Lalu dia berjalan ke tempatnya. Tampak rapat sudah mulai. Pak Andika menjelaskan kerugian perusahaan bulan ini sangat lah besar dari bulan sebelum-sebelumnya. Di pertengahan rapat, Pak Andika mengatakan sebuah brand ingin melakukan kontrak dengan Rafael. “Maaf pak, tapi menurut saya kondisi Rafael belum bisa untuk bekerja.” Aku memberi alasan pada Pak Andika. Ya memang sedang ada kerugian, tapi setidaknya pakai hati juga lah untuk mencari solusi permasalahannya. “Brand ini bisa menutupi paling tidak 75% dari kerugian kita!” “Tapi pak-“ Belum sempat aku lanjut berbicara namun sudah terpotong oleh Vio. “Cih kau tak bisa handle bila
Suara merdu Sam terdengar indah di telingaku. Ya saat ini aku tengah berada di bar Sam biasanya berada. Tersenyum saat Sam menatap ku. Ya aku tau Sam akan ikut bernanyi di acara besar yang telah dipersiapkan oleh perusahaan. Lagu pun telah selesai di nyanyikan, Sam datang mendekat. “Keiza? Ada gerangan apa kau kemari?” Astaga suara nya yang lembut membuat ku ingin melayang saja. “Apakah harus ada alasan untuk datang ke bar ini?” Tanyaku padahal hanyalah candaan namun terlihat wajah Sam seperti tak enak mengatakan pertanyaan tadi. “Aku bercanda Sam,” ucapku diakhiri dengan tawa kecil. “Kau sudah mempersiapkan dirimu Sam?” Tanyaku dan dia mengangguk. “Kau tahu Kei, aku merasa gugup. Pati acara nya besok akan banyak orang ya?” “Tentu, dan juga besok akan ditayang kan di beberapa media. Kau sungguh hebat Sam!!” Aku mengatakan nya dengan antusias. “Kei, mau kah kau membantuku dalam mengurus semua hal ini? Eum maksud ku-“ Sebel
Suara merdu Sam terdengar indah di telingaku. Ya saat ini aku tengah berada di bar Sam biasanya berada. Tersenyum saat Sam menatap ku. Ya aku tau Sam akan ikut bernanyi di acara besar yang telah dipersiapkan oleh perusahaan. Lagu pun telah selesai di nyanyikan, Sam datang mendekat. “Keiza? Ada gerangan apa kau kemari?” Astaga suara nya yang lembut membuat ku ingin melayang saja. “Apakah harus ada alasan untuk datang ke bar ini?” Tanyaku padahal hanyalah candaan namun terlihat wajah Sam seperti tak enak mengatakan pertanyaan tadi. “Aku bercanda Sam,” ucapku diakhiri dengan tawa kecil. “Kau sudah mempersiapkan dirimu Sam?” Tanyaku dan dia mengangguk. “Kau tahu Kei, aku merasa gugup. Pati acara nya besok akan banyak orang ya?” “Tentu, dan juga besok akan ditayang kan di beberapa media. Kau sungguh hebat Sam!!” Aku mengatakan nya dengan antusias. “Kei, mau kah kau membantuku dalam mengurus semua hal ini? Eum maksud ku-“ Sebel
Saat ini aku sedang berada di ruang rapat bersama Pak Andika dengan staf lainnya. Kami sedang menunggu Nyonya Clara selaku direktur perusahaan ini, oh ya Nyonya Clara ternyata istri dari Pak Andika. Hingga lima belas menit kami menunggu terdengarlah suara ketukan pintu. “Maafkan aku hari ini telat,” ucap Nyonya Clara. Lalu dia berjalan ke tempatnya. Tampak rapat sudah mulai. Pak Andika menjelaskan kerugian perusahaan bulan ini sangat lah besar dari bulan sebelum-sebelumnya. Di pertengahan rapat, Pak Andika mengatakan sebuah brand ingin melakukan kontrak dengan Rafael. “Maaf pak, tapi menurut saya kondisi Rafael belum bisa untuk bekerja.” Aku memberi alasan pada Pak Andika. Ya memang sedang ada kerugian, tapi setidaknya pakai hati juga lah untuk mencari solusi permasalahannya. “Brand ini bisa menutupi paling tidak 75% dari kerugian kita!” “Tapi pak-“ Belum sempat aku lanjut berbicara namun sudah terpotong oleh Vio. “Cih kau tak bisa handle bila
“Sialan kau bajingan tua!!!”Aku mendengar isak tangis Rafael sambil berteriak memaki ayah nya. Aku berjalan ke nakas berniat mengambil minum lalu akan tetapi minuman tersebut habis dan berniat untuk mengambil ke dapur, namun lagi-lagi harus tertahan oleh tangan Rafael. Menatap mata bengkak nya seperti habis di tonjok, ingin ngakak namun kasihan juga.“Jangan pergi!”Oke telingaku sepertinya salah mendengar. Tumben sekali dia menahan tanganku sambil mengatakan jangan pergi. Ayolah Rafael saat ini sangat menggemaskan jika sifat nya seperti ini aku menjadi tak tahan untuk mengarungi nya.“Aku hanya ambil minum, udah habis soalnya,” ucap ku pada nya. Tetapi tetap saja dia hanya menggelengkan kepalanya.“Jangan pergi! Aku takut ayah menyuruh bodyguard nya untuk membawaku.” Hatiku menjadi sangat prihatin pada dirinya. Sebegitu takutnya dia. Akhirnya aku pun mengangguk lalu duduk tepat di hadapannya. Mengus
“Demi kesembuhanmu, ikutin saja kemauan tuan Jackson.” Saat ini aku berada di kediaman Rafael, tengah membujuk dirinya agar mau pergi ke luar negeri. Sudah ku bujuk sejak sejam yang lalu namun tetap saja ia menolak. Aku berdiam sebentar lalu menarik nafas dan, “Aku membujuk mu dengan baik tadi namun kau tak mendengarnya, baiklah tak ada cara lain, terpaksa aku harus bicara dengan keras padamu. Hei!!! Pengobatan ini juga demi kesembuhan mu, tolong hargai sedikit orang yang mau membantu mu. Jangan sampai kau merasakan sakit yang lebih parah baru mau mendengarkan kata-kata orang!Kau paham itu, Tuan Rafael Jackson!!!” Hanya dalam sekali tarikan nafas aku mengatakan kata-kata tersebut. Sedangkan Rafael telihat seperti jengah mendengarku, ya tapi bodoamat siapa suruh dia tak mau mengikuti pengobatan ini. “Baiklah-baiklah, cerewet sekali!” Ujarnya dengan suara terdengar kesal. Ku tatap tajam wajahnya membuat dia menggaruk belakang telinga. Melangkah ke ruang
“Ku serahkan semua padamu. Aku percaya!” ASTAGA!!! Rafael ini kenapa tidak lihat situasi sih? Lihat saja sekarang ayahnya menatap ku dengan tatapan jijik. Dikira nya aku ini sampah apa? Ah sudah terlanjur, bisa ku lihat sekarang pria tua ini ingin membuka suara. “Tanpa diijinkan olehnya, kau wajib ikut berobat di luar negeri!” Suara Ayah Rafael kembali terdengar. “Anda tak perlu ikut serta dalam urusanku dengannya!” Rafael kembali berbicara dengan suara tegas. Aku menahan tangan Rafael, memperingatkannya agar tak terbawa emosi. Ditengah perdebatan antara ayah dan anak ini terdengar suara wanita berteriak. “RAFAEL!!!” Suara teriakan dari belakang membuat semua orang mengalihkan pandangannya ke sumber suara tersebut. Terlihat seorang wanita dengan balutan pakaian elegan, berambut panjang sebahu bewarna kecoklatan, berlari mendekat kearah Rafael. Memeluk tubuh Rafael dengan erat, tentu saja semua orang kaget kecuali ayahnya Rafael. Dia malah ters
Sekarang sudah hari senin, sungguh sangat tak terasa sekali. Padahal aku merasakan baru saja tertidur namun harus kembali bangun untuk pergi kerja. Bangkit dari tempat tidur lalu berjalan kearah kamar mandi. Menatap pantulan diri ini yang masih biasa aja tak ada perubahan di hadapan cermin. Aku menarik nafas dan membuangnya dengan kasar. “Semangat aku pasti bisa!!!” Menyemangati diri sendiri kemudian tersenyum tipis. Mencari pakaian yang akan kugunakan saat pergi bekerja nanti lalu masuk ke bathtub dan mulai merendamkan diri. Sekitar dua puluh menitan aku selesai mandi, sesudah itu berjalan keluar kamar. Melihat Amanda sedang menyiapkan makanan diatas meja, melangkahkan kaki dengan perlahan bermaksud untuk mengejutkan. “Gak bakal kaget!” Seru Amanda padany
Keiza membawa dirinya kedalam kamar, dan mengambil selimut yang berada dalam lemari. Keiza memintanya untuk pergi kedokter namun tangan Rafael menahan tangan Keiza yang hendak pergi mengambil sesuatu. Dirinya menggelengkan kepala dengan lemah dan mengatakan bahwa dirinya tak ingin pergi ke dokter. Keiza ingin memberi penjelasan namun lagi-lagi ditahan oleh Rafael."Jangan pergi..." Keiza bisa mendengar suara pelan sebelum Rafael menutup matanya tertidur sambil memegang tangan Keiza. Dirinya meletakan perlahan tangan Rafael dan pergi ke dapur mencari alat untuk kompres demam. Segera membawa keatas dan perlahan memeras kain yang tadi di celupkan kedalam air kompresan. Kemudian meletakan kain tersebut ke kening Rafael. Dirinya mengambil termometer dan mengecek suhu tubuh Rafael dan ternyata suhu nya lumayan tinggi. Dirinya mengambil kain yang ada di keningnya dan mencelupkan kembali kedalam air kompresan dan memakaikannya kembali. Tak te
"Kembalilah pulang dan maafkanlah ayah, dirinya merindukanmu dan dia juga menunggumu untuk menyetujui pernikahannya." Wajah Rafael berubah saat mendengar perkataan kakaknya yang mengatakan bahwa ayahnya ingin menikah lagi. Geram dengan hal itu dirinya langsung mengacak rambutnya dan berdiri dengan emosi yang memuncak. Sang kakaknya Railine kaget melihat sikap adiknya kemudian ikut berdiri namun saat dia memegang pundak sang adik, Rafael pergi berlari keluar rumah. Saat ini Rafael sedang berada dalam mobil dan menyetir dengan ugal-ugalan. Tujuannya hanya satu, yaitu pergi ke rumah ayahnya. Tak peduli para pengguna kendaraan lain yang dari tadi mengklaksonnya. Sampailah di sebuah rumah besar, saat memasuki perkarangan rumah dirinya langsung disambut para penjaga-penjaga rumah. Rafael tak mengindahkan semua itu, dirinya hanya fokus berjalan dan menemui ayahnya yang sedang duduk disofa sambil membaca koran. Dirinya langsung berdiri di hadapan sang ayah dan menatap dengan tat
Saat ini Keiza berada di ruangan Pak Andika sedang membicarakan masalah trending di sosial media. Hingga saat ini Rafael masih trending juga yang membuat bingung siapa dalang dibalik semua ini. Pak Andika meminta tolong untuk melacak siapa awal pembuat artikel tersebut, Pak Andika yakin orang dalam lah yang membocorkannya, mungkin karena tak menyukai Rafael. Keiza tak yakin bisa melakukan itu namun dirinya mencoba untuk melakukannya. Keiza melakukan sesuatu di komputer, dirinya melihat sebuah perangkat yang membuat artikel awal namun artikel tersebut telah dihapus sang pemilik, namun bisa menyebar kemana-mana dikarenakan publik telah menyimpan artikel itu. Keiza mengatakan bahwa artikel sang pemilik telah dihapus dan tak bisa mengetahui siapa nama dalang dibalik semua ini. Kemudian dirinya memberitahu bahwa alamat pemilik artikel tersebut telah dia dapat. Bisa dilihat reaksi kaget Pak Andika saat melihat data-data yang dia beri. Kebingannya pun terjawab