“Kalian harus berhati-hati, saling menjaga. Dan kepada mereka yang kalian ajak kesini nantinya harus dijelaskan apa tujuan kita berkumpul. Jangan sampai ada diantara mereka yang merasa terjebak dengan rencana kita,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya yang akan keluar dari bukit untuk mencari tenaga tambahan.Namun, mereka tidak bisa menarik sembarang tenaga. Mereka butuh orang yang bisa dipercaya dan itu adalah mereka yang selama ini sudah ikut latihan bersama. Selain itu tidak ada yang bisa dipercaya.Akhirnya ada enam orang yang turun pada keesokan harinya, mereka membawa perbekalam yang cukup. Dan mereka hanya diberikan waktu paling lama dua hari harus kembali. Tidak boleh mencari yang terlalu jauh.“Siap, Guru! Kami akan segera berangkat!” teriak mereka dengan bersemangat.Mereka yakin kalau mereka akan bisa membawa minimal pasukan yang cukup untuk membuat Zarkya kalah dan tunduk kepada mereka.“Jangan paksa jika mereka tidak mau,” pesan Hakya lagi.Sepertinya Hakya takut kalau m
Suasana di rumah kediaman Zarkya menjadi semakin menyeramkan, mereka yang sudah terlanjur bergabung bersama Zarkya merasa sangat menyesal. Mereka benar-benar tidak menyangka kalau Zarkya memiliki sifat yang sangat kejam.“Yang sudah bergabung dalam kelompok ini, jangan ada sesekali yang berniat kabur ataupun pergi dari tempat ini kalau tidak mau memiliki nasib yang sama dengannya!” teriak Zarkya dengan sorot mata yang tajam, dan mengelap darah yang menempel pada pedangnya dengan jari-jari tangannya lalu menjilatnya.Uwwwek!Beberapa orang tampak memuntahkan semua isi perutnya saat melihat apa yang Zarkya lakukan itu, mereka menciumi bau darah yang sangat amis bahkan Zarkya dengan santainya menjilatinya.“Kenapa? Kalian mau mencobanya?” tanya Zarkya menatap tajam ke arah mereka.Sontak semua orang yang berada di situ menggeleng, hanya iblislah yang tertawa. Mereka merasa berpesta pora bisa menikmati darah yang menurut mereka manis itu. “Kalian harus mencobanya, biar kalian tahu bagaim
“Hai, Guruu,” sapa mereka semua sambil mengangguk.Hakya merasa tidak percaya dengan apa yang dia lihat, karena dia tidak menyangka kalau ternyata keenam orang yang keluar berhasil membawa orang yang sangat banyak. Bahkan lebih dari cukup untuk menyerang tempat Zarkya.“Kalian benar-benar berhasil membawa mereka?” tanya Hakya lagi yang masih tidak percaya dengan semuanya.Dia tidak menyangka kalau semua muridnya masih setia dengannya, bahkan segera datang saat tahu gurunya mengalami kesulitan. Bahkan jumlah orang yang berhasil mereka kumpulkan itu mencapai 150 orang, dan itu benar-benar jauh dari target awal.“Ini bahkan kita memiliki pasukan besar yang tiga kali lebih besar dari target kita,” ujar Hakya bangga dengan senyum yang terkembang dari bibirnya.Kedatangan mereka semua disambut antusias oleh yang lainnya. Mereka seperti mengadakan reuni. Suasana di bukit itu menjadi riuh rendah oleh gelak tawa mereka.Dan pastinya yang lebih bahagia lagi adalah Hanaya, dia ikut menyambut ked
"Kalian sudah siap?" tanya Hakya pagi ini setelah dia mengumpulkan semua muridnya di lapangan besar. "Siap, Guru!" teriak mereka bersamaan.Hakya kemudian meminta kedua muridnya yang kemarin bertugas untuk mencatat semua yang yang mereka lihat maju ke depan, untuk menjelaskan kepada semuanya mengenai semua letak posisi dan bahkan apa yang ada di dalam setiap ruangan.Semua orang memperhatikan dengan baik penjelasan mereka, karena mereka ingin menghancurkan semuanya dan mendambakan kehidupan di muka bumi ini tenang dang nyaman.Padahal saat ini tanah sudah kembali subur, bahkan hasil panen para petani sangat melimpah ruah."Pasukan Zarkya ini sedikit dan tidak terlalu kuat, tapi yang menjadi masalah adalah mereka tinggal di tengah-tengah penduduk. Salah langkah sedikit saja kita bisa melukai orang yang tidak bersalah," jelas Hakya kepada semua muridnya."Memang rumah mereka memiliki pagar yang tinggi, kemungkinan mereka bisa meloncati pagar itu sangat kecil dan juga nanti akan saya pa
Sementara itu di tempat kediaman Hakya, saat ini semua anggota sudah bersiap-siap untuk menyerang Zarkya. Mereka tidak akan menunggu lebih lama lagi dan akan berangkat pagi ini. Karena semakin lama mengulur waktu, maka Zarkya akan semakin menjadi-jadi."Kanaya, kami akan pergi untuk menyerang tempat kediaman Zarkya. Dan aku mohon kepada kamu untuk menjaga Hanaya dengan baik, doakan agar kami berhasil dan bisa secepatnya kembali ke tempat kita, kemudian kita akan hidup bersama bahagia."Hakya berpamitan kepada Kanaya, sebelum meninggalkan Bukit tunggal tersebut. Karena dia tidak tahu berapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk mengalahkan Zarkya dan para pengikutnya. Jika melihat dari kecilnya wilayah dan jumlah orang yang sangat terbatas, kemungkinan mereka tidak butuh waktu lama untuk melumpuhkan Zarkya dan para pengikutnya. Tapi, dia tidak tahu seberapa kekuatan yang dimiliki oleh Zarkya. Jika Zarkya benar-benar memiliki kekuatan yang tidak bertanding, maka mereka memiliki waktu
Seluruh anak buah Hakya sudah merangsek masuk menyerang para penjaga di kediaman Zarkya. Dan seperti yang telah Hakya duga kalau Zarkya akan membangunkan iblis yang masih tertidur dan belum waktunya mereka bangun, sehingga iblis-iblis tersebut terbangun dan mereka marah sehingga mereka akan menyerang siapa saja yang berada di dekat mereka.Huaaaaa!Huaaaaaa!Suara iblis yang marah tersebut bergema, bahkan membuat semua bergoncang. Barang-barang yang berada di atas langsung terjatuh, beberapa bagian tanah bahkan sampai retak.Semua orang yang berada di luar pagar kediaman Zarkya tampak mencari tempat perlindungan, karena pohon-pohon yang berada di sana semuanya berguncang dengan hebat. Mereka tidak tahu itu suara apa dan mereka semua berharap jika Hakya berhasil menumpaskan seluruh penghuni tempat tersebut."Kalian menyingkir, jangan mencoba untuk melawan iblis tersebut. Karena semakin kita melawannya dia akan semakin menyerang kita," ujar Hakya kepada semua anak buahnya yang mencoba
Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab
“Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me
"Astaga Zanaya! Kamu bisa duduk diam, gak?!" bentak Kanaya kepada Zanaya yang mencecar Kafka dengan pertanyaan, padahal Kafka baru saja sadar."Kenapa? Kamu gak khawatir sama ayah? Kamu mau ayah mati di tangan suami kamu ini?" tanya Zanaya lagi."Za-Naya…," panggil Kafka lemah.Mendengar suara Kafka membuat Farah dan Zanaya hanya terdiam menutup mulutnya. Mereka tidak percaya kalau Kafka bisa berbicara.Selama ini Kafka jangankan memanggil nama anak dan istrinya, mengeluarkan suara sedikit saja tidak bisa."Iya ayah, ayah bisa bicara lagi?" tanya Zanaya kemudian.Kafka mengangguk dan menatap ke arah Kanaya dan Hakya secara beegantian."Terima kasih, Hakya," ujar Kafka dengan suara yang pelan. Karena tubuhnya masih sangat lemah."Iya ayah, ayah jangan banyak gerak dulu," jawab Hakya."Sayang, kamu sudah siap kan sup hangat yang tadi aku minta buatkan? Kalau sudah tolong suapin ayah makan dengan nasi yang lembut ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya menganggukkan kepalanya dan segera men
"Hakya, apa yang terjadi dengannya?" tanya Farah khawatir saat melihat Kafka terkulai lemah tidak berdaya.Hakya yang masih tampak terengah-engah memeriksa semua nadi Kafka. Dia tidak bisa membayangkan kalau Kafka akan meninggal saat semua ikatannya terlepas."Ayah, hanya pingsan. Mungkin karena terlalu lama menahan sakit. Terus saja kompres kepala ayah," ujar Hakya kemudian setelah memastikan nadi Kafka masih berdenyut normal."Apa kamu yakin?" tanya Farah yanh seolah tidak percaya, karena dia melihat Kafka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali."Iya bu, ayah terlalu lelah menahan sakitnya. Karena seperti yang Hakya katakan ini, ini terasa sangat sakit dan rasa nyawa sudah di ujung kepala. Tapi, sebentar lagi ayah akan sadar," jawab Hakya yang tampak menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.Farah hanya mengangguk, dia memberikan kepercayaan kepada Hakya. Dan berharap kalau Kafka akan segera sadar."Tapi, apakah semua berhasil kamu lepaskan, Hakya?" tanya Farah lagi."Iya bu. Sem
“Ini sangat sakit,” lanjut Hakya.Kafka tampak mengangguk, dan Hakya meminta izin kepada Farah. Karena dia takut kalau nanti akan disangka membunuh Kafka. Karena rasa sakit yang ditimbulkan itu adalah sangat luar biasa seperti nyawa akan terlepas dari tubuh saking sakitnya.“Lakukan, Hakya,” jawab Farah kemudian sambil mengangguk.“Tapi, ini sangat sakit bu. Kalau ibu tidak sanggup melihat ayah kesakitan, ibu bisa tunggu di luar saja,” ujar Hakya kemudian.“Tapi, kamu yakin ini bisa lepas?” tanya Farah penasaran.“Iya. Semua yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam itu harus perlahan-lahan di lepaskan, dan itu membutuhkan waktu yang lama tergantung cara mengikatnya. Selama proses itu ayah akan merasa sangat kesakitan, bahkan bisa jadi muntah ataupun membuang kotoran tanpa di sengaja saking sakitnya,” jelas Hakya.“Ibu akan disini saja,” jawab Farah.Hakya hanya mengangguk.“Bisa dipastikan Zanaya tidak masuk kesini ya bu, nanti dia salah sangka dan membuat semuanya tidak berhasil,” ujar Hak
Hakya dan Kanaya tampak menunduk dan berusaha meraih tangan Farah, dan tidak ada penolakan dari Farah.“Maafkan kami, ibu,” ujar Hakya kemudian diikuti juga oleh Kanaya yang meminta maaf.Sementara itu Hanaya yang berada di dalam gendongan Kanaya hanya terdiam, dia bingung melihat kedua orang tuanya yang tampak sedang serius meminta maaf. “Hanaya, ini nenek. Kamu salim tangannya,” ujar Hakya kepada Hanaya dan meminta Kanaya menurunkan Hanaya dari gendongannya.Farah menatap wajah Hanaya dengan pancaran mata harus, namun dia masih belum menjawab apapun.“Ne-nek,” ujar Hanaya dengan suara yang terbata-bata mengeja dengan benar. Sepertinya dia masih sangat penasaran dengan Farah sehingga dia menarik-narik tangan Farah membuat neneknya itu tersadar.“Cucu nenek…,” ujar Farah kemudian yang langsung memeluk Hanaya dengan erat dan airmata jatuh saat menciumi wajah lembut Hanaya.Hanaya hanya mengangguk dan berusaha melepaskan pelukan Farah, karena memang dia belum mengenal siapa Farah yang
“Hei cantik sini,” panggil ibu-ibu penjual dengan ramah saat melihat Hanaya menunjuk ke lapak jualannya.Hakya dan Kanaya hanya bisa terdiam melihat tempat yang ditujukan oleh Hanaya. Ternyata dia menuju ke penjual roti basah. Mungkin bau roti basah itu memancing Hanaya untuk berjalan menuju ke arah sana.“Hanaya mau roti?” tanya Kanaya lembut.“Iya,” jawab Hanaya sambil menganggukkan kepalanya.Hakya juga ikutan mendekat, dan pandangannya bertemu dengan penjual roti basah itu.“Wah, ini Hakya?” tanya penjual itu kepada Hakya dengan sangat antusias.Hakya menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka kalau ternyata bau roti basah buatan ibu itu yang membuat Hanaya berjalan memasuki pasar itu. “Wah si cantik ini pasti anaknya yang menyukai roti basah?” tanya ibu itu lagi.“Iya bu, kemarin dia senang banget saat makan roti basah yang masih hangat, bahkan ini dia berjalan dengan sendirinya,” jawab Kanaya sambil tersenyum dan memesan beberapa roti itu untuk Hanaya.“Ini kalian mau kemana?
“Kami berangkat, ya,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya itu.“Guru, apakah yakin tidak perlu kami kawal? Setidaknya kami bisa membantu membawa barang-barang dan juga bergantian menggendong Hanaya,” tawar Hofat kepada Hakya dan Kanaya yang sudah bersiap untuk turun dengan membawa barang yang cukup banyak dan juga sepertinya dalam perjalanan itu Hanaya juga akan lebih banyak minta gendong.Hakya menggeleng sambil tersenyum, karena dia tidak mau Kafka akan menganggapnya lelaki pengecut, datang ke rumah mertuanya dengan membawa pasukan. Jadi Hakya akan datang hanya bersama Kanaya dan Hanaya saja.“Benaran gapapa kok, kalian tetap saja disini. Rawat ladang kita dengan baik, kalau memang sampai waktunya panen dan kami belum kembali kalian harus memanennya dan menjualnya di pasar,” pesan Hakya kepada semuanya.“Dan ingat kalian berdua adalah ketuanya dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jangan sampai ada yang kelaparan,” ujar Hakya kepada Hofat dan Jirat.Keduanya mengangguk, ada rasa b
“Hanaya, kami pulang!”Hakya dan muridnya berteriak memanggil Hanaya saat memasuki bukit tunggal tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian terdengar suara sorakan riang dari Hanaya yang kegirangan saat menyambut kedatangan Hakya dan murid-muridnya.“Oleeee!” teriak Hanaya dengan suara cadelnya.Hanaya semakin bahagia menyambut mereka semua yang datang membawa makanan yang begitu banyak. Apalagi saat Hakya membuka bungkusan di tangannya dan aroma roti basah menguar membuat Hanaya tidak tahan untuk segera mencicipinya.“Anaass!”Teriak Hanaya saat tangannya menyentuh roti yang masih panas itu membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucunya. Dengan bantuan Hakya yang meniup roti itu akhirnya Hanaya bisa menikmati roti tersebut dengan mulut yang penuh.Sementara itu murid-murid Hakya yang lainnya membuka hadiah yang lainnya sepertinya mereka sangat penasaran dengan hadiah yang diberikan itu.“Woww!”Ucap mereka kekaguman saat membuka semua barang-barang itu. Banyak bahan makanan, pakai
“Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me
Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab