“Suara apa itu?” tanya Hakya melihat ke belakang, dan tidak melihat apapun. Sehingga membuat Hakya kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke puncak bukit tunggal.Hakya sudah tidak sabar untuk berjumpa dengan istrinya itu, karena sudah begitu lama dia tinggalkan. Sepanjang perjalanan tanah semua basah, sepertinya memang cukup sering turun hujan disana. Dan itu semakin membuat Hakya penasaran.Bau rumput basah dan tanaman-tanaman yang lainnya menemani perjalanan Hakya menuju ke atas bukit. Sementara itu di kaki bukit, ada sekitar sepuluh orang sedang berusaha untuk memasuki area bukit tunggal, namun mereka sepertinya terus terpental dari memang bukit itu di jaga dan di proteksi dengan ketat.Mereka itu adalah Putra Mahkota, dari kerajaan Ilmu Hitam yang bernama Zarkya beserta dengan beberapa pengawalnya. Mereka baru saja pulang dari melaksanakan tugas yang diberikan oleh Ratu. Dan saat akan kembali ke istana, semuanya sudah berubah. Istana mereka sudah berubah, dan saat mereka menc
Zarkya dan pengawalnya akhirnya tinggal di pemukiman yang dekat dengan bukit tunggal. Mereka akan menunggu Hakya yang akan turun dari bukit. Dan saat ini Zarkya merasa menyesal tidak membunuh Hakya sebelum Hakya tiba di bukit itu.“Dia telah membunuh semua orang dari kelompok ilmu hitam, bahkan istana dan pertambangan milik ilmu hitam semuanya lenyap. Kemana aku harus kembali? Dan apakah aku akan diam saja?” tanya Zarkya yang semakin kesal saat dia mengingat semua hilang tanpa sisa.Zarkya tidak tahu dimana keberadaan ibunya, apa memang mati seperti yang dikatakan oleh warga atau ibunya bisa menyelamatkan diri.“Aku penasaran dia sebenarnya sesakti apa sampai-sampai semua kalah. Kalau dilihat dari postur tubuhnya dia bukanlah apa-apa,” ujar Zarkya lagi sembari duduk di dalam gubuk tempat tinggal mereka.“Menurut cerita yang saya dapatkan, saat mereka menyerang pertambangan, ada beberapa orang yang berhasil selamat, Yang Mulia. Namun, tidak ada seorangpun yang tahu dimana keberadaan or
Hakya memanggil Kanaya dengan pelan, dia tidak ingin mengejutkan sang istri yang sedang asyik bermain dengan beberapa ekor kupu-kupu itu.Kanaya melihat ke arah Hakya, seketika sebuah cahaya terang terpancar di wajah Kanaya.Hakya semakin heran dengan pandangan di depan matanya, bahkan berkali-kali dia mengucek matanya untuk memastikan kalau apa yang dia lihat ini adalah nyata."Apakah ini semua nyata? Kenapa berubah dalam sekejap. Aku meninggalkan bukit ini hanya sekitar tiga bulan, tapi rasanya sungguh berbeda. Kanaya yang bersinar saking cantiknya," gumam Hakya yang masih berdiri mematung di tempatnya."Hakya!" panggil Kanaya tidak percaya kalau suaminya itu sudah kembali.Hakya segera mendekat ke arah Kanaya dan memeluknya erat. Bahkan wangi tubuh Kanaya sungguh membuatnya tidak ingin melepaskan pelukan tersebut."Kamu cantik sekali dan wangi," puji Hakya yang kemudian mengecup lembut kening Kanaya.Kanaya hanya tersenyum dan mengajak Hakya untuk kembali di dalam rumah mereka."Te
"Jadi, aku tidak bisa berbohong kalau ada maunya?" tanya Hakya lagi dengan menahan senyumannya."Muka kamu sudah kelihatan kalau ada maunya," jawab Kanaya.Hakya hanya tertawa mendengar apa yang disampaikan oleh Kanaya. Karena sebenarnya Hakya bukan kesana tujuannya, dia ingin memancing agar Kanaya sendiri yang cerita bagaimana dengan ramuannya. Karena Hakya takut kalau dia bertanya, maka Kanaya akan merasa terbebani, seolah-olah Hakya memaksa dia untuk segera hamil. Padahal Hakya hanya ingin tahu mengapa Dewa memberikannya hadiah san juga Dewa memberikan hujan dan kesuburan pada tanah, apakah hukuman untuknya sudah berakhir?"Sudah siap," ujar Kanaya berteriak kegirangan saat makanan mereka sudah siap.Hakya hanya menuruti saja dengan apa yang diajak oleh Kanaya. Mereka menikmati makan malam yang begitu hangat. Dengan embusan angin malam, wangi dari bunga-bunga yang mekar itu semakin menggoda. "Bunga-bunganya wangi sekali. Sejak kecil disini, tapi kali ini aku merasa kalau bunga in
"Apa kamu penasaran?" tanya Kanaya menggoda Hakya.Hakya mengangguk dan semakin penasaran melihat wajah menggemaskan Kanaya yang seolah-olah sengaja menggodanya itu."Aku hamil."Uhuk!Hakya sampai terbatuk mendengar jawaban dari Kanaya."Kamu serius?" tanya Hakya seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kanaya. Bahkan Hakya langsung mendekat dan memeluk Kanaya, sementara tangannya memegang perut Kanaya saking tidak percayanya.Kanaya mengangguk dan membalas pelukan Hakya."Iya, beberapa hari setelah kamu turun aku merasakan mual dan muntah yang berkepanjangan. Aku tidak suka mencium bau-bau yang aneh, dan mungkin makanya sampai terbawa mimpi aku minta bunga-bunga yang bermekaran agar tempat ini wangi," cerita Kanaya dengan antusias. "Semenjak bunga-bunga ini mekar dan tidak pernah layu, serta wanginya menguar ke seluruh padepokan ini aku jadi lebih senang dan jarang muntah. Apalagi sekarang banyak kupu-kupu yang datang kesini menjadi teman baruku. Burung gagak sepertinya
Sementara itu di bawah bukit, Zarkya bersama beberapa pengawalnya yang saat ini menetap di sebuah rumah yang tidak terlalu jauh dari kaki bukit tunggal itu mulai perlahan-lahan mendirikan perkumpulan dan sudah ada beberapa orang yang bergabung dan mendapat pelatihan.Zarkya menipu orang-orang itu dengan mengatakan kalau dia hanya mengajarkan ilmu sihir dan juga beladiri, bukan untuk menyerang Hakya.“Apa yang dia lakukan diatas sana, kita bahkan tidak pernah melihat dia turun semenjak dia naik di hari itu. Apakah dia tidak akan turun?” tanya Zarkya kesal dan masih menatap ke arah bukit itu dengan pandangan penasaran.Karena mereka tidak bisa memasuki area bukit itu, bahkan hanya sekedar di kaki bukit saja mereka tidak bisa masuk. Dan anehnya Hakya dengan begitu mudah masuk kesana, hal itu membuat Zarkya terus bertanya-tanya dalam hatinya mengenai siapa Hakya sebenarnya.“Bukankah istrinya memiliki keluarga, tidak mungkin mereka tidak turun dari sana. Dan apakah istrinya ikut ke atas b
Hakya segera berlari menuju ke arah Kanaya yang terduduk di bawah pohon bunga dengan memegang perutnya.“Astaga, kamu mau melahirkan,” ujar Hakya yang segera menggendong Kanaya masuk ke dalam kamar mereka dan membaringkan Kanaya diatas tempat tidur.Kanaya meringis dan menahan perutnya yang kesakitan.“Sabar ya sayang,” ujar Hakya sambil mengelus perut Kanaya dengan perlahan.Beruntungnya Hakya adalah orang yang menguasai berbagai jenis pengobatan. Dia bisa membantu Kanaya melahirkan.Kanaya hanya berbaring dan bersabar menunggu kelahiran sang anak. Dan setelah menunggu dengan sabar akhirnya seorang anak terlahir ke dunia dengan jenis kelamin perempuan. Bersamaan dengan itu juga, hujan turun dengan sangat lebat membasahi bumi. Sepertinya Dewa benar-benar telah mencabut hukuman buat bumi ini dan memberikan mereka rahmat hujan yang lebat.“Anak ini kita beri nama Hanaya, dia akan tumbuh menjadi seorang perempuan yang kuat yang memberikan banyak kebaikan di muka bumi ini. Dia terlahir se
Bruuk!Nyonya Farah segera berlari ke arah Kafka yang sudah tergeletak di tengah halaman rumah dengan tubuh yang pucat pasi, bahkan leher yang membiru. Dan biasanya orang-orang yang terputus perjanjian dengan paksa seperti itu akan mati.Nyonya Farah segera mengecek nafas Kafka, dan beliau menghela nafas lega. Ternyata Kafka masih hidup, dengan segera dia membawa masuk sang suami dibantu oleh Zanaya.“Siapkan air hangat untukmu!” teriak Nyonya Farah kepada Zanaya.Farah merasa kalau mereka harus menyelamatkan Kafka dengan segera, karena sepertinya nafas Kafka sedikit tidak beraturan.Sementara itu di atas bukit tunggal, dua orang yang sedang berbahagia menyambut kelahiran anak mereka terus mendendangkan sebuah lagu agar anak mereka semakin merasa senang. “Hujan sudah berhenti, dan kelihatannya semua sudah kembali seperti semula. Semua tampak segar dan orang-orang pastinya akan sangat bahagia,” ujar Kanaya yang melihat tetes hujan jatuh melalui ujung-ujung dedaunan.Krok! Krok! Krok!