"Ya sudah! Kalau Ibu tetap mau ada di sini. Dan mendengarkan apa yang akan kami sampaikan. Saya harap Ibu bisa bekerjasama. Jangan buat suasana menjadi keruh! Kalau Ibu tak bisa diajak kerjasama, kami bisa meminta pihak berwajib untuk mengamankan Ibu!" tegas Bang Naldi.
Kali ini Nini pelet tak bisa berkata apa-apa lagi. Dia hanya diam dengan mulutnya yang terlihat manyun. Dalam hati, ada rasa kagum sama Bang Naldi. Dia bisa membungkam Ira, hanya dengan kata-kata. Sangat berwibawa.
"Baik, saya akan memberitahukan maksud kedatangan kami kesini," kata Bang Naldi kepada Mas Pur, yang terlihat santai saja.
"Sebelumnya saya ingin tanya, apa Bapak sudah menerima pemberitahuan dari pengadilan. Bahwa putusan cerai talak satu Bapak, telah jatuh kepada klien saya Ibu
Aku menggelengkan kepalaku mendengarnya. Benar-benar Mas Pur sudah berubah tiga ratus enam puluh derajat."Mas Mas, sebegitu tamaknya dirimu. Hingga mengingkari kewajibanmu sendiri. Jadi! Istrimu hanya dijadikan babu yang mengurusi segala keperluanmu. Yang harus melayani syahwatmu saja! Begitu?!" kataku sinis. Dia diam, namun menatapku dengan pandangan yang tak kalah sinis. Seolah tak merasa salah, atas apa yang diucapkannya.Aku menuding ke arah Ira. "Kau dengar kan, apa yang dikatakan laki-laki ini tadi? Siap-siap aja, kau akan dicampakkannya tanpa uang sepeserpun. Seperti yang dia lakukan sama aku!"Kulihat mimik wajah Ira sedikit bingung. Dia mulai terpengaruh. Mungkin dia memikirkan kata-kataku. Bagaimana kalau dia yang ada di posisiku saat ini?
Sudah beberapa bulan berlalu. Seminggu lagi masa rehabilitasi Mas Bayu berakhir. Jujur, masih banyak keraguan di hatiku, saat dia meminta kepastian. Apakah aku jadi menggugatnya cerai? Dia pasrah dan menerima keputusanku. Kalau memang harus jalan itu yang kuambil.Mas Bayu banyak berubah sekarang, dia menjadi pribadi yang lebih tenang. Sosoknya kembali lagi ke Mas Bayu yang pernah membuatku menyemai benih cinta untuknya.Aku yang sudah beberapa waktu ini juga selalu rutin melakukan konsultasi ke psikiater untuk menghilangkan traumaku dari Mas Bayu. Perlahan aku mulai membuka hati lagi untuknya. Kata Umi Awi, psikiater yang membantu mengatasi rasa traumaku. Aku sudah bisa membuka lembaran baru bersama Mas Bayu. Dia juga ikut berperan serta membantu Mas Bayu, untuk mengatasi rasa cemburunya yang berlebihan. Dia rutin mensug
Asih masih terus memikirkan, apakah dia menerima Naldi atau tidak? Untuk mengisi kekosongan hatinya saat ini. Apa yang dilakukan Pur, cukup memberi luka yang dalam. Meski Asih tak terlalu menunjukkan rasa sakitnya di hadapan semua orang. Namun Asih sendiri lah yang tau, betapa perihnya luka itu. Pur adalah cinta pertama Asih. Tadinya dia berharap, akan menjadi satu-satunya hingga akhir hayatnya. Tapi ternyata itu hanya harapan semu.Beberapa bulan lalu, setelah proses eksekusi rumahnya, semua berjalan normal kembali. Tak ada yang spesial, selain Naldi yang terang-terangan menunjukkan keseriusannya. Namun Asih masih butuh waktu untuk bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.Asih saat ini sedang ingin fokus pada usahanya, yang mulai dia rintis setelah proses penjualan rumahnya di Kalimantan selesai. Setelah Pur dan Ir
Sementara Asih sedang berpikir untuk mulai membuka hati buat Naldi. Pur, mantan suami Asih sedang gelisah. Hari ini dia mendapat teguran dari atasannya. Dia diminta untuk segera mengembalikan dana perusahaan yang sudah dia selewengkan. Sementara ini dia di skors sampai bisa mengembalikan dana itu. Tak menutup kemungkinan dia juga akan dipecat. Pihak perusahaan masih belum memutuskan memecat Pur, karena pemilik perusahaan merupakan sahabat dari almarhum Bapak Pur. Juga mengingat kinerja Pur pun selama ini cukup baik, sebab itu pihak perusahaan masih belum mengambil keputusan final. Pur masih beruntung tidak dilaporkan ke pihak yang berwajib.Hari ini dia sangat suntuk. Dia membaringkan tubuhnya yang lelah di atas ranjang. Angannya melayang, mengingat kenangannya bersama Asih. Meski cintanya kepada Asih, tak seperti dia mencintai Ira. Namun Asih pernah menjadi bagian dari perjalanan hidup
Pur terduduk di bibir ranjangnya. Ada penyesalan mendalam jauh di lubuk hatinya. Pantas dulu Bapak tak merestui hubungannya dengan Ira. Filling orangtua terkadang jarang salah. Dia telah dibutakan cinta, sehingga tak pernah melihat sisi buruk Ira.Dia menyesal, bila mengingat dulu selalu membiarkan Asih dizolimi Ira setiap hari. Bahkan Pur ikut mendukung tindakan Ira. Padahal Asih perempuan yang baik. Bahkan sejak kedatangan Ira ke rumah mereka, Pur dengan tega mencabut semua hak Asih karena hasutan Ira.Mendadak ada rasa rindu teramat sangat kepada Asih dan Fatin. Tapi bagaimana caranya meminta maaf. Kesalahan Pur sudah sangat besar dan sulit untuk dimaafkan. Bahkan selama mereka pisah, sama sekali Pur tak memberi nafkah Fatin. Asih pun tak pernah menuntut dan mempertanyakan kepada Pur. Asih memang sudah tak ingin lagi berhubu
Hari ini Bang Naldi akan datang. Semua persiapan sudah dilakukan. Bapak sama Ibuk sangat antusias mempersiapkan semuanya. Sementara aku? Aku masih bingung dengan perasaanku sendiri. Namun, Bapak, Ibuk dan Nawang berhasil meyakinkanku untuk menerima Bang Naldi. Kata Bapak, mungkin dengan menerima Bang Naldi bisa mengobati rasa sakitku atas apa yang sudah dilakukan Mas Pur. Juga untuk menghindari banyaknya fitnah yang akan menerpaku.Aku belum memberitahu Fatin akan hal ini. Aku bingung cara menyampaikan padanya. Sejauh ini, hubungannya dengan Bang Naldi sangat baik. Bang Naldi juga berhasil mengambil hati Fatin. Namun aku belum bilang, kalau Bang Naldi berniat menjadi Ayah sambung baginya."Buk, rombongan Bang Naldi sudah datang," kata Bayu memberi tahu kami. Bapak dan Bayu sudah di teras lebih dulu menunggu kedatangan kel
Akhirnya tiba juga hari H pernikahanku dan Bang Naldi. Acara yang kami buat sederhana, hanya mengumpulkan keluarga besar dan tetangga-tetangga dekat saja. Bagiku yang penting rumah tanggaku kali ini bisa sakinah, mawaddah dan warahmah hingga maut yang memisahkan kami.Syukurlah tak ada halangan, Rika yang tadinya menentang pun tampak hadir juga di acara penting kami ini. Itu memang yang kuharapkan. Bagi Bang Naldi, Rika tetaplah adik kandungnya, tentu akan menjadi ganjalan bila Rika tak datang. Sepertinya dia mulai menerima kalau Bang Naldi itu Abangnya.Hari semakin malam, hatiku semakin berdebar. Ini malam pertamaku dengan Bang Naldi. Dan malam ini juga aku dibawa pulang ke rumah keluarga Bang Naldi. Begitulah adat suku Mandailing kata Bang Naldi.★★★KARTIKA DE
"Naldi, tolong dulu belikan bika ambon buat kami bawa pulang besok," kata Wak Soraya pada Bang Naldi, saat kami tengah duduk di cakruk yang ada di samping rumah Bou."Berapa banyak Wak?" tanya Bang Naldi."Sepuluh kotak, ini uangnya. Sini ada yang mau Uwak bilang," kata Wak Soraya, seraya menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu ke tangan bang Naldi.Wak Soraya membisikkan sesuatu ke telinga Bang Naldi, aku tak dapat mendengar apa yang dikatakannya sama Bang Naldi. Yang jelas, selama Wak Soraya membisiki, Bang Naldi terus melihat ke arahku dan tersenyum penuh arti.Keningku melipat melihatnya, hal rahasia apa yang dibisikkan Wak Soraya. Kalau rahasia, kenapa harus di depanku membisikkann