Share

Bab 06. Tersenyum tak merasa menderita.

"Astaga, apa yang kamu lakukan?"

"Maaf, saya hanya bermain."

"Mama, lihat ini apa yang dilakukan kakak iparku?"

Dari dalam Giani tergopoh keluar. Namun kemudian dia terpeleset. "Dasar gadis gila!"

Imah yang datang, mengambil alat pel. Lalu mengepel lantai setelah membangunkan Dini. "Kamu ghak apa-apa, Dhuk?"

Dini menggeleng dengan memegangi pantatnya yang terasa sakit. "Saya hanya bermain, Bu"

"Duduk sini sebentar, Dhuk, biar Ibu selesaikan ngepelnya. Kamu sambil lihat cara Ibu ngepel, ya," 

Dini manggut-manggut. 

"Sebenarnya apa yang terjadi, Ma?" tanya Davin.

Giani memegangi pinggang dan pantatnya. Gavin memijitnya pelan. "Memang dasar wanita gila, dia pikir rumah kita mainan."

"Mama tidak mengerjainya 'kan?" Davin curiga.

"Memang kamu pikir apa?"

"Hati-hati, Ma. Ketauan Dilan, Mama akan  dapat masalah besar."

"Kamu mengancam Mama?"

"Davin mengingatkan Mama." Davin menghentikan pijitannya. "kalau Mama sudah baikan, Davin pergi lagi, Ma."

"Memangnya kenapa kamu jam segini pulang?"

"Ada berkas Davin yang tertinggal."

"Baiklah, Sayang. Hati-hati!" kata Giani.

Davin keluar dari kamar mamanya di lantai atas. Namun dia berbelok saat baru turun.

"Cantik! Cantik yang sempurna," guman Davin dengan terus memandangi Dini yang kini berlari menangkap kupu-kupu. Pantas kakakku tergila-gila padanya. Jadi gila saja sudah cantik, apalagi kalau nanti sudah sembuh dan bisa berdandan, bathinnya lagi.

"Den!" 

Davin terkejut dengan datangnya Ima dari belakangnya. Dia lalu pergi dengan meninggalkan Dini. Sementara Ima mengelus dadanya. Dia tau betul siapa Davin. 

"Bu, sini!. Kupu-kupunya lepas terus."

Ima tersenyum, lalu dia berjongkok, berusaha menangkap kupu-kupu untuk Dini.

"Hup!" ditangkapnya satu kupu-kupu. "Dapat."

Dini berjingkat mendekat, "Cari tempat, Bu,...cari tempat!" katanya sambil berjingkat-jingkat.

"Iya, ayo ke dalam cari tempat."

Sambil membawa kupu-kupu, wanita yang yang sudah tigapuluh tahun bekerja di rumah keluarga Hermawan itu melewati ruang samping.

"Rupanya ketularan gila kamu, Bi," celetuk  Sekar.

Tak lama Dini sudah sholat.  Walau sholat sekedarnya, tapi dia akan selalu sholat tiap mendengar adzan. Dia bahkan pernah sholat dua kali gara-gara azan subuh yang tak bersamaan antara dua aliran yang berbeda. 

Imah memperhatikan Dini. Rasa kasihan terselip di hatinya. Setelah melepas mukenanya, Dini memegang perutnya.

"Lapar!" katanya lalu beranjak keluar. Saat itu dilihatnya Giani sudah duduk, makan di meja makan. Dini segera ke meja, hendak mengambil makanan.

"Siapa suruh makan di sini?"

Dini mematung. 

"Bi Imah, ajak Dini makan di kamarmu."

"Tapi, Nya,.."

"Budeg ya, telingamu? Ajak dia makan di kamarmu. Aku ghak bisa menelan kalau ada dia di sini."

Imah tergopoh. Mengambilkan makanan sekedarnya yang disodorkan Giani, lalu mengajak makan Dini di kamarnya.

"Jangan cerita apapun ke Dilan!" kata Giani sambil beranjak dari tempatnya makan. "Dini jangan lupa, cuci piring yang kotor."

"Baik, Ma."

"Jangan panggil aku 'Mama'! Kamu tak pantas memanggilku 'Mama'"

"Ayo, Dhuk!" 

 "O, ya,... nanti malam ada rekan bisnis saya yang makan malam di sini. Saya sudah pesan makanan, kamu bertiga beresi rumah, bersiin semua pernik-pernik rumah ini dengan baik."

Ima mengangguk.

Dini menguap berkali-kali. Waktu tidur siangnya harus dia gunakan membersihkan rumah. Imah yang melihatnya hatinya teriris.

Tak terasa azhan Ashar berbunyi. Dini segera pergi ke kamarnya walau berkali-kali Giani meneriakinya. Dia pun sholat. Karena kelelahan, dia tertidur dengan masih mengenakan mukena.  Hinggah tak terasa, tepukan lembut di pipinya membangunkannya.

"Kenapa kamu tidur dengan memakai mukena?"

"Ketiduran," ucapnya sambil tersenyum. "kamu kenapa pulangnya lama sekali?"

"Mas kerja, Din. Ya biasanya pulang jam segini," Dilan menjelaskan sambil melepas mukena Dini. "ih, bau asem, mandi sono. "

Dini terkekeh. "Cium duluh," rengeknya. 

Dengan cepat Dilan mencium Dini, namun kali ini tidak lagi di kening atau pipi Dini, tapi di bibirnya. Dini terkesiap dengan terpaku memandangi Dilan.

"Ayo mandi, bau nih!" alih Dilan menahan gejolak dirinya setelah mencium Dini. 

Dilan terdiam dengan pikirannya. Kenapa Dini seperti habis melakukan kerja berat?

Dini keluar dengan wajah segar dan tubuh harum. Dia sudah berpakaian lengkap. Dia memang membawa baju saat ke kamar mandi. Rambutnya yang basah dia gerai. Dilan menyalakan hairdyer dan mengeringkan rambut Dini. Kembali dia merasakan sensani yang berlebih di jiwa lelakinya.

"Sudah kering, aku mandi duluh." Dilan mengalihkan pikirannya.

"Heem. Bau."

"Ih, mana ada aku bau. Sini,.." Dilan meraih Dini dan membenamkan wajah Dini di tubuhnya.

"Ih, lepasin. Bau!"

Dilan terkekeh.

"Dilan, nanti ada rekan bisnis mama, kamu jangan biarkan dia keluar. Suruh Bi Ima temani dia." Tiba-tiba saja Giani datang.

"Lain kali kalau masuk kamar orang, mengetuk pintu duluh, Ma."

"Memangnya kenapa aku harus mengetuk pintu?"

"Bagaimanapun Dilan sekarang sudah beristri. Kalau Mama melihat yang tidak-tidak."

"Halah, istri apa,...orang gila saja!"

"Mama!" tak terasa suara Dilan meninggi. "maaf, Mama membuat Dilan sampai mengeluarkan kata-kata kasar. Dilan yang akan menjaga Dini."

"Kamu harus ikut di jamuan itu. Biar Dini dijaga Bi Ima."

Dilan terdiam Untuk ke-sekian kalinya dia harus mengalah. Menjadi pajangan melengkapi keharmonisan keluarga Pramono Aji di mata rekan-rekan bisnisnya.

Dini menguap. Dan makin sering setelah sholat maghrib.  Dia bahkan tertidur saat menonton TV, bersandar  di lengan Dilan . Dilan memapahnya ke tempat tidur. Mencium keningnya. Kembali dia heran dengan apa yang dikerjakan Dini hari ini sampai Dini seperti orang kelelahan. Baru saja dia beranjak, hendak bertanya ke Imah, di ruang tamu sudah ada satu keluarga.

"Ini anak Tante yang tertua, ...Dilan. Kenalan dong, Sil," ucap Giani kepada gadis muda yang diapit kedua orangtunya.

Sisil segera mengulurkan tangannya. Namun Dilan mengatupkan kedua tangannya di dada. Sisil nampak kecewa, namun kemudian malah menyunggingkan senyumnya. Cowok aneh, aku makin menyukainya. Lihat saja nanti,.. aku bakal mendapatkanmu! tekad Sisil.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status