Ammar merasa curiga kenapa mamahnya terlihat menyembunyikan sesuatu, ingin menanyakan tapi Ina sudah ada di kamar. Lagian Kenzo juga perlu perhatiannya, akhirnya Ammar memutuskan nanti saja meminta penjelasan mamah ketika mengantarkan Kenzo pulang.
"Besok kalau libur sekolah, Om Ammar janji akan membawa Kenzo kesini lagi, nanti bisa berenang sepuasnya, gimana?" bujuk Ammar."Janji ya, Om," ucap Kenzo memastikan. Sorot mata bening membuat Ammar tidak tega menolaknya. Akhirnya Ammar berjanji liburan nanti Kenzo bisa main kesini lagi.Setelah negosiasi selesai, kini Ammar mengajak Kenzo pulang. Sebelum itu, Ammar mengajarkan untuk berpamitan dengan Ina terlebih dahulu."Mah, buka pintunya sebentar," ucap Ammar mengetuk pintu kamar Ina.Tak ada sahutan sama sekali, Ammar mengira mungkin saja mamahnya tertidur atau sedang pergi.****Sesampainya di rumah Heni, tak seperti biasanya Kenzo rewel ketika tau A"Kamu menyindir mamah? Apa saja sih yang sudah diberikan pada Heni hingga membuatmu seperti ini, apa kamu lupa jika ini adalah mamah kamu? Pantas kamu terus menuduh mamah seperti itu? Gak sopan sekali!!! Apapun yang kamu percaya dengan ucapan Heni itu belum tentu benar, ingat betapa liciknya dia ketika dulu menjadi istrimu! Jangan karena sekarang dia sudah memiliki anak maka kamu kasihan kepadanya, wajah anak kecil memang wajar jika sama apalagi hoby yang kebetulan sama juga, semua anak laki-laki pasti suka superhero, gak mungkin anak laki-laki memilih boneka hello kitty! Pikirkan dengan baik, kamu sudah membuat mamah tersinggung," ucap Ina sangat geram setelah itu melangkahkan kaki ke kamarnya. Ammar merasa bersalah karena sudah terlalu mendesak mamahnya, namun firasat yang ada dalam diri Ammar tidak bisa dibiarkan begitu saja. Tiba di kamar, Ina langsung mengacak-acak semua barang yang ada di depan matanya, teriakan kencang Ina semakin menggambarkan jika saat i
Ammar semakin curiga mendengar perkataan mamahnya barusan, jika Ina tidak mau jujur kepada Ammar maka nantinya Ammar sendiri yang mencari tau. Setelah selesai menelpon, Ina hendak keluar dari kamar karena pikirannya sedang penat. Ammar langsung bergegas bersembunyi di samping meja yang berisi vas bunga besar. Untung Ina tidak menyadari ada Ammar disitu. Ammar mengendap-endap masuk ke kamar Ina lalu menyalin nomor yang barusan dihubungi mamahnya. "Nomor ini yang nantinya akan menjadi jalan bagiku perihal apa yang sudah di rahasiakan oleh mamah, jika tadi mamah tidak menyebut nama Heni dan Kenzo, mana mungkin aku akan nekat membuka ponsel mamah tanpa izin," batin Ammar lalu keluar dari kamar. Setelah keluar dari kamar Ina, kini Ammar sengaja membeli nomor baru untuk menelpon orang misterius ini. Beberapa kali menghubungi tidak juga diangkat, Ammar semakin kesal di buatnya. Tak mau kehabisan akal akhirnya Ammar
"Halo... Kamu ini gimana? Lihat tuh bagaimana dia bisa makin dekat dengan anakku, kerjamu gimana sih?" hardik Ina. "Saya sudah berusaha menjauhkan mereka sebisa mungkin bu, tapi nyatanya terus kecolongan, anak ibu datang secara tiba-tiba," jawab orang yang sedang di telepon Ina. "Alasan aja! Aku gak mau tau ya pokoknya jangan sampai anak kecil itu terus menerus menempel pada anakku!! Sudah banyak uang yang aku keluarkan untukmu! Kini giliran kamu untuk menjauhkan mereka! Aku tidak mau alasan gagal dan gagal lagi! Jika kamu tidak bisa melakukannya bilang dari sekarang! Akan aku suruh orang lain yang melakukannya!" gertak Ina sudah geram. "Sabar nyonya, beri saya waktu untuk mengurus semua ini, tidak mungkin saya lakukan secara tiba-tiba, semua harus berjalan dengan natural," jawab orang suruhan itu berusaha menenangkan Ina. "Bukan urusan saya kamu mau pakai cara apa karena yang penting bagi saya adalah hasilnya!" ucap Ina lalu memutus pang
"Apa yang sudah kalian rencanakan?" desak Ammar. "Intinya aku diminta Heni pergi dari kehidupanmu termasuk dengan anaknya juga," jawab Lukman. "Kenzo? Dia kan juga anakmu! Kenapa Lo sama sekali gak ada niatan menengok nya? Ayah macam apa kamu ini!!! Setelah Heni miskin kok dengan teganya ditinggal mana sedang hamil besar!" pekik Ammar tidak terima. "Hahaha apa Lo bilang? Kenzo anak gue? Lo yakin ngomong gitu? Waktu itu kan Lo suaminya," ejek Lukman. "Tapi Heni juga ada hubungan denganmu! Bahkan ketika Kenzo lahir pun hasil tes DNA menunjukkan bukan anak biologis ku, sudah pasti itu anak Lo!! Tanggung jawab! Lo boleh gak suka lagi dengan Heni karena dia gak ngasih duit lagi tapi ingat anaknya, Kenzo anak kalian! Dia sampai kekurangan kasih sayang," tegur Ammar. "Kamu memang terlalu polos! Mudah sekali ditipu! Orang terdekatmu yang sudah membuat semuanya seperti ini, carilah lebih detail siapa ayah dari Kenzo agar mata dan pi
"Selamat sore, kami dari kepolisian Kebun Jeruk, apa benar saudara-saudara pernah menjadi petugas untuk tes DNA beberapa tahun lalu terhadap anak dari saudara Ammar?" tanya petugas polisi. Kedua staf itu menganggukkan kepala secara perlahan, setelah itu Ammar menanyakan apakah hasil yang diberikan kepadanya itu valid dan bisa di pertanggung jawabkan? Kedua staf itu mengangguk sambil saling bertatapan. Terlihat jelas jika mereka berdua itu kebingungan. "Silahkan lihat hasil tes ini, perhatikan dengan baik, akan ada yang saya tanyakan," ucap Ammar memberikan selembar kertas tes DNA Kenzo dengan dirinya beberapa tahun lalu. "Ini sudah sangat lama, Pak," jawab salah satu staf rumah sakit. "Memang, makanya saya baru menyadari sekarang, perhatikan dengan baik, kalian yang menjadi salah satu staf yang menjadi saksi bagaimana hasil tes DNA itu, mengapa bisa kalian salah dalam menuliskan nama saya? Sejak kapan saya yang sedari kecil bernama Ammar
Setelah mendapat informasi seperti itu dari Lukman, kini setiap berpapasan dengan Ammar sebisa mungkin Ina menghindar. Dirinya terlalu takut untuk bertemu anaknya sendiri, Ina tau betul bagaimana rasa ingin tahu anaknya jika belum mendapatkan jawaban yang pas di hatinya. Belum lagi kekuatan Ammar sangat besar melebihi suaminya, bisa saja anaknya meminta bantuan detektif profesional sekali pun untuk mengulik kebenaran ini. #Flashback#Beberapa tahun lalu Ina sedang bertengkar hebat dengan suaminya karena pada saat itu perusahaan yang mereka bangun dari 0 terancam bangkrut karena di tipu salah satu investor. Karena Ina tidak siap untuk hidup miskin akhirnya ia menghibur diri di sebuah klub malam sendirian. Sudah lama ia tidak menenggak minuman keras makanya ketika Ina mencicipi sedikit saja minuman haram itu, kepalanya langsung sangat pusing dan merasa mual. Ada seorang pria yang terbilang masih muda membantunya ke kamar mandi
"Mah, ada yang ingin aku tanyakan," ucap Ammar yang tiba-tiba berada di belakang Ina membuat ia terkejut. "Loh sejak kapan kamu disini?" tanya Ina kaget lalu mengelus dadanya. "Gak penting sejak kapan, ada hal lebih penting yang harus mamah jawab, jangan sampai nantinya malah aku yang mencari tau sendiri," sindir Ammar membuat Ina was-was. "Mau tanya apa?" tanya Ina penasaran. "Apakah mamah sudah memalsukan hasil tes DNA antara aku dengan Kenzo-anaknya Heni?" tanya Ammar dengan tatapan tajam. "Eh? Apa? Kenapa bisa kamu malah menuduh mamah? Justru mamah sekarang tersinggung! Untuk apa mamah melakukan itu? Untungnya apa?" jawab Ina emosi. "Ammar tanya baik-baik, Mah, kenapa jawaban mamah seperti orang yang terintimidasi?" sindir Ammar tersenyum tipis. Ino habis pulang kerja melihat ibu dan anak seperti sedang bersitegang membuatnya penasaran. "Ada apa dengan kalian?" tanya Ino membuat Ina terkeju
Karena rasa amarah Ino sudah tidak bisa dibendung lagi akhirnya dilayangkan pukulan keras di pipi kanan dan kiri Lukman. "Ini balasan karena sudah beraninya menggoda istri saya! Dasar pria tidak tau malu, sudah menggoda kini merusak rumah tangga anak saya juga! Apa mau kamu sebenarnya? Ada masalah dengan siapa kau sebenarnya?" cecar Ino geram, kedua tangannya mengepal erat. "Tidak ada yang menggoda karena kami memang sama saling nyaman," jawab Lukman terlalu jujur. Ina semakin panik dengan jawaban Lukman itu. "Jangan katakan hal yang aneh!" bentak Ina ketakutan. "Kita sudah ketahuan, untuk apa ditutupi lagi?" tanya Lukman pasrah. "Hentikan! Dasar bo-doh!" umpat Ina. "Jadi benar kamu ada hubungan dengan istriku?" tanya Ino mendekati Ammar lagi. Lukman mengangguk lemah, rasa emosi yang belum hilang kini bertambah berkali-kali lipat. Ino menghajar Lukman secara membabi buta, suara teriakan dari Ina agar berhenti
"Mamah, kenapa mamah bisa begini? Mamah sakit apa? Kenapa rambut mamah habis?" tanya Kenzo di sela tangisannya. "Mamah baik-baik saja dan nanti akan jauh lebih baik-baik saja, apa Kenzo mau berjanji sama mamah?" tanya Heni dijawab anggukan kepala oleh Kenzo. "Kenzo akan janji kepada mamah asalkan mamah juga janji untuk sembuh," pinta Kenzo yang dijawab anggukan kepala oleh Heni. "Mamah minta jika nanti mamah sudah gak ada, Kenzo hidup yang baik dan penurut ya sama om Ammar, mulai sekarang Kenzo mamah titipkan sama om Ammar, apakah Kenzo bersedia?" tanya Heni membuat tangis Kenzo semakin pecah. Kenzo memberontak ketika tau keinginan Heni, maunya Kenzo tetap hidup bersama Heni sampai selamanya. "Tidak ada manusia yang hidup selamanya, sayang, semua yang lahir sudah digariskan meninggal, mungkin sebentar lagi waktunya bagi mamah meninggalkan Kenzo di dunia ini tapi percayalah jika di alam sana nanti mamah akan selalu mengawasi Kenzo dengan baik," ucap Heni berlinang air mata. "Janga
Hari demi hari telah dilewati dengan begitu cepat, ternyata ucapan Ammar waktu itu memang benar adanya. Sekarang ia lebih sering ke sini dan menghabiskan waktu dengan Kenzo. Heni merasa senang karena kini Kenzo bisa mendapatkan kasih sayang seorang ayah yang sesungguhnya, dulu sebuah kasih sayang yang diinginkan Kenzo adalah hal paling berat bagi Heni karena mustahil baginya untuk mengemis kepada Lukman, sebelum akhirnya Heni tau bahwa Kenzo adalah anak kandung Ammar. Kini tanpa perlu Heni mengemis pun sebuah perhatian yang diinginkan Kenzo datang dengan sendirinya, setidaknya kini doa Heni terjawab sudah. Tuhan memang terlalu baik kepadanya karena sudah banyak kebaikan demi kebaikan yang diberikan kepada Heni namun dirinya malah sering lalai dalam menjalankan kewajiban. "Terima kasih sudah menepati janji dengan mengunjungi Kenzo lebih sering, dulu, Kenzo sangat menginginkan bagaimana rasanya disayangi oleh Ayah, Kenzo juga menginginkan sebuah
Sudah beberapa hari ini Ino melihat anaknya selalu murung seperti tak ada lagi semangat hidup, bahkan pekerjaan di kantor pun menurun dan banyak sekali yang membatalkan kerja sama karena kurang puas dengan kinerja Ammar. Jika dibiarkan akan semakin buruk ke depannya, makanya itu Ino meluangkan waktu untuk berbincang empat mata bersama anaknya itu. "Hal apa yang sedang menggangu pikiranmu?" tanya Ino tak mau basa-basi. "Gak ada, Pah, hanya lagi capek saja," jawab Ammar berbohong. "Jangan berbohong, Papah tau kamu sedang menyembunyikan sesuatu, bahkan kamu bawa masalah itu dalam dunia bekerja, apa kamu sadar? Banyak yang membatalkan kerja sama karena mereka mengeluh kinerja kamu kurang baik akhir-akhir ini," bantah Ino. "Lebih penting perusahaan daripada anak kamu sendiri, Pah? Dari dulu selalu perusahaan yang di nomor satukan," sindir Ammar tersenyum miris. "Bukan begitu, masalah apa yang sedang kamu alami sampai kamu t
Rona bahagia juga terpancar di wajah cantik Amalia, setelah itu Amalia mencium tangan Alan sebagai bentuk bakti kepada suami. Tak mau melewatkan momen, untuk mengungkapkan kebahagiaannya, Alan mencium kening Amalia dengan penuh penghayatan. "Woi tahan woi, masih ada kita dan pak penghulu disini," celetuk Dafa membuat suasana yang tadi sempat tegang kini menjadi gelak tawa. Alan menahan malu karena sindiran temannya itu, Amalia juga tersipu malu hingga pipinya merah merona. "She's mine, makanya nikah biar gak nyindir mulu," sindir Alan membuat Dafa manyun. Ditengah suasana khidmat pernikahan Alan dan Ammar, ada salah satu penyusup yang ikut menyaksikan momen itu. "Alan juga mantan istrinya anda hari ini melangsungkan pernikahan, bos," ucap seseorang yang mengirim bukti foto serta video kepada Ammar. Melihat bukti yang dikirimkan seseorang kepadanya, membuat Ammar tak bisa menyimpan rasa amarahny
Sepekan kemudian, Seno sudah di perbolehkan untuk pulang, sesuai kesepakatan yang sudah dibuat, kedua orang tua Alan mendatangi rumah Amalia untuk menentukan hari baik sekaligus melamar secara resmi. Tak ada suguhan mewah karena kondisi yang masih seperti ini tidak membuat keluarga Alan tersinggung, justru pihak dari Alan malah meminta maaf karena terkesan terburu-buru, semua ini karena Alan yang selalu mendesak kedua orang tuanya untuk mendatangi rumah Amalia. Alan takut jika nantinya Amalia berubah pikiran lalu kembali ke pelukan Ammar, ia tidak menginginkan itu terjadi. "Maaf ya, Pak, Bu, kalau kedatangan kami terkesan mendadak," ucap Eko sungkan. "Tidak apa-apa justru kami yang minta maaf, semua jadi terhambat karena saya masuk rumah sakit," jawab Seno juga sungkan. Lalu kedua keluarga terlibat obrolan ringan dulu sebelum menuju inti pertemuan. Setelah basa-basi dirasa selesai, kini Eko mengutarakan maksud dan tuju
Karena sudah ada Alan di sini, Seno meminta keduanya mendekat. Alan yang merasa akan ada sesuatu yang terjadi memilih mengikuti alur saja, terlebih dirinya sudah mempersiapkan jauh-jauh hari. "Berhubung kalian sudah datang, bapak akan mengatakan kalau bapak merestui Alan sebagai calon suamimu, sedari dulu Alan sudah mencintaimu nyatanya ketika tau kamu janda pun dia tidak mundur, sekarang semua bapak serahkan kepadamu, Amalia, bagaimana kamu akan memberikan kepastian kepada Alan, jangan terus kamu gantung perasaan seseorang, bapak yakin Alan pria terbaik," ucap Seno dengan suara lemah sambil menyatukan tangan Alan juga Amalia. Mendengar jawaban dari bapaknya membuat Amalia tidak bisa menahan air matanya, dengan suara bergetar, Amalia mengatakan jawaban yang selama ini sudah ia pikirkan dengan matang. "Jika orang tuaku saja dengan mudahnya setuju denganmu, kenapa tidak denganku? Aku menerima lamaran darimu, Alan, tapi aku mohon jangan sakiti aku seperti apa y
Karena sudah ada Alan di sini, Seno meminta keduanya mendekat. Alan yang merasa akan ada sesuatu yang terjadi memilih mengikuti alur saja, terlebih dirinya sudah mempersiapkan jauh-jauh hari. "Berhubung kalian sudah datang, bapak akan mengatakan kalau bapak merestui Alan sebagai calon suamimu, sedari dulu Alan sudah mencintaimu nyatanya ketika tau kamu janda pun dia tidak mundur, sekarang semua bapak serahkan kepadamu, Amalia, bagaimana kamu akan memberikan kepastian kepada Alan, jangan terus kamu gantung perasaan seseorang, bapak yakin Alan pria terbaik," ucap Seno dengan suara lemah sambil menyatukan tangan Alan juga Amalia. Mendengar jawaban dari bapaknya membuat Amalia tidak bisa menahan air matanya, dengan suara bergetar, Amalia mengatakan jawaban yang selama ini sudah ia pikirkan dengan matang. "Jika orang tuaku saja dengan mudahnya setuju denganmu, kenapa tidak denganku? Aku menerima lamaran darimu, Alan, tapi aku mohon jangan sakiti aku seperti apa y
Setelah mendengar jawaban dari Alan justru membuat mood Amalia memburuk. Akhirnya mereka saling diam dalam perjalanan. Kebetulan supir yang disewa Alan adalah temannya sendiri jadi dia sudah tau sedikit perihal masalah yang menimpa mereka berdua. Jika dia jadi Alan mungkin tidak akan kuat untuk terus mempertahankan cintanya yang tak pernah dianggap. "Namanya dua orang saling mencintai tidak selamanya selalu bersatu, terkadang mereka ditakdirkan untuk saling menyakiti meskipun di hati tersimpan perasaan yang sangat rapi, tidak semua dua insan yang saling mencintai itu bisa bersatu, banyak dari mereka berakhir sama-sama memiliki pasangan sembari menyimpan perasaan untuk orang yang ia cintai karena mereka sadar jika bersatu yang ada hanya saling melukai, tak hanya itu, banyak juga dari mereka yang berakhir dengan takdir berbeda alam, itu hal yang paling menyakitkan, mencintai namun alam memisahkan mereka, itu adalah level mencintai paling dramatis dan trag
Alan mengalami mimpi dimana dia juga Amalia sedang bertengkar hebat karena masalah Ammar, berulang kali Alan meyakinkan pujaan hatinya jika hanya dirinya lah yang terbaik bagi Amalia hingga akhirnya Amalia luluh juga. Ketika Alan terbangun, dia merasa sedih karena semua hanyalah mimpi semata, mimpi yang kebanyakan orang mengatakan hanyalah bunga tidur namun kenapa di dalam mimpi rasanya seperti kenyataan? Alan tidak menampik jika dirinya menginginkan mimpi itu menjadi kenyataan, bertahun-tahun menyimpan rasa dengan wanita yang sama itu tidaklah mudah. Bahkan ketika Amalia sudah resmi bercerai pun, Alan tak juga mampu meluluhkan hati Amalia, sungguh mengenaskan sekali nasib percintaannya. Hingga terbesit dalam pikirannya untuk menyudahi perasaan ini terhadap Amalia setelah itu ia akan membuka hati untuk wanita lain, tapi akankah itu semua berhasil? Ketika sedang melamun, Amalia menelpon, sebuah kebetulan yang tidak di sengaj