Karena rasa amarah Ino sudah tidak bisa dibendung lagi akhirnya dilayangkan pukulan keras di pipi kanan dan kiri Lukman. "Ini balasan karena sudah beraninya menggoda istri saya! Dasar pria tidak tau malu, sudah menggoda kini merusak rumah tangga anak saya juga! Apa mau kamu sebenarnya? Ada masalah dengan siapa kau sebenarnya?" cecar Ino geram, kedua tangannya mengepal erat. "Tidak ada yang menggoda karena kami memang sama saling nyaman," jawab Lukman terlalu jujur. Ina semakin panik dengan jawaban Lukman itu. "Jangan katakan hal yang aneh!" bentak Ina ketakutan. "Kita sudah ketahuan, untuk apa ditutupi lagi?" tanya Lukman pasrah. "Hentikan! Dasar bo-doh!" umpat Ina. "Jadi benar kamu ada hubungan dengan istriku?" tanya Ino mendekati Ammar lagi. Lukman mengangguk lemah, rasa emosi yang belum hilang kini bertambah berkali-kali lipat. Ino menghajar Lukman secara membabi buta, suara teriakan dari Ina agar berhenti
Sudah beberapa hari ini Ino seperti tidak ada semangat untuk menjalani hidup, rasanya ia masih tidak menyangka jika istrinya tega berbuat hal seperti ini, tak hanya itu juga, perselingkuhan yang dilakukan istrinya sangat membuat hatinya sakit. Kepercayaan yang sudah ia beri selama 37 tahun pernikahan kini sirna sudah karena dua kesalahan yang dilakukan istrinya. Berat? Sungguh memang berat harus menerima semua ini secara bersamaan, jika tidak memikirkan kesehatannya mungkin Ino sudah berada di rumah sakit. Beberapa hari ini Ino jarang sekali menyentuh makanan, mau terasa lezat seperti apapun hidangan yang di suguhkan tidak juga membuatnya selera. Nafsu makannya hilang seketika apalagi ingatan luka yang diberikan istrinya masih membekas selalu. Rasanya tidak mau lagi Ino menjenguk istrinya meskipun ada kerinduan yang dirasa. "Makan dulu, Pah, jangan begini terus nanti yang ada Papah malah sakit," tegur Ammar merasa tidak teg
"Maaf sebelumnya jika nanti kalian tersinggung tapi saya juga tidak bisa membiarkan ini terus menerus, kemarin-kemarin Ammar yang secara tiba-tiba mendekati Kenzo dan sekarang ini bertambah anda, Pak Ino, ada apa ini? Apa yang sedang kalian rencanakan?" tanya Heni to the poin. Ino sudah menduga jika nantinya Heni akan berpikiran seperti itu. Kini saatnya bagi Heni untuk tau semuanya. "Saya sudah menduga ini, pasti kamu akan kaget ketika tau aku ingin dekat dengan anak kamu, semua tidak ada niatan yang buruk, kami memang murni ingin lebih dekat dengan Kenzo, karena apa? Ini adalah fakta yang harus segera kamu ketahui, Heni, beberapa waktu lalu Ammar sudah berusaha keras untuk mengumpulkan semua bukti ini dan apa yang ia yakini ternyata benar adanya, anak kamu, Kenzo memang terbukti anak biologis dari Ammar, jadi otomatis Kenzo adalah cucuku," jawab Ino berusaha tenang. Heni kaget ketika tau fakta ini, lidahnya mendadak kelu dan susah
Hari ini Ammar ada meeting di luar kota, tepatnya di Puncak. Ketika tau tempat meeting berada di sana, mendadak Ammar langsung kepikiran dengan mantan istrinya-Amalia. Sudah lama sekali Ammar tidak mencari lagi dimana tempat tinggal Amalia sekarang, waktunya terlalu fokus untuk mencari bukti demi bukti Kenzo. Perjalanan yang cukup jauh membuat Ammar merasa jenuh, sesekali ia tertidur. ****Akhirnya kini mereka sudah tiba juga di kantor tempat dimana diadakannya meeting. Ammar disambut sangat baik oleh beberapa karyawan serta jajaran petingginya. Meeting dimulai dengan serius karena ini merupakan tander yang bernilai fantastis. Ketika di tengah presentasi, ada celah dimana orang itu harus diganti karena Ammar merasa bosan dengan cara menyampaikannya. Mereka kebingungan harus menggunakan siapa lalu ada salah satu teman yang mengusulkan Amalia, baginya Amalia pribadi yang ceria, ringan tangan, suka
"Aku tau kamu sedang ada masalah, aku juga tidak bisa memaksa kamu untuk berbicara karena kamu mungkin tidak terbiasa curhat dengan sembarang orang, semoga masalah kamu segera selesai ya, coba pakai ini biar tidak begitu kentara jika habis menangis," usul orang itu memberikan kaca mata fashion. "Kamu nanti gimana?" tanya Amalia sungkan. "Pakai aja dulu kamu bisa mengembalikannya besok, datang saja ke ruang accounting, bilang mau bertemu Maya," jawab orang itu sangat baik hati. Amalia lalu menganggukkan kepala tanda setuju, setelah itu dia keluar kamar mandi. "Akhirnya kamu keluar juga, menangis kan? Jangan terlihat kuat jika aslinya lemah," tegur Ammar mengagetkan Amalia. "Aku tunggu kamu di kafe seberang kantor setelah pulang kerja, jangan menghindar atau akan aku kejar kamu sampai ke ujung dunia," ucap Ammar berbisik di telinga Amalia setelah itu melangkah pergi. Amalia diam membisu sambil terus menatap pun
"Kamu lihat sekarang, mau seketat apapun orang itu menyembunyikan kamu tapi tetap saja tidak bisa melawan takdir, siapa yang bisa melawannya?? Kita kembali dipertemukan karena takdir, karena doaku yang selalu meminta bertemu denganmu kembali," ucap Ammar menggebu-gebu. "Jika hanya itu saja yang ingin kamu bahas sampai harus membooking seluruh kafe, rasanya terlalu berlebihan, Ammar, kalau begitu aku anggap semua sudah selesai jadi aku permisi pulang dulu, masih ada yang ingin aku lakukan," pamit Amalia yang ditahan oleh Ammar. Dari belakang Ammar memeluk Amalia erat sekali, wajahnya ia benamkan pada pundak Amalia barulah setelah itu Ammar berkata, "Aku tidak bisa hidup tanpa kamu, semakin lama hal ini membuatku gi-la, maka dari itu menikahlah denganku, kita akan memulai semuanya dari awal dengan jauh lebih baik," ucap Ammar membuat Amalia terkejut. Mendengar permintaan Ammar untuk menikah kembali membuat Amalia tidak bisa berkata apa-apa, tak
"Jadi karena Ammar? Setelah itu apa yang terjadi?" tanya Alan berusaha tidak terlihat cemburu dan marah. "Dia meminta untuk bertemu di kafe seberang setelah pulang kerja, ternyata Ammar sudah membooking full kafe makanya tamu yang hadir hanya kami berdua, setelah itu kami berbincang, Ammar menyampaikan penyesalannya dan curiga ada seseorang yang sengaja menyembunyikan aku karena Ammar kesulitan mencari ku, tidak hanya itu saja, sebelum aku memutuskan pulang, Ammar menahan ku hanya untuk mengatakan jika dia ingin kembali menikah denganku, tentu saja aku menolak karena tidak semudah itu," ucap Amalia sambil terisak. "Apa? Menikah lagi?? Ammar mengatakan itu??" pekik Alan kaget, suara yang tadinya lembut pun kini sedikit teriak, menandakan bahwa dirinya memang sungguh terkejut. Tak ada jawaban dari Amalia selain anggukkan kepala. Itu saja sudah cukup bagi Alan untuk menjelaskan semuanya. "Ammar! Rupanya mau mencuri start denga
"Kenzo demam, bisakah kamu kesini?" tanya Heni melalui chat. Ammar yang baru saja bangun tidur bergegas bersiap untuk menemui Kenzo, sengaja dia tidak membalas pesan Heni karena nantinya akan membutuhkan waktu lebih lama lagi, padahal di sana Heni sedang menanti balasan Ammar. Sekarang Heni malah merasa jika Ammar menjauhi dirinya, pesan yang dia kirim hanya dibaca saja tanpa ada niatan membalas. "Apa kemarin aku sudah keterlaluan?" gumam Heni sedih. Sebenarnya apa yang dilakukan Heni bukan tindakan yang keterlaluan karena apa yang dirasakan Heni dulunya jauh lebih pedih ketimbang apa yang ia ucapkan pada Ammar dan Ino. "Sudahlah, untuk apa menunggu Ammar lagi? Mungkin dia sedang mengejar mantan istrinya, sadar diri Heni, jangan berharap kepada sesuatu yang tidak pasti," gumam Heni memilih fokus mengurus Kenzo yang panasnya semakin tinggi. ****Mendengar suara mobil Ammar membuat Heni bergegas k