MENANTU AMBURADUL Bab 47Rasanya cepat sekali sudah pagi, setelah hampir semalaman aku begadang karena tidak bisa tidur. Aku membangunkan Mas Yusuf untuk siap-siap berangkat bekerja, karena waktu sudah menunjukkan pukul 06.15 menit. Daffa sudah selesai ku mandikan dan ku suapi. Aku juga sudah mandi, hari ini tidak ada jadwal mencuci baju karena pakaian kotor kami baru sedikit. Ibu terlihat mondar-mandir sejak tadi. Sepertinya sedang menunggu anak lelakinya bangun. Mungkin sudah disediakan makanan spesial untuk sarapannya? Rupanya kini diriku sudah mulai terbiasa, melihat pemandangan mertua yang setiap hari menyiapkan makanan dan melayani suamiku makan. Mungkin inu cara Allah untuk lebih meringankan tugasku saat ini, meski bentuk cibiran juga sering ku dengar sekarang. Aku dan Daffa keluar rumah untuk berjemur sinar matahari. Sekalian sambil jalan-jalan pagi dan bertatap muka dengan para tetangga yang sedang jogging atau menjemur bayinya. Sekaligus menghilangkan suntuk karena setiap
MENANTU AMBURADUL Bab 48Aku membuka sedikit bagian pintu depan, tidak begitu lebar sih, karena ini masih pagi banget. Niatnya agar udara pagi yang fresh bisa masuk ke dalam rumah, menggantikan segerombolan hawa di dalam tiap sudut ruang di rumah ini yang sudah beradu selama semalaman. Langit masih terlihat agak gelap. Embun pun berlomba menampakkan diri. Suara langkah kaki orang sekitar komplek yang lalu-lalang pulang setelah salat berjamaah subuh di Mushola terdengar samar. Di perumahan ini memang ada satu Mushola yang lumayan dekat dengan rumahku. Tempat di mana Mas Yusuf setiap kali ada waktu luang di rumaj, menyempatkan diri untuk pergi berjamaah ke sana. Kini aku juga sedang menunggu sang pujaan hati yang belum kunjung pulang dari tempat ibadah tersebut. Tak begitu lama, akhirnya nongol juga batang hidung Mas Yusuf di hadapanku. “Mas,” “Iya, De’, ngapain kamu nunggu di sini?” ucapnya penasaran.“Nungguin Mas, lah.”“Tumben. Ayo masuk kamar, di sini dingin!” ajak Mas Yusuf.
MENANTU AMBURADUL Bab 49Temanku Dinda dan Sinta mampir ke rumah. Kebetulan mereka ada acara di dekat kediamanku dan keduanya mampir katanya rindu denganku. Alia tidak bisa ikut karena hari ini dia sedang ada acara 3 bulanan di rumahnya. Harusnya kami datang ke tempat Alia? Bukan malah berkumpul di rumahku. “Sudah lama ya, kita enggak ke rumah kamu, Nis.” Dinda mulai mengawali obrolan.“Hehehe iya nih. Kalian sok sibuk sih, temennya dilupain,” sindirku. “Bukannya lupa, tapi kami susah cari waktu libur yang bareng soalnya, kadang jadwal kita bertolak-belakang. Jadinya ya, begitu deh,” ungkap Sinta. Padahal sebenarnya aku sudah paham kalau itu masalahnya. Cuma ingin memperjelas saja. Hehehe. “Iya... iya, percaya.” “Eh Nis, emak mertua kamu tinggal di sini?” tanya Sinta penasaran. “Soalnya tadi yang bukain pintu sepertinya bukan Mama, tapi emak mertua lu?” Dinda nimbrung. “Iyaaaa... tinggal di sini beliau. Sudah lumayan lama sih?” jawabku. “Idiiihh seram amat tinggal sama mertua?
MENANTU AMBURADUL Bab 50Hari ini jadwal kontrol Rina ke rumah sakit tempat dia pernah dirawat. Mia kebetulan baru beberapa hari masuk kerja, jadi tidak bisa izin untuk menemani anaknya pergi ke dokter. Akupun tak mungkin bisa membawanya dan meninggalkan Daffa sendirian selama berjam-jam, tahu sendiri bukan kalau jadwal dokter bisa maju mundur. Bisa lebih awal dan bisa juga molor panjang. Mama sedang tidak enak badan soalnya, tak mungkin aku menitipkan Daffa di sana. Dititipkan Ibu juga tidak mungkin, Ibu saja kurang dekat dengan Daffa. Ngemong anakku saja jarang banget, kecuali pas ada Mas Yusuf, jiwa aktingnya langsung menggebu. Saat kami hanya bertiga saja di rumah dengan Daffa, boro-boro mau ajak main bareng, ngelirik saja enggak. Justru ibu mertua sibuk di dunia sendiri lebih tepatnya. “Jadi siapa yang bawa periksa si Rina hari ini, Nis?” tanya Ibu saat Aku sedang membuatkan makanan Daffa pagi ini. “Raihan paling, Bu. Nisa juga enggak begitu paham.” “Ibu juga lagi pusing seka
MENANTU AMBURADUL Bab 51Sudah pukul 23.30 bukannya istirahat lalu tidur, malam ini pikiranku malah bercabang kemana-mana. Memikirkan Mama yang sedang sakit, juga memikirkan adik ipar dan Ibu mertua. Seharusnya bukan Aku, tapi Mas Yusuf atau Mas Rama yang harusnya mengetahui ini semua. Mas Yusuf sudah terlelap sejak tadi, mungkin dia kelelahan setelah seharian tadi bekerja. Daffa juga tidur nyenyak sekali. Sesekali terbangun hanya untuk meminta minum. Aku masih sibuk menyentuh layar handphone, kuletakkan lagi, kuambil lagi. Begitu saja terus selama berjam-jam. Kepalaku pusing sekali, rasanya letih dan ingin tidur, tapi mata masih enggan untuk terpejam. Begini rasanya jika mata dan tubuh tidak sinkron. Ibaratnya kayak anak remaja yang sedang mulai jatuh cinta. Setiap malam terngiang-ngiang wajah sang pujaan hati sampai tak bisa tidur. Ini Aku malah terngiang-ngiang wajah salah satu emak-emak yang judes dan ngeselin. Apakah mungkin benar, antara benci dan cinta itu tidak ada bedanya?
MENANTU AMBURADUL Bab 52(Non, kata Mama, Non Nisa tidak usah datang saja hari ini, soalnya ada papa di rumah, juga kondisi mama sudah agak mendingan)(Oh Baik kalau begitu Mbak. Saya tidak ke sana hari ini) (Iya Non. Itu pesan Mama)Pagi ini Mbak dira, seorang assisten rumah tangga baru Mama memberitahu bahwa kondisi kesehata. Mama sudah berangsur membaik. Jadi kupikir benar katanya bahwa diriku tidak perlu datang ke sana sekarang. Kebetulan sekali cucianku sedang lumayan banyak hari ini, karena sudah dua hari ini Aku tidak mencuci. Belum lagi setrikaan yang menggunung, pokoknya banyak yang harus ku kerjakan di rumah ini. Ku coba selesaikan semua pekerjaan rumah sebelum Mas Yusuf dan Daffa bangun, karena jika dua bayiku itu terbangun yaitu bayi besar dan kecil, maka pekerjaan rumah ini jelas bakalan terbengkalai. Belum lagi permintaan ini dan itu dari Mas Yusuf, suka panggil panggil emaknya terus setiap kali suruh bergantian jaga Daffa. Yang rewel, yang apa? Jadi lebih baik untuk
MENANTU AMBURADUL Bab 53Baru kali ini ada cerita anak dan cucu main ke rumah orang tua malah diusir di suruh pulang lagi ke rumah hanya karena sedang pergi bersenang-senang. Memangnya kedatangan kami ini bukan merupakan sebuah kebahagiaan bagi beliau? Heran Aku sampe pengen menjeburkan diri ke kolam ikan. Entah apakah Aku hidup kurang lama di dunia ini sehingga belum pernah tahu tentang kisah yang seperti ini? Ataukah ini karma dari kehidupanku yang sebelumnya, seperti dongeng kisah film Lee Min Hoo yang berjudul The Legend Of Blue Sea? Hahahha pikiran konyol apalagi ini yang memenuhi benakku?Sungguh amburadul keluarga Mas Yusuf ini, memang. Enggak emaknya, enggak anaknya, bahkan menantunya juga sudah terkontaminasi kadar amburadulnya.Aku, Mas Yusuf, Mbak Rini dan Mas Rama akhirnya pamit pulang kepada Bu Rohmah. Mungkin kali ini ada niatan pindah KK menjadi bagian dari keluarga Bu Rohmah di hati Mas Rama dan Mas Yusuf. Karena datang dan pergi malah berpamitan dengan tetangga kami
MENANTU AMBURADULBab 54“Mbak Rini tadi tumpahin kopi di baju Raihan?” tanya Mia serius. “Iya, enggak sengaja Mia, sama si Nisa juga, Maaf ya,” jawab Mbak Rini ngeles. "Kasihan loh Mas Raihan Mbak, jadi ganti kostum kan gara-gara kalian kurang berhati-hati!" protes Mia. Sebenarnya kamu sendiri itu yang kurang berhati-hai menjaga suamimu dari kelakuan mesuumnya di sini, Mia. Bukan kami yang salah. Aku ngebatin. “Kamu itu ngerusak acara saja sih Rini. Bisa nggak kalau kalian berdua ini enggak jahil sama adiknya? Kalau iri bilang aja? Mau bikin kacau acara ultah yang megah ini, kan?” Ibu tiba-tiba maen nyerobot percakapan kami saja. "Apa? Iri dengan acara model begini? Ya Ampun Ibu, cuman begini doang aja dibangga-banggain?" Gerutuku. “Siapa sih yang iri dengki, Bu? Ngaco saja,” sahut Mbak Rini sewot. “Kalianlah. Pasti iri makanya cari gara-gara!” Ibu balas lagi dengan rasa percaya dirinya “Ya sudah, sudah ku keringkan juga baju Mas Raihan. Tidak masalah.” jelas Mia. Andai saja