MENANTU AMBURADUL 93 Hanya ada dua pilihan dalam hidupmu. Kamu akan terus menengok ke belakang dengan bayangan masa lalu yang terus menghantuimu? Atau menatap ke depan dan fokus dengan hidupmu di masa depan. Hidupmu hanya dirimu sendiri yang bisa mengendalikan, mau ke arah mana hanya kamu yang bisa menentukan. ___________“Selamat Pagi Annisa,” sapa Daffian yang kebetulan sedang jogging sendirian tanpa ditemani istri. Aku sengaja menunggunya lewat karena ingin membahas apa yang dia bahas bersama suamiku kemaren. “Pagi. Eh fian, Aku ingin ngobrolin sesuatu sama kamu.” “Iya, ngomong aja.” jawabnya antusias. “Kamu ngomong apa saja sama suamiku?”“Aku? Ngomong apa, ya?” tanyanya balik basa-basi. “Tentang tujuan kamu membeli rumah di sini, berdekatan dengan jarak rumahku.” “Ooh, tentang itu. Jadi suamimu cerita sama kamu?”“Iya. Langsung saja deh, to the point. Maksud kamu apa bilang hal-hal kayak gitu? Bukankah sudah cukup kita memiliki pasangan masing-masing?” “Aku pernah menyes
MENANTU AMBURADUL 94Kulihat pagi Ini, rumah Daffian tampak sepi. Sepertinya banyak mobil barang terparkir di depan rumahnya. Apakah dia akan pindahan hari ini juga? Atau kenapa? Entahlah. Aku coba menanyakan hal ini kepada bapak tukang bersih-bersih. Ternyata benar dugaanku, bahwa Daffian beserta istri akan segera pindah dari komplek ini.Mereka akan menjual rumah yang baru dibelinya tersebut. Katanya hari ini juga mereka akan pergi dari sini. Ini melegakan sekali bagiku. Juga bagi Mas Yusuf mungkin jika nanti dia tahu. “Maafkan Aku ya, Fian, mungkin Aku yang menjadi salah satu sebab kamu memutuskan untuk pindah.” batinku dalam hati. Mungkin jika Mama mengetahui keberadaan Daffian di sekitar sini, Mama adalah orang yang paling mengkhawatirkan masalah ini, karena Mama tahu betul bagaimana dulu Aku sangat menyayangi lelaki ini. Tapi kini semua sudah berbeda, Aku bukanlah lagi Annisa yang dahulu. Aku memiliki suami juga anak yang sangat kucintai. Jadi salah besar jika Daffian baru s
MENANTU AMBURADUL 95Aku memberitahu Mia tentang rencana tamu Ibu yang akan datang nanti malam. Mia menyanggupi untuk menemui tamunya tersebut. Aku menyuruhnya mempersiapkan pakaian yang nanti malam akan dikenakan. Juga sehelai jilbab yang akan dia pakai dengan warna senada. Aku sudah mengajarinya memakai jilbab, tapi Mia belum begitu percaya diri jika harus memakai sendiri. Itu artinyaa adalah, Aku harus memakaikannya nanti. “Jangan permalukan keluargamu nanti malam Mia, katakan apa saja seperlunya jika ditanya. Jangan bersikap memalukan.” “Baik Mbak. Tapi?”“Tapi kenapa?”“Mia belum siap, apalagi dengan kondisi Raihan sekarang yang sedang terluka Mbak.”“Apa hubungannya kebahagiaanmu dengan penderitaan Raihan? Apa dia peduli saat kamu terluka karena kebahagiaan semunya bersama wanita lain? Pikir dong Mia. Jangan terus jadi wanita yang merugi.” kataku geram. Bisa-bisanya Mia masih memikirkan lelaki pembuat onar itu. Aku jadi emosi dibuatnya. Tidak ada hak sedikitpun bagi lelaki ma
MENANTU AMBURADUL 96Aku dan Mimi membereskan ruang tamu bersama. Mia ikut membereskan bersama kami, sudah seharusnya dia ikut juga membantu, karena ini adalah acara Mia. Sepertinya Mia sudah mulai lupa dengan lelaki yang bernama Raihan. Kini sudah mulai tumbuh benih cinta di dalam hatinya untuk Ilyas, lelaki yang baru saja Ia temui. Terlihat dari ekspresi sumringahnya saat kami mulai menggoda dirinya. “Cieee, yang bentar lagi married.” “Ah Mbak Nisa bisa aja.”“Ciee Mbak Mia, bentar lagi punya temen hidup.” ledek Mimi. “Mimi apaan sih. Jadi ikut-ikutan Mbak Nisa.” jawab Mia malu-malu kucing. "Masih gemetaran nggak Mia, setelah bertemu dengan sang pujaan?""Kalau sekarang sudah lega Mbak, enggak kayak tadi.""Lega banget dong, apalagi doinya ganteng.""Iiih Mbak Nisa, tau ajah. Hahahaha." jawab Mia tanpa malu. "Tau dong, muka kamu itu loh nggak bisa bohong Mia.""Jadi, Mas Raihan kalah jauh dong Mbak?" sahut si Mimi."Jauh bangetlah Mi,""Syukurlah kalau gitu Mia, jadi jangan
MENANTU AMBURADUL 97Mama datang ke rumahku minta diantarkan Papa sebelum berangkat kerja. Sudah lama sekali Mama tidak berkunjung ke rumah. Aku sedang berjemur matahari dengan Daffa di depan rumah. “Hai Pa, hati-hati di jalan ya. Terimakasih tebengannya buat Mama.” “Hehehe sama-sama Nisa.”Aku juga tak lupa menyampaikan rasa terimakasih Mas Rama untuk Papa, atas bantuan Papa mencarikan pekerjaan. Papa bilang memang sudah selayaknya keluarga itu saling membantu. toh, Rama orangnya cekatan, makin menambah citra baik Papa di depan atasan, katanya. Papa pamit berangkat kerja kepada kami bertiga.“Tante, apa kabar?” tanya seseorang dari arah belakang kami berdiri. “Loh, Daffian? Kamu ngapain di sini?” tanya Mama bingung kenapa ada Daffian. Sudah lama sekali mereka tidak bertemu. “Oh iya Tan, itu rumah Daffa kebetulan sebelahan sama Nisa.”Mata Mama setengah melotot ke arahku. Aku tau Mama bakalan marah jika mengetahui hal ini. “Jadi, kamu baru pindahan ke sini?”“Iya Tan,” jawab Daff
MENANTU AMBURADUL 98“Hai Mbak, kakaknya Mbak Mia ya?” tanya salah seorang ibu-ibu.“Saya iparnya Bu, Ibu keluarga Mas Ilyas?” tanyaku balik. “Iya. Saya Ibunya Ilyas.” “Oh, hehehe salam kenal ya Bu, saya Annisa, istri dari Yusuf kakaknya Mia.” Aku menyodorkan tangan kepada Ibunda dari Ilyas. Disambutlah dengan sopan oleh Ibu Ilyas. “Oh Iya Mbak, saya Bu Anita.” “Oh Iya Bu, sudah ketemu sama Ibu mertua saya?”“Sudah tadi, tapi sepertinya beliau sedang kurang fokus. Saya ajak ngobrol kurang nyambung. Hehehehe.” “Oh gitu. Heheheh mungkin masih sungkan ya Bu. Mohon dimaklumi.” “Iya nggak papa. Pas kemarenan acara pertemuan keluarga di rumah beliau, saya tidak ikut karena kebetulan sedang kurang enak badan. Beliau sepertinya tersinggung ya, Mbak.”“Oh sepertinya tidak kok, Bu, tenang saja. Hehehe.” jawabku santai tapi kesel juga sama Ibu mertua. Kenapa mengacuhkan orang sepenting bu Anita. “Saya kira beliau kurang berkenan sehingga tadi saya ajakin ngobrol kayaknya kurang menangga
MENANTU AMBURADUL 99Pagi ini hujan mengguyur bumi begitu lebat. Hawa dingin sudah sejak subuh tadi merasuk ke dalam tulang. Padahal semalam juga gerimis, tapi tak lama langit kembali terang. Kumatikan AC di kamar, meski tahu nanti bakalan kena protes kedua jagoanku. Tapi Aku lebih kasihan si Daffa kalau dia kedinginan. Jika ketahuan kupakaikan selimut saja pasti dia marah. Anak ini benar-benar anti selimut, meski dinginnya Ac sudah membekukan tubuh emaknya. Hahahaha. Meski malas bukan main untuk bangun dari kasur, Aku mencoba memaksakan diri untuk segera beranjak. Badanku sebenarnya masih sangat lelah, tapi anak dan suamiku butuh makan. Jika Aku masih tidur bersama mereka di kasur empuk ini, pastilah nanti kita akan kelaparan bersamaan. Kubuatkan sarapan yang Daffa juga bisa ikut makan. Roti bakar dengan selai kesukaan masing-masing. Mas Yusuf lebih suka selai strowbery, Daffa suka selai cokelat, dan Aku paling suka selai keju. Dengan perbedaan selera seperti inilah yang membuatku
MENANTU AMBURADUL 100Hari ini adalah hari paling bersejarah bagi Mia dan juga Ilyas. Hari bahagia yang ditunggu-tunggu oleh mereka berdua juga oleh kami sebagai keluarga. Selama hampir satu bulan penantian mereka akhirnya bisa terealisasi sekarang. Sejak pukul 06.30 Wib, hampir seluruh keluarga besar kami juga Ilyas sudah berkumpul dalam sebuah ruang yang penuh dekorasi bunga-bunga yang indah ini untuk menyaksikan sebuah acara sakral kedua mempelai. Meski ada beberapa orang juga yang datang belakangan. Acara yang keluarga Ilyas bilang sederhana ini adalah acara yang mewah bagiku. Meski tidak di gelar di sebuah gedung, di rumah megah ini saja, kemegahannya sungguh nyata terpancar. Sungguh Allah Maha dari segala Maha. Kemarenan ujian bertubi-tubi dilimpahkan kepada Mia, kini setelah Mia memutuskan untuk memperbaiki dirinya, ia malah dijanjikan sebuah kebahagiaan yang tidak pernah terduga sebelumnya dan dari mana asalnya. Congratulation Mia dan Ilyas, semoga diberikan kelancaran aca