Bilqis seketika mematung saat mendengar suara pria yang selama ini, selalu mengisi hatinya. Ia menatap Zay yang terlihat sangat kurus tengah menatapnya dengan tatapan bahagia. Sedangkan Fatih dan Alia hanya menatap mereka dengan tatapan bingung. "K-kamu beneran, Bilqis?" Tanya Zay yang langsung berdiri dan menghampiri Bilqis. Gadis itu hanya diam, karena lidahnya sangat kelu saat ingin membalas pertanyaan Zay dengan jawab tidak. Zay memeluk tubuh Bilqis dan membuat gadis tersebut hanya bisa diam, karena jujur ia merindukan pelukan dari, Zay. "Aku rindu," lirih Zay. Bilqis masih tetap bungkam berada di pelukan, Zay. Dareen yang melihatnya masih terkejut, takdir memang selalu membuat semua orang tercengang. Semalam dia bertemu wanita yang ia cintai, saat dalam keadaan sakit. Sekarang sang Kakak juga kembali bertemu dengan Bilqis gadis pujaan hati yang selalu Zay cari. "Hatiku hancur banget saat pisah sama kamu. Maafin aku yang menyetujui permintaan kedua orang tuaku. Jujur sebenarny
Dareen dan Nafeesa masuk ke dalam rumah, mereka berjalan kearah kamar Nathan. Ceklek! Pintu kamar terbuka, terlihat Nathan tengah tertidur sambil memeluk boneka doraemon miliknya. Dareen mendekati anaknya, kemudian mengusap surai lembut milik, Nathan. "Dia mirip sekali denganmu 'kan..." ujar Nafeesa. Dareen tersenyum dan mengangguk dengan semangat. Nafeesa naik ke atas ranjang, kemudian membenarkan selimut anaknya. Dareen menatap wanitanya dengan mata yang berbinar-binar. "Aku kira, kita tidak akan bertemu lagi. Karena semua suruhanku tidak pernah menemukanmu. Wanita ku ini terlalu pintar bersembunyi," sahut Dareen mengusap surai panjang Nafeesa. Wanita itu hanya membalas dengan senyuman, kemudian mengambil ponsel-nya. Sedangkan Dareen terus saja menatap wajah anaknya yang begitu mirip dengan dirinya. Ia mengambil foto anaknya yang tengah tertidur sambil memeluk boneka doraemon. "Sayang, aku ingin kita menikah. Apa kamu setuju?" Tanya Dareen. Tubuh Nafeesa membeku mendengar per
Bilqis dan Nafeesa sudah berada di dalam mobil. Mereka tengah mengecek berkas yang akan di ajukan saat meeting nanti. Kedua wanita dewasa itu gugup, karena mereka akan bertemu dengan Zay dan Dareen pemilik perusahaan tempat mereka akan mengajukan berkas kerja sama. "Kenapa gue harus ikut sih? Lo kan bisa sendiri," tanya Nafeesa. "Temenin gue lah bego, mana berani gue sendirian. Gugup cuy, apalagi ketemu mantan terindah..." balas Bilqis. "Huh! Dasar," sambung Nafeesa. "Pasti nanti ada si tua bangka. Hadeh, siap-siap 'kan tenaga berdebat dengan mereka..." sahut Bilqis. "Udah bawa santai aja, jadi kita bakal ngajuin dua kerja sama nih?" Tanya Nafeesa. "Yoi, satu berkas udah di tangan mereka. Nah, berkas yang gue pegang nanti bakal gue kasih ke Zay atau Dareen. Mereka 'kan, sama aja loh sama-sama menjabat sebagai Direktur..." jelas Zay. Nafeesa menganggukkan kepalanya dan merapikan pakaiannya yang terlihat kusut. Sedangkan Bilqis tengah memperbaiki riasan wajahnya. Kedua wanita dewa
Setelah menabrak pria tua, Nathan langsung membersihkan baju pria tua itu. Ia membersihkan dengan menggunakan tisu basah, agar bersih. Pria tua itu terus saja mengukir senyum di bibirnya. "Kamu tampan," ujar pria tua tersebut. Nathan hanya diam dan fokus membersihkan baju kemeja yang dikenakan, pria tua tersebut. Tiba-tiba ada seorang wanita tua menghampiri mereka bedua. "Daddy, kenapa lama sekali?" Tanya wanita tua yang berstatus istrinya. "Maaf Sukma, tadi anak tampan ini tidak sengaja menabrak ku. Katanya dia akan membersihkan bajuku yang terkena es krim..." balas pria tua itu. Nyonya Sukma, nenek dari Dareen dan Zay langsung menatap Nathan dengan tatapan berbinar. Ia berjongkok mensejajarkan dirinya dengan tinggi, Nathan. "Apa-apaan kamu Teguh, bajumu bisa saja dicuci. Sayang, biarkan saja baju orang tua ini kotor. Toh, nanti bisa dicuci saat tiba di rumah." ujar Nyonya Sukma. Nathan hanya diam dan tetap membersihkan baju, Tuan Teguh. Nyonya Sukma menatap suaminya dan mencub
Alia tidur di pelukkan Dareen, sedangkan Zay memilih untuk keluar kamar adiknya. Ia berjalan ke arah dapur, untuk mengambil minuman karena ia haus. Terlihat di ruang tamu sudah ada Mira dan suaminya, tak lupa wanita cabe yaitu Nana sudah duduk di samping Nyonya Riska dengan penampilannya, bisa dibilang mirip jalang. "Zay! Kesini." teriak Nyonya Riska. Zay menghela napasnya dengan kasar dan berjalan ke arah ruang tamu. Ingin menghindari, malah di panggil oleh Nyonya Riska. Zay kesal, bersiaplah agar kupingnya tidak panas dan semoga Tuhan memberikan ia kesabaran yang banyak. "Iya, Ma." balas Zay. "Kenapa kedua gadis itu bisa bekerja sama di perusahaan kita? Dan kenapa mereka bisa menanam saham di perusahan, Winarta?" Tanya Nyonya Riska. "Zay gak tau, Ma. Zay aja baru tau waktu pertemuan, tanya aja langsung sama mereka.." balas Zay sambil memasang wajah memelas. "Tidak akan, Mama tidak sudi berbicara dengan mereka berdua. Mama bisa simpulkan, selama mereka pergi dari kehidupan kalia
Dareen menggendong Nathan dan membawa anak laki-laki itu keluar dari toko baju. Nafeesa menggandeng tangan Alia dan Bilqis mengikuti Dareen yang sudah berada di luar cafe. Nyonya Riska mengepal tangannya dan menyusul Nana yang sudah keluar dari mall. "Biar aku aja yang menggendong, Nathan." ucap Nafeesa. "Gak, biar Mas saja. Dia berat sekali loh ini," jawab Dareen. Alia menatap Nafeesa dan tersenyum ke arah Nafeesa. "Tante makan yuk, Alia lapel." ujar Alia. Nafeesa mengelus pipi Alia dengan hangat, "Tante harus pulang sayang, adik tante lagi nungguin di rumah..." balas Nafeesa. "Yah, padahal Alia mau makan baleng si ganteng..." sambungnya sambil cemberut. Nathan meminta untuk turun dari gendongan, Dareen. Ia mendekati Nafeesa sambil memegang tangan sang ibu. "Nathan lapar, Bunda. Ayo makan, bibi Bilqis juga ikut, semuanya aja ikut..." ucap Nathan. Nafeesa menatap Bilqis, dan yang ditatap menganggukkan kepalanya. "Yaudah ayo." keputusan Nafeesa. Dareen tersenyum bahagia, ia meng
Malam hari, pukul 18.05 WIB. Bilqis tengah berada di dalam kamar, sambil memilih baju yang akan dikenakannya saat bertemu dengan pria yang ia cintai. Sesuai pesan yang ia kirim ke Zay. Pria itu langsung membalas pesan tersebut dan mengajak Bilqis makan malam pada malam ini. Bilqis menatap bajunya dan kebingungan memilih baju, agar malam ini ia terlihat cantik di mata, Zay. "Dih, gak ada yang bagus bajunya. Ngeselin banget sih," gerutu Bilqis yang mendegus kesal. Tok Tok Suara ketukan pintu membuat Bilqis langsung membuka pintu kamar miliknya. Terlihat Nafeesa tengah berdiri di depan pintu sambil memegang dress berwarna dongker. Nafeesa masuk ke dalam kamar, dan meletakkan baju tersebut di atas kasur. "Pakai baju ini aja, tadi gue pesan khusus buat lo yang bakal jadi pacar orang..." ujar Nafeesa sambil terkekeh pelan. Bilqis menatap sahabatnya dan langsung memeluk Nafeesa dengan erat. "Makasih banget, bajunya bagus njir. Lo emang malaikat penyelamat gue," balas Bilqis. Nafeesa h
Pagi ini Fatih berangkat ke Semarang seorang diri. Ia berpamitan pada Nafeesa, Bilqis dan Nathan. "Hati-hati di jalan, kalau udah sampai jangan lupa kasih kabar. Jaga kesehatan selama di Semarang. Jangan sampai sakit, soalnya Kakak nggak ada di samping kamu," ujar Nafeesa. "Pasti, Kak. Fatih akan berhati-hati di jalan dan akan menjaga kesehatan. Kakak tenang saja dan tidak perlu khawatir. Fatih bisa menjaga diri." balas Fatih sambil memeluk erat kakaknya. Nafeesa mengusap lembut punggung adiknya. Entah kenapa, sedari dulu dia akan merasa sedih jika berjauhan dengan adiknya. Nafeesa sudah menganggap adiknya ini sebagai anaknya sendiri, karena di sudah membesar dan merawat Fatih dengan sangat baik. Pelukan mereka terlepas dan Fatih langsung memeluk sahabat dari kakaknya. "Selamat udah balikan lagi, jangan lupa traktir nya. Happy selalu, jangan sedih-sedih lagi..." Ujar Fatih. "Geblek ni anak, udah gue traktir semalam bego. Gue gak bakal sedih lagi, Lo tenang aja. Hati-hati selama di
Nafeesa tengah memasak di dapur dalam keadaan hamil 9 bulan. Sudah 3 tahun mereka menjalani hubungan rumah tangga. Sepasang suami istri tersebut, juga sudah dikaruniai dua orang anak laki-laki yang tampan dan akan mendapatkan satu anak perempuan lagi. Namun, yang satu masih berada dalam kandungan. "Ayah, Nathan, Naufal, makan dulu nanti lanjut mainnya," ucap Nafeesa saat menata makanan di meja makan. Nathan sudah berumur 8 tahun, anak laki-laki itu sudah banyak perkembangan. Ia sudah seperti anak seusianya, tanpa canggung bisa menyesuaikan diri dilingkungan barunya. Naufal Lucy Dwi Winarta anak kedua dari Dareen dan Nafeesa, dua hari yang lalu bayi laki-laki ini sudah berumur 3 tahun. Kedua anak laki-lakinya sangat mirip dengan Dareen. Membuat Nafeesa jadi iri, kenapa anaknya tidak ada yang mirip dengannya. Ketiga orang itu berjalan ke arah dapur, dan duduk di kursi. Nafeesa mengambil makanan untuk Dareen-suaminya dan Nathan-putra pertamanya. "Makan yang banyak ya, Naufal sini sayan
Satu bulan kemudian, Setelah semua masalah selesai, Dareen dan Nafeesa sangat terlihat bahagia bersama. Sepasang kekasih ini tengah duduk di sebuah cafe, sambil menatap anak mereka yang tengah makan dengan lahap. "Pelan-pelan makannya, Sayang," balas Nafeesa. Nathan mengangguk dan langsung memakan makanan dengan pelan. Dareen yang melihat anaknya menurut hanya bisa tersenyum, dan mengusap lembut kepala anaknya. Nafeesa menyuapi Dareen makan, karena pria itu sejak bersama dengan Nafeesa semakin manja. "Enak loh Bunda," ujar Dareen dengan semangat. Nafeesa terkekeh, "aku seperti memiliki dua anak saja," balas Nafeesa. Dareen ikut terkekeh dan menggenggam tangan gadis itu dengan hangat. "Akhirnya kita bahagia ya, Nana juga sudah menyerah dan dia sudah sadar bahwa cinta itu tidak bisa dipaksakan," ujar Dareen. Nafeesa tersenyum dan mengangguk, "apa dia sudah berangkat ke London?" Tanya Nafeesa pada Dareen. "Dengar dari Papa sih udah, semalam dia berangkat. Semoga aja dia menemukan
"Kerja sama Alexander Group dan Winarta Group. Sudah batal, Dareen dan Zay bisa bekerja di Alexander Group. Kebetulan Fikri membutuhkan bantuan untuk mengurus dua perusahaan.." ujar Tuan Raksa. Mendengar ucapan kedua anaknya, Tuan Beni terkejut bukan main. "Baiklah Papa akan merestui kalian berdua, asal Dareen dan Zay tidak lepas dari tanggung jawab. Maafkan Papa yang sudah memaksakan kehendak Papa..." Keputusan Tuan Beni. "Pa, apa-apaan sih? Kenapa Papa batalkan pernikahan anak kita? Nanti kerja sama dengan perusahaan kedua orang tua Nana gimana?" Tanya Nyonya Riska yang sangat kesal. "Papa sudah membatalkannya tadi sebelum mereka datang kesini dan semua persiapkan sudah Papa batalkan. Ternyata Dareen sudah lebih dulu menelepon pihak yang bertanggung jawab atas persiapan pernikahan ini. Jadi, sebenarnya Papa suruh kedua orang tua Nana untuk datang, hanya ingin meminta maaf. Tapi kamu sudah berbicara lebih dulu, Ma," jelas Tuan Beni. Dareen dan Zay terkejut dengan ucapan ayah merek
Fatih masih membelalakkan kedua matanya karena kaget dengan ucapan, Dareen. Pria itu memukul pelan wajah Dareen dan menatap tajam kedua mata atasannya itu. "Gila lo bang! Gak ada pakai pergi-pergi segala! Selesai semuanya dengan kepala dingin. Sampai gue tau Abang ngelakuin hal-hal aneh, gue bacok burung lu bang," tegas Fatih. Dareen hanya diam dan menatap Fatih yang tengah mengoceh. Pria itu kembali menatap ke arah langit, dan mengembangkan senyumnya. "Om, gini banget nasib, Dareen. Om gimana di sana? Bahagia gak? Apa Om udah bersama anak Om dan wanita yang Om cinta? Dareen penasaran banget Om, kalau Om udah bersatu lagi dengan mereka. Dareen ucapkan selamat ya, Om," jeda Dareen."Om, Dareen udah punya anak. Dia sama kayak Om, terlahir dengan keistimewaannya. Wajahnya mirip banget sama Dareen, andai Om masih hidup, pasti Om bakal bahagia melihat anak Dareen. Dia anak yang pintar, selalu buat Dareen bangga. Om, Papa udah beda, dia gak sayang sama Dareen lagi. Berbeda sekali saat Om ma
Sudah hampir tiga Minggu Dareen di rumah sakit. Akhirnya hari ini, ia sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Nafeesa sedari awal selalu menemani Dareen, membuat perkembangan kesembuhan pria itu semakin pesat. Nafeesa tengah memasukkan beberapa baju yang di bawa oleh kedua orang tua, Dareen. "Nathan mana sayang?" Tanya Dareen. "Lagi sama Fatih, Kevin, Ucok dan Kak Fikri," balas Nafeesa yang baru saja selesai mengancing tas pakaian milik Dareen. "Udah siap? Yang lain pasti udah nunggu lama di depan. Yuk kita pulang," lanjut Nafeesa. Dareen mengangguk dan menggenggam tangan, Nafeesa. "Ayuk sayangnya aku," balas Dareen. Mereka berdua pun keluar dari ruang rawat dan berjalan keluar rumah sakit. Terlihat sudah banyak orang menunggu mereka di tempat parkir, terlihat keluarga Winarta dan keluarga Alexander berdiri di depan mobil mereka masing-masing. "Udah? Mau balik atau kemana dulu?" Tanya Tuan Teguh. "Langsung balik aja, Opa. Mas Dareen butuh banyak istirahat," sahut Nafeesa. Da
Sekarang semua orang sudah berkumpul di depan ruangan tempat Dareen dan Nathan melakukan tes DNA. Dareen dan Nathan tengah mengambil darah, untuk sempel tes DNA. Setelah selesai mereka keluar dengan bergandeng tangan. "Kapan hasilnya keluar?" Tanya Tuan Beni. "Nanti malam pukul 21.00 WIB," balas Dareen datar. "Ah, sangat tidak sabar sekali. Ingat kalau anak penyakitan ini bukan anak Dareen, kau pergi dari kehidupan anakku," ujar Nyonya Riska. Plak! "Mulutmu gak bisa di jaga ya? Kamu mau anak saya menjauh dari Dareen, oke akan saya turuti. Tapi apa anakmu akan baik-baik saja, jika berjauhan dengan anak perempuan saya? Apa kamu yakin dia akan bahagia berpisah dengan Nafeesa?" Tanya Nyonya Zanna yang sudah sangat kesal. "Tidak, Tante. Aku tidak ingin berpisah dari Nafeesa dan anakku. Aku yakin, Nathan benar-benar anakku dan Nafeesa. Jangan dengarkan ucapan Mama, karena mulutnya memang tidak bisa di rem. Jadi, jangan dimasukan ke dalam hati, Tante," jawab Dareen yang langsung menggen
Sudah dua puluh menit mereka berada di ruang VIP mawar. Saat keluarga Alexander akan berpamitan untuk pulang, Dareen membuka kedua matanya. "Nafeesa," panggil Dareen. Nafeesa yang mendengarnya langsung menghampiri, Dareen. Ia menatap wajah pria tampan tersebut dan tersenyum ke arahnya. "Iya? Kamu mau apa, Mas? Minum? Atau perut kamu laper lagi?" Tanya Nafeesa. Dareen tersenyum, "mau kamu," balas Dareen. Nafeesa mencubit pelan Dareen. "Kalau mau anak saya, nikahin dia, jangan ngomong aja," ujar Tuan Raksa dengan datar. Dareen menatap ke arah Tuan Raksa, dan ia langsung memposisikan diri untuk duduk. Tuan Raksa dan Tuan Beni membantu Dareen, untuk duduk. Nafeesa membenarkan baju Dareen yang tersingkap, kemudian merapikan rambut pria yang ia cintai itu. "Om kapan ke Indonesia? Bukannya lagi di luar Negeri ya? Terus maksud Om nikahin anak Om apa? Dareen normal ya, Om," jawab Dareen. "Lah jadi gak mau nikahin anak Om nih? Yaudah," lanjut Tuan Raksa. "Anak Om cowok, mana mungkin Dare
Di dalam ruang ICU. Nathan terus saja menatap ke arah ayahnya yang tengah terbaring lemah di brankar. Ia menggenggam tangan Dareen dengan erat. "Ayah, bangun ya. Nathan rindu sama Ayah. Nathan, udah banyak kemajuan loh yah. Jadi, saat Ayah bangun, Nathan tidak akan pernah mempermalukan Ayah, karena kekurangan Nathan. Apa Ayah nggak capek tidur terus? Nathan aja cuma tidur selama sejam udah capek banget. Ayah udah dua minggu loh, pasti Ayah capek. Nanti kalau Ayah bangun, Nathan akan memijat punggung Ayah. Bangun ya yah, Bunda kangen banget sama ayah. Setiap malam Nathan dengar Bunda selalu nangis di dalam kamarnya. Apa Ayah nggak sedih melihat Bunda nangis terus?" ujar Nathan. Anak laki-laki itu mengecup punggung tangan, Dareen. Kemudian ia memilih untuk keluar dari ruangan, tanpa anak laki-laki itu sadari Dareen meneteskan air matanya. Saat membuka pintu, Nathan melihat Nafeesa tengah tersenyum ke arah dirinya. "Udah?" Tanya Nafeesa dengan lembut. Nathan menganggukkan kepala, dan
Dua Minggu berlalu, Dareen masih juga belum sadar dari komanya. Sekarang Tuan Beni tengah menatap anaknya yang tengah terbaring dengan banyak alat medis di tubuh. Sesak rasanya melihat putra keduanya terbaring lemah seperti ini. Tuan Beni menggenggam tangan anaknya, "kapan kamu bangun? Apa kamu gak capek tidur terus? Kamu gak rindu sama Papa dan keluarga kamu? Apa kamu gak rindu sama anak kamu?" Tanya Tuan Beni. "Maaf selama ini Papa egois sama kamu. Papa hanya tidak ingin kamu memilih wanita yang salah, karena mamamu memberitahu Papa bahwa Nafeesa bukan wanita yang baik untuk kamu. Itu alasan Papa tidak merestui kalian, apalagi saat Papa mendengar Nafeesa hamil. Itu membuat semakin benci pada wanita itu," lanjut Tuan Beni. "Setelah Papa liat kegigihan mu untuk bersama Nafeesa, dan wanita itu terlihat sangat menyayangimu. Papa akan merestui kalian, tapi Papa mohon kamu harus bangun dulu. Jangan lama tidurnya, Dareen," sambung Tuan Beni lagi. Pria paruh baya itu menggenggam erat tan