Oh, demi dewa! Adnan sungguh tidak bisa melupakan aktivitas panas mereka semalam. Malam pertama itu berjalan baik walau dibuka dengan kesalahpahaman yang hampir saja membuat kegiatan tersebut kembali tertunda untuk kesekian kalinya. Malam menakjubkan itu akhirnya terjadi, bahkan terulang sampai berkali-kali.Ah, dari mana Adnan harus menceritakannya? Setiap langkah yang mereka lalui benar-benar momen indah yang tidak dapat dirinya lupakan. Setiap detiknya sangat mendebarkan, melambungkan perasaan yang sulit sekali untuk bisa dideskripsikan.Singkatnya.. Semalam dirinya seperti seorang perjaka anyaran kala berhasil memasuki lembar surgawi milik Cinta.Ya, ya! Kutuklah Adnan sesuka hati kalian, karena pada nyatanya, pria itu nyatanya adalah bajingan beruntung yang beristrikan seorang gadis perawan.Adnan akui jika responnya terhadap malam pertama mereka sangatlah berlebihan untuk diceritakan dalam sudut pandangannya selaku barang bekas. Namun ia tidak mengada-ngada, apalagi membumbui p
Aduan yang sempat membekukan tubuh kedua mertuanya pun berakhir dengan diberikannya hukuman kepada si tersangka penganiayaan.Diah selaku ibu mertua terbaik sedunia pun menjatuhkan hukuman, yang tentu saja diambil setelah dirinya mengirimkan sinyal kerjasama melalui kerlingan matanya kepada sang putra.“Sakit?” tanya Cinta sembari membelai punggung Adnan.Kesempatan untuk bermanja pun tidak Adnan lewatkan keberadaannya. Pria itu mengangguk lalu memupus jarak diantara keduanya. Tak berhenti disana, Adnan juga mencari posisi ternyamannya dengan menyandarkan kepalanya pada bahu sang istri.“Kolokan banget. Mami nggak all out padahal mukulnya.” Cibir Diah yang tahu jika perilaku putranya saat ini hanyalah akal-akalan belaka supaya menantunya mengasihani anak itu.Adnan menghela napas.Maminya ini! Sudah dibantu keluar dari kecanggungan, eh, malah menyerang penyelamatnya. Tidakkah dia tahu bahwa sebagai ibu dan anak, mereka harus saling memberi dukungan satu sama lain. Terlebih jika itu me
“Turutin apa Mas Adnan tidur diluar?!” Belum satu jam Cinta menyerap ajaran sesat ibu mertuanya, perempuan muda yang telah kehilangan kegadisannya itu pun seolah merasa gatal jika tidak segera mempraktekkan ilmu barunya. Hasilnya?! C-tak!Tentu saja sentilan manja pada keningnya yang tak bertutupkan potongan poni! “Argh!” hal itu pun membuat Cinta mengerang sembari menatap nyalang si pelaku. Ia berteriak lalu membalas dendam dengan melakukan tindakan yang sama, dengan apa yang Adnan lakukan terhadap keningnya.“Sakit, Sayang.”Mendengar erangan kesakitan Adnan, bukannya merasa kasihan, Cinta justru semakin menyalak galak. “Mas kira aku teriak karena ngerasain enak? NGGAK YA!”Cinta kemudian mengatur nafasnya demi mencoba mengendalikan emosi yang bersemayam didalam diri.Huh!Sebenarnya dimana letak kesalahannya?!Perasaan ia sudah mengikuti anjuran seperti yang ibu mertuanya ceritakan. Bukankah katanya pasangan kita tidak akan bisa menolak jika melontarkan kalimat ‘ajaib,’ itu? T
Adegan kejar-kejaran pun akhirnya terjadi dengan Adnan sebagai pihak yang tengah berusaha untuk mengejar langkah kaki istri nakalnya.Rumah mewah yang biasanya hanya diisi dengan teriakan-teriakkan Nathania itu pun, kini bertambah meriah dengan bergabungnya Adnan dan Cinta yang bertingkah layaknya si kecil.“Berhenti disana, Cinta! Jangan berani-beraninya kamu buka pintu utama rumah ini!”Cinta kontan menghentikan pergerakannya. Sebelum menarik handle pintu dihadapannya, wanita itu menyempatkan diri untuk meliukkan tubuh ke belakang.“Wleek!”Ia menjulurkan lidahnya, pertanda bahwa dirinya sama sekali tidak takut dengan kalimat bernada ancaman yang baru saja telinganya dengar.Setelahnya, Cinta menarik pelan handle, membuat salah satu pintu berbahan kayu jati itu terlepas dari pengaitnya.“Ups! Pintunya kebuka sendiri.” Pekik Cinta keras seolah sengaja menantang limitnya stok kesabaran Adnan.“Cintaa!!” geram Adnan.Mendengar geraman buah dari perilaku jahilnya, Cinta pun berancang-an
“Mbak Yuna, Omnya Thania kenapa?” tanya Cinta, kepo, usai melihat wajah tertekuk Adnan ketika pria itu berhasil menyusul keduanya.Yuna— pengasuh Nathania, meringis. Perempuan muda itu mendekati Cinta, lalu membisikkan kisah yang akhirnya membuat Cinta terbahak sejadi-jadinya.“Umur emang nggak bisa menipu sih,” kikik Cinta semakin memasamkan wajah tampan Adnan.“Why, Tante?”Cinta membekap mulutnya. Sebenarnya ia ingin sekali menceritakan apa yang dirinya dengar, membagi kesenangan pada Nathania selaku sesama korban perilaku Adnan yang menyebalkan, tapi hal itu ia urungkan melihat delik tajam yang Adnan layangkan kepadanya.“It’s okay, Than. Om kamu tadi kesandung.”— ‘Kesandung realita,’ timpal Cinta, meneruskan kalimat yang ingin dirinya utarakan hanya di dalam hati.“Eh, kamu kok tanya-tanya Om Adnan kenapa? Udah nggak ngambek?” goda Cinta, mencolek pipi gembul Nathania dengan jari telunjuknya.“No!” Nathania bersedekap tangan didada. Ia memasang tampang marahnya dan berkata, “Thani
“Heh, Heh! Anak cewek kok minumnya berdiri. Duduk dong, Cinta..”Cinta tak mengindahkan perkataan bundanya. Gadis bernama lengkap Salsabila Cinta itu terus berdiri, mempercepat laju kerongkongannya agar susu yang bundanya siapkan cepat tandas.Uhuk-uhuk!Sialnya, karena terlalu terburu-buru, ia justru tersedak oleh susu yang tengah ia minum.“Nah kan! Ngeyel sih kalau dibilangin Bunda!!” Ucap Nirmala sengit meski putrinya sudah mendapatkan azab karena telah mengabaikan ucapannya.Sang Ayah— Dimas pun hanya menggelengkan kepala. Ia sudah sangat terbiasa menyaksikan perdebatan pagi dua srikandinya. Justru kalau tidak ada ribut-ribut seperti ini, ia malah dilanda kekhawatiran akan istri dan anaknya yang mungkin saja diam-diam terserang penyakit mematikan.“Cinta nggak sarapan ya, Bun. Udah telat nih..”“Hadeh! Makanya kalau Bunda suruh bangun tuh bangun, Cinta!”Cinta menyengir, menampilkan sedikit deretan gigi depannya.Ia juga maunya begitu, tapi mau bagaimana lagi, setiap malam sampai
Masalah terkait pertemuan yang mundur dengan pihak Jayapura telah terselesaikan sesuai feeling Adnan. Saat mereka kembali ke kantor, jam pun menunjukkan waktu makan siang.Seperti yang sudah-sudah, pada waktu makan siang berlangsung, Cinta sama sekali tak meninggalkan lantai kantor mereka. Gadis itu justru menjadikan ruang kerja Adnan sebagai sarang ternyamannya.“Mas, Mas..” “Apa Cin?” tanya Adnan sembari mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.“Kok Cin dong sih, Mas? yang lengkap dong.”Tak ingin urusan menjadi panjang hanya karena masalah sepele, Adnan pun menuruti permintaan sekretarisnya yang menguji iman itu.“Iya, Cinta, kenapa?”“Piuwit, cinta-cintaan segala. Jadi salting nih aku, Mas..” lontar Cinta, kumat nyentriknya.Adnan tak mengambil pusing candaan Cinta. Anak itu sudah sering seperti itu. Jika ia tanggapi, Cinta akan semakin menjadi, jadi sudah dibiarkan saja.“Mas, kawin yuk?” Prak!Ponsel ditangan Adnan pun terjatuh dengan sendirinya. Saraf-saraf ditangannya
“Adnan, bawa mobilnya pelan-pelan aja, nggak usah ngebut, kasihan cinta nanti takut.” “Ehey, nggak apa-apa, Tante. Cinta tuh malah suka loh dibawa ngebut. Kalau kebutan-butan ntar jantung Cinta berdebar kayak pas lagi deket-deket Mas Adnan,” ucap Cinta, cengengesan.Indah pun tertawa. Wanita itu mencolek dagu gadis yang ia harap dapat mengisi kursi menantu di keluarganya. “Waduw-Waduw.. Bisaan banget nih, Cinta. Padahal Adnan yang digombalin, tapi kok Tante yang happy, ya?!”“He-he-he..” “Cinta..”Cinta memalingkan wajahnya menghadap Adnan. Gadis itu tersenyum sembari menjawab, “ya, Sayang?”Jawaban nyeleneh ala Cinta itu membuat Adnan mengembuskan napas. ‘Sabar,’ batin Adnan. Seperti itulah Cinta. Ia tak perlu mengambil hati kenyelenehan sekretarisnya.“Ayo.. Jam makan siang sudah terlewat.” Ajak Adnan, sangat baku, berbeda saat dirinya tengah berbincang dengan keluarganya. Perbedaan sikap itu nyatanya mengusik maminya. Diah pun langsung menegur Adnan, mengatakan jika sikap putran