Adegan kejar-kejaran pun akhirnya terjadi dengan Adnan sebagai pihak yang tengah berusaha untuk mengejar langkah kaki istri nakalnya.Rumah mewah yang biasanya hanya diisi dengan teriakan-teriakkan Nathania itu pun, kini bertambah meriah dengan bergabungnya Adnan dan Cinta yang bertingkah layaknya si kecil.“Berhenti disana, Cinta! Jangan berani-beraninya kamu buka pintu utama rumah ini!”Cinta kontan menghentikan pergerakannya. Sebelum menarik handle pintu dihadapannya, wanita itu menyempatkan diri untuk meliukkan tubuh ke belakang.“Wleek!”Ia menjulurkan lidahnya, pertanda bahwa dirinya sama sekali tidak takut dengan kalimat bernada ancaman yang baru saja telinganya dengar.Setelahnya, Cinta menarik pelan handle, membuat salah satu pintu berbahan kayu jati itu terlepas dari pengaitnya.“Ups! Pintunya kebuka sendiri.” Pekik Cinta keras seolah sengaja menantang limitnya stok kesabaran Adnan.“Cintaa!!” geram Adnan.Mendengar geraman buah dari perilaku jahilnya, Cinta pun berancang-an
“Mbak Yuna, Omnya Thania kenapa?” tanya Cinta, kepo, usai melihat wajah tertekuk Adnan ketika pria itu berhasil menyusul keduanya.Yuna— pengasuh Nathania, meringis. Perempuan muda itu mendekati Cinta, lalu membisikkan kisah yang akhirnya membuat Cinta terbahak sejadi-jadinya.“Umur emang nggak bisa menipu sih,” kikik Cinta semakin memasamkan wajah tampan Adnan.“Why, Tante?”Cinta membekap mulutnya. Sebenarnya ia ingin sekali menceritakan apa yang dirinya dengar, membagi kesenangan pada Nathania selaku sesama korban perilaku Adnan yang menyebalkan, tapi hal itu ia urungkan melihat delik tajam yang Adnan layangkan kepadanya.“It’s okay, Than. Om kamu tadi kesandung.”— ‘Kesandung realita,’ timpal Cinta, meneruskan kalimat yang ingin dirinya utarakan hanya di dalam hati.“Eh, kamu kok tanya-tanya Om Adnan kenapa? Udah nggak ngambek?” goda Cinta, mencolek pipi gembul Nathania dengan jari telunjuknya.“No!” Nathania bersedekap tangan didada. Ia memasang tampang marahnya dan berkata, “Thani
“Oppa, I’m not gwenchana loh. I pikir Oppa tuh tipe cowok yang setia. Taunya malah setiap tikungan ada.” Celoteh Cinta, memaju-mundurkan bibirnya.Ia memasang raut wajah seolah dirinya tengah terluka sekarang.“Ha-ha-haha.. Don’t do that, Cinta. Tanduk di atas kepala Adnan sudah mulai terlihat sekarang.” Ucap Nathan dengan tawa yang dirinya paksakan.Siapa pun tahu jika Cinta adalah orang yang suka sekali berkelakar. Wanita itu hanya sedang menggodanya saja. Namun penglihatan orang lain tampaknya sangat berbeda dengan apa yang kedua mata Adnan tangkap.Buktinya, wajah pria itu memerah, seakan menjelaskan betapa besarnya rasa cemburu yang sedang dirinya pendam.“Mana-mana? Kok Thania enggak liat sih, Uncle.” Seru Nathania sembari memperhatikan kepala omnya.“Kamu harus jadi orang gede dulu baru bisa liat, Than.” Ujar Cinta setelah itu menengok hanya untuk memamerkan deretan giginya kepada Adnan.Usai memberitahukan kesamaan di antara dirinya dengan Nathania, Cinta pun tak membuang wakt
“Ya Tuhan!” Adnan menepuk keras keningnya karena geram. Sejak bergabungnya sang istri di kediaman orang tuanya, tingkah Nathania yang super pun semakin menjadi-jadi. Keponakannya itu memang mengambil hampir 90% gen ibunya. Dia terlalu aktif sampai terkadang membuat sakit kepala para orang dewasa. Tentu saja efek tersebut juga dirasakan oleh Grace. Entah sudah berapa kali Grace berganti pengasuh, tapi untungnya, wanita yang baru pertama kali mempunyai duplikat itu akhirnya menemukan nanny yang cocok untuk putrinya.Yuna— pengasuh Nathania, merupakan wanita yang penyabar. Selain itu ia cukup kreatif sehingga memuaskan rasa ingin tahu Nathania yang tinggi. Dia juga tahan banting dan setia pada pekerjaannya meski pada awalnya Nathania kerap tantrum hanya untuk mencari-cari kehebohan yang tak jelas.Ingat jika Nathania tak diperbolehkan mengkonsumsi coklat diluar akhir pekan, Adnan pun merogoh kantong celananya. Pria itu mengeluarkan ponsel pintar, mencoba menghubungi nomor pribadi kaka
Usai memborong setumpuk cemilan penambah gula darah dalam tubuh, Adnan pun memboyong istri dan keponakannya untuk pulang ke rumah. Laki-laki itu mencoba mengantisipasi akan datangnya gempa susulan— eh, maksudnya ulah susulan, dari iblis kecil yang hampir membuat pamannya menyandang gelar ‘New Duda Disaat Sedang Cinta–Cintanya.’Adnan meninggalkan jalan ketidakpastian itu, menulikan telinga atas rengekkan kedua kesayangannya yang ingin menghabiskan waktu mereka diluaran. Pulang lebih baik dibandingkan harus mengalami serangkaian peristiwa yang mendebarkan jantungnya.Tentu saja sangat sulit untuk membawa mereka pulang, tapi setelah memberikan sedikit pengertian dan sedikit sogokan tentunya, kedua anak nakal berbeda usia itu akhirnya mau menurut.Hah! Bertambah satu lagi pelaku pemerasan di hidup Adnan. Untungnya ia mempunyai segudang kemampuan untuk menghasilkan tumpukan dolar. Selagi semuanya dapat diselesaikan dengan uang, maka akal sehatnya akan tetap terjaga.Ya, walau tak sepenuhn
“Heh, Heh! Anak cewek kok minumnya berdiri. Duduk dong, Cinta..”Cinta tak mengindahkan perkataan bundanya. Gadis bernama lengkap Salsabila Cinta itu terus berdiri, mempercepat laju kerongkongannya agar susu yang bundanya siapkan cepat tandas.Uhuk-uhuk!Sialnya, karena terlalu terburu-buru, ia justru tersedak oleh susu yang tengah ia minum.“Nah kan! Ngeyel sih kalau dibilangin Bunda!!” Ucap Nirmala sengit meski putrinya sudah mendapatkan azab karena telah mengabaikan ucapannya.Sang Ayah— Dimas pun hanya menggelengkan kepala. Ia sudah sangat terbiasa menyaksikan perdebatan pagi dua srikandinya. Justru kalau tidak ada ribut-ribut seperti ini, ia malah dilanda kekhawatiran akan istri dan anaknya yang mungkin saja diam-diam terserang penyakit mematikan.“Cinta nggak sarapan ya, Bun. Udah telat nih..”“Hadeh! Makanya kalau Bunda suruh bangun tuh bangun, Cinta!”Cinta menyengir, menampilkan sedikit deretan gigi depannya.Ia juga maunya begitu, tapi mau bagaimana lagi, setiap malam sampai
Masalah terkait pertemuan yang mundur dengan pihak Jayapura telah terselesaikan sesuai feeling Adnan. Saat mereka kembali ke kantor, jam pun menunjukkan waktu makan siang.Seperti yang sudah-sudah, pada waktu makan siang berlangsung, Cinta sama sekali tak meninggalkan lantai kantor mereka. Gadis itu justru menjadikan ruang kerja Adnan sebagai sarang ternyamannya.“Mas, Mas..” “Apa Cin?” tanya Adnan sembari mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.“Kok Cin dong sih, Mas? yang lengkap dong.”Tak ingin urusan menjadi panjang hanya karena masalah sepele, Adnan pun menuruti permintaan sekretarisnya yang menguji iman itu.“Iya, Cinta, kenapa?”“Piuwit, cinta-cintaan segala. Jadi salting nih aku, Mas..” lontar Cinta, kumat nyentriknya.Adnan tak mengambil pusing candaan Cinta. Anak itu sudah sering seperti itu. Jika ia tanggapi, Cinta akan semakin menjadi, jadi sudah dibiarkan saja.“Mas, kawin yuk?” Prak!Ponsel ditangan Adnan pun terjatuh dengan sendirinya. Saraf-saraf ditangannya
“Adnan, bawa mobilnya pelan-pelan aja, nggak usah ngebut, kasihan cinta nanti takut.” “Ehey, nggak apa-apa, Tante. Cinta tuh malah suka loh dibawa ngebut. Kalau kebutan-butan ntar jantung Cinta berdebar kayak pas lagi deket-deket Mas Adnan,” ucap Cinta, cengengesan.Indah pun tertawa. Wanita itu mencolek dagu gadis yang ia harap dapat mengisi kursi menantu di keluarganya. “Waduw-Waduw.. Bisaan banget nih, Cinta. Padahal Adnan yang digombalin, tapi kok Tante yang happy, ya?!”“He-he-he..” “Cinta..”Cinta memalingkan wajahnya menghadap Adnan. Gadis itu tersenyum sembari menjawab, “ya, Sayang?”Jawaban nyeleneh ala Cinta itu membuat Adnan mengembuskan napas. ‘Sabar,’ batin Adnan. Seperti itulah Cinta. Ia tak perlu mengambil hati kenyelenehan sekretarisnya.“Ayo.. Jam makan siang sudah terlewat.” Ajak Adnan, sangat baku, berbeda saat dirinya tengah berbincang dengan keluarganya. Perbedaan sikap itu nyatanya mengusik maminya. Diah pun langsung menegur Adnan, mengatakan jika sikap putran