Adnan berjalan gontai dibelakang Cinta. Sesekali pria itu menutup asal lubang mulutnya yang terus saja terbuka dengan sendirinya. Berkat tak tidur semalaman, rasa kantuk pun kini menyerangnya. Alhasil, ia terus saja menguap meski sudah bermandikan air dingin.“Widih! Mentang-mentang penganten baru, sengaja banget keluar dalam keadaan berantakan gitu.” Diah— Mami Adnan pun menggoda sang putra yang tampak tak mempunyai daya.Selama berpuluh-puluh tahun menjadi mami Adnan, Diah tak pernah melihat putranya seberantakan ini. Adnan adalah pribadi yang menyukai kerapian. Pria itu selalu tampil memukau dalam setiap kesempatan. Jadi ketika putranya tampak begitu kelam hingga dapat disebut acak-acakkan, Diah pun merasa jika sang putra pasti sengaja melakukannya.“Pengen banget ya semua orang tau kalau kamu udah wellow-wellow, Nan?”“Mi,” Samuel menggenyol lengan sang istri dengan ujung sikunya. Pria paruh baya itu melirik cucu perempuannya yang seketika saja menghentikan kesibukannya dalam meng
“Cinta Awas!!” teriak Adnan melengking untuk memperingatkan istrinya.Peringatan tersebut berhasil dengan Cinta yang bermanuver, menyerongkan tubuhnya menempel pada mobil yang mereka sewa untuk mengantarkan keduanya ke bandara.Wanita itu secepat kilat menormalkan posisi tubuhnya, melayangkan jari tengah lalu berteriak tak kalah melengkingnya dari Adnan.“ANJING! BISA NYETIR KAGAK? GUE BARU KAWIN, MONYET!!” makinya pada pengemudi mobil yang sama sekali tidak menghentikan laju kendaraannya padahal hampir saja menyerempet tubuh manusia lain.Di dalam mobil yang terus melaju itu, pengemudi yang tidak lain merupakan mantan kekasih Adnan menjerit kesal.Ia telah gagal mencelakai wanita yang merebut kekasihnya. Untungnya ia berhasil kabur meski aksinya tak mencecap rasa manis— setidaknya, itulah yang Arabela pikirkan.Namun apakah semudah itu pelaku kejahatan dimuka umum bisa meloloskan diri?Tentu saja tidak Suketi!Memangnya selemah itu keamanan sebuah hotel terkemuka di Indonesia? Terleb
“Loh, Den Adnan!” pekik kekagetan mengudara dari mulut Pak Asep— Satpam rumah Adnan. Pria berseragam sekuriti itu kaget melihat sosok anak majikan, yang katanya tengah pergi berbulan madu, duduk dengan wajah kuyu didalam sebuah mobil yang dirinya pikir membawa tamu dari salah satu majikannya.“Nanti minta tolong turunkan koper ya, Pak.”“Siap, Den.” Sahut Pak Asep, menerima perintah sang majikan. Pria itu tak bertanya lebih jauh meski kepalanya diliputi dengan tanda tanya yang cukup besar.Pak Asep lantas membukakan gerbang kediaman Wiyoko. Ia lalu memberikan kabar pada pekerja di dalam rumah, menginformasikan jika tuan muda mereka tiba dan meminta beberapa orang untuk keluar, membantu anak majikan mereka untuk menurunkan barang-barang bawaannya.Informasi terkait pulangnya Adnan pun sampai ditelinga Diah dengan cepatnya. Perempuan yang kembali mengistirahatkan diri usai sekembalinya mereka dari hotel itu, berlari tergopoh-gopoh menghampiri anak serta menantunya.“Loh, loh, loh! ini m
“Ya, ya?”Adnan menaik-turunkan alisnya. Pria itu sekuat tenaga menahan tawa kala melihat wajah istrinya yang memberengut. Tampaknya Cinta kesal sekaligus merasa jijik dalam waktu yang bersamaan.“Kita indehoy, skidi..”“Stop!” jerit Cinta sembari mengangkat tangannya, menutup kedua lubang telinganya agar tak semakin ternoda oleh kata-kata alay Adnan. “Aku jijik Mas, aku jijik!” gidiknya dengan tubuh menggeliat.Jika ia tidak salah ingat, suaminya itu menempuh dua pendidikan terakhirnya di luar negeri, anehnya, gaya bicaranya justru mengindikasikan jika dia lama berdiam di Jonggol.Adgf sekali! At least ngomongnya making love lah!, or have a sex juga bisa! ini malah indehoy!‘Fuck! Kelakuan dia yang begini kok nggak keliatan sewaktu kita belom kawin sih?’ batin Cinta, mengomel. Kalau saja ia tahu perilaku Adnan tidak sesempurna pahatan wajahnya, ia pasti tak mencintai pria itu secara ugal-ugalan. Setidaknya mengagumi saja sudah cukup, tidak dengan mencintai seperti orang gila anyaran.
Usai kegaduhan yang Adnan sebabkan, pria itu kemudian mengunduh hasil dari perilaku tak berotaknya. Ia tak dapat menghindari olok-olokan sang mami, lengkap dengan Cinta yang ikut mengomel, memarahi Adnan dan mulut bocornya yang dinilai sangat tidak tahu malu. “Tau nih kamu, Nan. Kayak perjaka kebelet kawin aja,” imbuh sang papi menambahi. Bukan rahasia umum jika gaya berpacaran Adnan dengan mantan kekasihnya dulu sangatlah jauh dari kata aman. Pria itu bahkan sampai menghadiahkan unit apartemen untuk mereka tinggali bersama. Yah, meski Adnan sendiri tak sering menginap disana, tetap saja hunian itu tidak mungkin hanya digunakan untuk tidur saja. Samuel tak sebodoh itu sampai berpikir keduanya bermain monopoli saat malam tiba.“Bukan begitu, Pi.” Adnan mencoba untuk membela diri— sayangnya, pertanyaan polos keponakan perempuannya memotong kalimat pembelaan yang hendak terlontar dari mulutnya, berikut dengan Samuel yang juga langsung mengulum bibirnya rapat.“Kawin itu apa Mami? Sejen
Oh, demi dewa! Adnan sungguh tidak bisa melupakan aktivitas panas mereka semalam. Malam pertama itu berjalan baik walau dibuka dengan kesalahpahaman yang hampir saja membuat kegiatan tersebut kembali tertunda untuk kesekian kalinya. Malam menakjubkan itu akhirnya terjadi, bahkan terulang sampai berkali-kali.Ah, dari mana Adnan harus menceritakannya? Setiap langkah yang mereka lalui benar-benar momen indah yang tidak dapat dirinya lupakan. Setiap detiknya sangat mendebarkan, melambungkan perasaan yang sulit sekali untuk bisa dideskripsikan.Singkatnya.. Semalam dirinya seperti seorang perjaka anyaran kala berhasil memasuki lembar surgawi milik Cinta.Ya, ya! Kutuklah Adnan sesuka hati kalian, karena pada nyatanya, pria itu nyatanya adalah bajingan beruntung yang beristrikan seorang gadis perawan.Adnan akui jika responnya terhadap malam pertama mereka sangatlah berlebihan untuk diceritakan dalam sudut pandangannya selaku barang bekas. Namun ia tidak mengada-ngada, apalagi membumbui p
Aduan yang sempat membekukan tubuh kedua mertuanya pun berakhir dengan diberikannya hukuman kepada si tersangka penganiayaan.Diah selaku ibu mertua terbaik sedunia pun menjatuhkan hukuman, yang tentu saja diambil setelah dirinya mengirimkan sinyal kerjasama melalui kerlingan matanya kepada sang putra.“Sakit?” tanya Cinta sembari membelai punggung Adnan.Kesempatan untuk bermanja pun tidak Adnan lewatkan keberadaannya. Pria itu mengangguk lalu memupus jarak diantara keduanya. Tak berhenti disana, Adnan juga mencari posisi ternyamannya dengan menyandarkan kepalanya pada bahu sang istri.“Kolokan banget. Mami nggak all out padahal mukulnya.” Cibir Diah yang tahu jika perilaku putranya saat ini hanyalah akal-akalan belaka supaya menantunya mengasihani anak itu.Adnan menghela napas.Maminya ini! Sudah dibantu keluar dari kecanggungan, eh, malah menyerang penyelamatnya. Tidakkah dia tahu bahwa sebagai ibu dan anak, mereka harus saling memberi dukungan satu sama lain. Terlebih jika itu me
“Turutin apa Mas Adnan tidur diluar?!” Belum satu jam Cinta menyerap ajaran sesat ibu mertuanya, perempuan muda yang telah kehilangan kegadisannya itu pun seolah merasa gatal jika tidak segera mempraktekkan ilmu barunya. Hasilnya?! C-tak!Tentu saja sentilan manja pada keningnya yang tak bertutupkan potongan poni! “Argh!” hal itu pun membuat Cinta mengerang sembari menatap nyalang si pelaku. Ia berteriak lalu membalas dendam dengan melakukan tindakan yang sama, dengan apa yang Adnan lakukan terhadap keningnya.“Sakit, Sayang.”Mendengar erangan kesakitan Adnan, bukannya merasa kasihan, Cinta justru semakin menyalak galak. “Mas kira aku teriak karena ngerasain enak? NGGAK YA!”Cinta kemudian mengatur nafasnya demi mencoba mengendalikan emosi yang bersemayam didalam diri.Huh!Sebenarnya dimana letak kesalahannya?!Perasaan ia sudah mengikuti anjuran seperti yang ibu mertuanya ceritakan. Bukankah katanya pasangan kita tidak akan bisa menolak jika melontarkan kalimat ‘ajaib,’ itu? T
“Hiyyaaaa!! Ya udah kawinnya sama aku aja, Oppaaaa!”“HEEEEEE!!”Tempelengan lembut tak ayal mendarat dikepala Cinta. Pelakunya adalah Adnan yang tak lagi bisa menahan kekesalannya kepada sang istri.Disaat tubuh istrinya oleng ke samping, pria itu dengan cepat menarik lengan sang istri lalu memerangkap tubuhnya ke dalam pelukkan.“Mas! Kamu noyor kepala aku?”“Mas nggak mau minta maaf, abis kamunya yang mulai duluan.” Tutur Adnan, kali ini tak akan merendahkan diri demi melindungi dirinya dari amukan istri cantiknya.Sekali-kali wanita bar-bar yang ia nikahi harus tahu kapan tepatnya wanita itu boleh bercanda dan dengan candaan seperti apa yang boleh dia lontarkan sehingga tidak mengusik batas kesabarannya.“Aku sampe..” Cinta menelengkan kepalanya. “Wiiiing!” lalu mendorong kepalanya untuk me-reka ulang adegan.Situasi yang semula tegang pun mencair dengan sangat cepat. Dua bintang utama yang belum lama ini masih berdebat tentang sebuah pernikahan, kini berusaha keras untuk tak mene
Gentleman— tak ada lagi kata yang dapat mendeskripsikan betapa memukaunya seorang Nathan didalam benak Cinta.Pria itu begitu cepat bergerak seolah dirinya tengah berlomba dengan waktu. Dia benar-benar menepati ucapannya. Memboyong ibu kandungnya datang melamar disaat hari bahkan belum berganti.“Sat-set banget ya, Mas. Nggak nyesel deh aku pernah ngefans.”“Nakal.” Pungkas Adnan, mencubit gemas pipi kiri sang istri.Jujur saja, jika mengikuti kata hati, ia cemburu. Ia tidak suka Cinta memuja pria lain meski pemujaan itu tak lagi dilakukan oleh istrinya. Namun untuk kali ini saja, ia akan memendam kecemburuannya. Menurutnya, sahabatnya memang layak dipuja.“Dia itu kayak Mas, Yang. Kalau udah serius ya nggak pake lama.”“Idih! Iyain aja deh.”“Eh, kok gitu? Kan Mas langsung ngelamar kamu juga, Yang.”“After many drama ya, Mas. Kamu nggak amnesia kan, kalau pernah mau ngasih aku ke Oppa?”Pertanyaan itu membuat Adnan meringis.“Kalau mantan kamu nggak ketahuan selengki, sekarang mungkin
“Yang..” rengek Adnan.Persetan dengan citranya dihadapan keluarga. Nasib dan akal sehatnya sekarang sedang dipertaruhkan. Ia bisa gila jika Cinta benar-benar menginginkan perceraian.“Eung?”“Tarik kata-kata kamu, Yang. Tarr-riiik!” pinta Adnan sembari mengguncang tubuh Cinta.Ia tahu istrinya memang mempunyai cara berpikir yang unik. Namun ini sungguh terlalu! Mana ada sih manusia yang meminta cerai hanya untuk mendapatkan lamaran ulang?Cuma Cinta saja kan? Iya kan?!“Ayo, Yang. Tarik! Bilang kalau kamu cuman bercanda, Yang.”Cinta mendongak, menatap Adnan. “Mas, ini ngidamnya anak kamu loh.” Ujarnya dengan tangan membelai si buah hati.Beberapa kali Cinta mengerjap, membuat bulu matanya bergerak naik-turun.“Masa ngidam anak kita udah lewat, Sayang. Please jangan gunain dia buat kepentingan pribadi Maminya.”“Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah.” Pekik Cinta bernada. “Sungguh kejam fitnahanmu, Kisanak. Kenapa engkau begitu teg..”Adnan menghentikan ucapan ngelantur sang istri dengan melet
Tidak ada yang salah dengan apa yang Cinta lakukan. Meski terkesan mencampuri urusan pribadi orang lain, tapi Cinta melakukannya untuk kebaikan orang-orang yang dirinya kasihi. Tanpa campur tangannya, hubungan Grace dan Nathan akan diam ditempat. Mereka akan berdiam seolah menerima takdir, lalu hidup dalam penyesalan karena hidup didalam kepengecutan. Sungguh, Cinta tidak ingin itu terjadi. Menurutnya, yang keduanya butuhkan hanyalah sebuah keberanian. Keberanian untuk mencoba. Keberanian untuk menepikan ketakutan. Dan keberanian untuk bersikap jujur pada diri sendiri. Hal ini Cinta tujukan kepada Grace, kakak iparnya. Cinta mungkin tak tahu seberat apa peperangan batin yang dirasakan Grace. Ia tidak berada diposisi yang sama dengan kakak iparnya. Akan tetapi, melihat wanita itu terus membentengi diri dengan mekanisme yang menurutnya salah, sebagai adik ipar, Cinta ingin Grace mengalir saja seperti air. Toh apa yang ditakutkan oleh wanita itu belum tentu terjadi. Jika pun k
Grace tak dapat menahan helaan napasnya sesaat setelah adik dan iparnya berlalu pergi meninggalkan dirinya bersama dengan si pembuat onar.Pembuat onar itu— sebut saja dia NATHAN. Tak perlu menggunakan inisial segala. Namanya pun harus ditulis kapital agar semua orang tahu bahwa pria yang katanya pernah menjadi idaman kaum hawa ditempat mengenyam pendidikan itu, tak ubahnya manusia alay ketika menghadapi sesuatu yang tak sejalan dengan keinginannya.“You!” erang Grace melihat cengiran lebar, terbentuk pada wajah tampan Nathan.Demi Nathan yang katanya berulah karena dirinya, Grace bahkan rela meninggalkan putri semata wayangnya.Nathania memang terlelap, tapi anak itu bisa saja terbangun. Dia pasti akan menangis karena tidak menemukan dirinya.“Hai, Grace.. Welcome home, Sayang.”“Gundulmu!” maki Grace keras. Rasanya ia ingin sekali memukul kepala Nathan. Entah apa yang bersarang di dalam kepala pria itu. Bisa-bisanya pria sibuk seperti dirinya menggalau hanya karena seorang janda.“W
“God!” erang Cinta sesaat setelah dirinya meninggalkan bilik kamar mandi.Sumpah demi suaminya yang tampan, ia lebih baik mendatangi konser Oppa-Oppa kesayangannya dibanding masuk ke dalam kelab malam. Entah apa yang para pengunjung sukai dari hingar-bingar menyakitkan mata dan telinga ini— sungguh, Cinta sendiri juga bingung dengan selera masokis manusia-manusia yang menurutnya aneh itu.“Nih kebanyakan yang dateng kesini human-human kebanyakan energi kali! Kalau gue sih mending molor ya tengah malem gini! Hiiih!” Racau Cinta, berjalan keluar untuk menghampiri Adnan yang ia tinggalkan.“Sayang, kenapa?” tanya Adnan, heran saat melihat sang istri yang terus saja bergidik sembari menutup kedua lubang telinganya.“Bising banget! Budek aku lama-lama!”Adnan terkekeh renyah. Ia belai puncak kepala sang istri. “Habis ini kita bawa pulang aja si Nathannya, Yang.” Tuturnya dengan mempertahankan belaian pada kepala istri cantiknya.Untuk golongan anak rumahan seperti Cinta, kelab malam pastil
Siang itu tidak ada balasan, terlebih persetujuan yang terlontar dari mulut Nathan. Pembicaraan terkait hubungan mereka pun berakhir mengambang. Terhenti begitu saja tanpa adanya bait penyelesaian.Dihadapan Nathania pun, keduanya bersikap seolah tak pernah terlibat dalam sebuah ketegangan. Mereka berinteraksi normal layaknya sepasang kekasih pada umumnya— dengan saling mencurahkan perhatian, khususnya untuk si kecil ‘Thania.’Namun apa yang tampak siang itu, sungguh berbeda dengan apa yang Nathan perlihatkan dihadapan sahabatnya.“Wae geurae?” bentak Nathan dengan tangan mencengkram kerah kemeja Adnan.Sial sekali bagi Adnan. Ditengah malam yang seharusnya dapat ia gunakan untuk memeluk erat tubuh sang istri, ia justru harus sibuk mengurusi tingkah polah pelaku peneroran nomor pribadinya.“Sayang.” Adnan meneleng, memalingkan wajahnya ke arah Cinta yang sibuk merekam kegilaan sahabat karibnya.“Waeeee?” sentak Nathan sembari mengguncang tubuh Adnan.Adnan meringis. Ingin sekali rasany
“Hye?” pekik Nathan, tersentak. Pria setengah Korea itu kembali bersuara setelah berhasil menguasai keterkejutan yang dialaminya. “I mean, apa maksud kamu, Grace?” tuntutnya, kali ini dengan intonasi yang lembut.Grace sendiri tampak tak dapat mengendalikan kecemasan pada raut wajahnya. Perempuan itu ingin membuka mulut, tapi tak ada satu pun kalimat yang akhirnya keluar dari bibirnya.“Grace?”“...” Sayangnya, panggilan Nathan tak membuahkan hasil. Grace— wanita itu tetap setia dengan kebungkamannya.“Karena kamu nggak ngejawab, aku anggap kamu nggak pernah ngomong kayak tadi. Or, kita bisa bahas ini dilain waktu when nggak ada Thania yang nungguin kita.” Ucapnya lalu berjalan melewati Grace.Menyadari tak adanya pergerakan dari wanita yang menjalin kesepakatan dengannya, Nathan pun menghentikan langkah kakinya. Sahabat Adnan itu kemudian memutar tubuhnya. Berkata, “We have to hurry. Apa kamu ingin membuat Thania marah karena kita yang terlalu lama?” Meski bersama pengasuhnya, pembica
Melihat keadaan Adnan, Nathan yang semula ingin meminta pendapat, mengurungkan niatnya. Pemuda yang saat ini tengah menjalin kerjasama asmara dengan kakak sahabatnya itu, memutuskan berpamit dengan meninggalkan sebuah pesan yang ia tinggalkan untuk sahabatnya.Jangan sampai menyesal kalau sampai gantian Cinta yang marah ke kamu— begitulah isi pesan yang ditinggalkan oleh Nathan. Pria itu memperingati Adnan supaya tidak melanjutkan ngambeknya mengingat aksi kekanakannya bisa saja menjadi boomerang yang menyerang dirinya sendiri.“Kalau aku translate kata-katanya Oppa..” belum sempurna Cinta mengucapkan kalimatnya, Adnan pun sudah bergegas mengosongkan kursi kerjanya.Pria yang menikahi Cinta setelah menjadi korban perselingkuhan itu, berjongkok tepat dibawah kaki-kaki istrinya. Telapak kakinya berjinjit untuk menyamakan tinggi tubuhnya dengan sepasang paha sang istri yang lututnya sedang terlipat. “Mas salah, Sayang. Jangan bales dendam ya?”Insting Adnan mengatakan jika otak pintar san