Adnan menipiskan bibirnya dengan lipatan yang terkulum ke dalam. Pria itu memandang nanar pintu kamar mandi, memberengut, lalu melayangkan pukulan tanpa mengenai daun pintu.Sial! Ia gagal!Tepat setelah bathtub terisi lengkap bersama bath bomb yang perlahan-lahan mulai mencair, sang istri yang sedari tadi sibuk membersihkan sisa-sisa make upnya pun tersadar akan niat liciknya. Perempuan itu lantas mengamuk, mengatai dirinya cabul dan berakhir menendang dirinya keluar dari tempat yang dirinya pikir dapat menjadi arena panas pertama mereka.“Cin, Mas beneran nggak boleh ikut?” tanya Adnan, memelas. Pria itu memasang tampang menyedihkan meski tahu ekspresinya itu tak mungkin dapat dilihat oleh sang istri.Yah, totalitas saja dulu. Siapa tahu saja Cinta bisa merasakan kengenesannya dan berbaik hati membukakan pintu untuknya.Sayangnya tidak ada sahutan dari dalam. Telinga yang sengaja Adnan buka lebar-lebar hanya menangkap riak air yang tumpah, mengindikasikan jika Cinta sudah memulai ak
Adnan berjalan gontai dibelakang Cinta. Sesekali pria itu menutup asal lubang mulutnya yang terus saja terbuka dengan sendirinya. Berkat tak tidur semalaman, rasa kantuk pun kini menyerangnya. Alhasil, ia terus saja menguap meski sudah bermandikan air dingin.“Widih! Mentang-mentang penganten baru, sengaja banget keluar dalam keadaan berantakan gitu.” Diah— Mami Adnan pun menggoda sang putra yang tampak tak mempunyai daya.Selama berpuluh-puluh tahun menjadi mami Adnan, Diah tak pernah melihat putranya seberantakan ini. Adnan adalah pribadi yang menyukai kerapian. Pria itu selalu tampil memukau dalam setiap kesempatan. Jadi ketika putranya tampak begitu kelam hingga dapat disebut acak-acakkan, Diah pun merasa jika sang putra pasti sengaja melakukannya.“Pengen banget ya semua orang tau kalau kamu udah wellow-wellow, Nan?”“Mi,” Samuel menggenyol lengan sang istri dengan ujung sikunya. Pria paruh baya itu melirik cucu perempuannya yang seketika saja menghentikan kesibukannya dalam meng
“Cinta Awas!!” teriak Adnan melengking untuk memperingatkan istrinya.Peringatan tersebut berhasil dengan Cinta yang bermanuver, menyerongkan tubuhnya menempel pada mobil yang mereka sewa untuk mengantarkan keduanya ke bandara.Wanita itu secepat kilat menormalkan posisi tubuhnya, melayangkan jari tengah lalu berteriak tak kalah melengkingnya dari Adnan.“ANJING! BISA NYETIR KAGAK? GUE BARU KAWIN, MONYET!!” makinya pada pengemudi mobil yang sama sekali tidak menghentikan laju kendaraannya padahal hampir saja menyerempet tubuh manusia lain.Di dalam mobil yang terus melaju itu, pengemudi yang tidak lain merupakan mantan kekasih Adnan menjerit kesal.Ia telah gagal mencelakai wanita yang merebut kekasihnya. Untungnya ia berhasil kabur meski aksinya tak mencecap rasa manis— setidaknya, itulah yang Arabela pikirkan.Namun apakah semudah itu pelaku kejahatan dimuka umum bisa meloloskan diri?Tentu saja tidak Suketi!Memangnya selemah itu keamanan sebuah hotel terkemuka di Indonesia? Terleb
“Loh, Den Adnan!” pekik kekagetan mengudara dari mulut Pak Asep— Satpam rumah Adnan. Pria berseragam sekuriti itu kaget melihat sosok anak majikan, yang katanya tengah pergi berbulan madu, duduk dengan wajah kuyu didalam sebuah mobil yang dirinya pikir membawa tamu dari salah satu majikannya.“Nanti minta tolong turunkan koper ya, Pak.”“Siap, Den.” Sahut Pak Asep, menerima perintah sang majikan. Pria itu tak bertanya lebih jauh meski kepalanya diliputi dengan tanda tanya yang cukup besar.Pak Asep lantas membukakan gerbang kediaman Wiyoko. Ia lalu memberikan kabar pada pekerja di dalam rumah, menginformasikan jika tuan muda mereka tiba dan meminta beberapa orang untuk keluar, membantu anak majikan mereka untuk menurunkan barang-barang bawaannya.Informasi terkait pulangnya Adnan pun sampai ditelinga Diah dengan cepatnya. Perempuan yang kembali mengistirahatkan diri usai sekembalinya mereka dari hotel itu, berlari tergopoh-gopoh menghampiri anak serta menantunya.“Loh, loh, loh! ini m
“Ya, ya?”Adnan menaik-turunkan alisnya. Pria itu sekuat tenaga menahan tawa kala melihat wajah istrinya yang memberengut. Tampaknya Cinta kesal sekaligus merasa jijik dalam waktu yang bersamaan.“Kita indehoy, skidi..”“Stop!” jerit Cinta sembari mengangkat tangannya, menutup kedua lubang telinganya agar tak semakin ternoda oleh kata-kata alay Adnan. “Aku jijik Mas, aku jijik!” gidiknya dengan tubuh menggeliat.Jika ia tidak salah ingat, suaminya itu menempuh dua pendidikan terakhirnya di luar negeri, anehnya, gaya bicaranya justru mengindikasikan jika dia lama berdiam di Jonggol.Adgf sekali! At least ngomongnya making love lah!, or have a sex juga bisa! ini malah indehoy!‘Fuck! Kelakuan dia yang begini kok nggak keliatan sewaktu kita belom kawin sih?’ batin Cinta, mengomel. Kalau saja ia tahu perilaku Adnan tidak sesempurna pahatan wajahnya, ia pasti tak mencintai pria itu secara ugal-ugalan. Setidaknya mengagumi saja sudah cukup, tidak dengan mencintai seperti orang gila anyaran.
Usai kegaduhan yang Adnan sebabkan, pria itu kemudian mengunduh hasil dari perilaku tak berotaknya. Ia tak dapat menghindari olok-olokan sang mami, lengkap dengan Cinta yang ikut mengomel, memarahi Adnan dan mulut bocornya yang dinilai sangat tidak tahu malu. “Tau nih kamu, Nan. Kayak perjaka kebelet kawin aja,” imbuh sang papi menambahi. Bukan rahasia umum jika gaya berpacaran Adnan dengan mantan kekasihnya dulu sangatlah jauh dari kata aman. Pria itu bahkan sampai menghadiahkan unit apartemen untuk mereka tinggali bersama. Yah, meski Adnan sendiri tak sering menginap disana, tetap saja hunian itu tidak mungkin hanya digunakan untuk tidur saja. Samuel tak sebodoh itu sampai berpikir keduanya bermain monopoli saat malam tiba.“Bukan begitu, Pi.” Adnan mencoba untuk membela diri— sayangnya, pertanyaan polos keponakan perempuannya memotong kalimat pembelaan yang hendak terlontar dari mulutnya, berikut dengan Samuel yang juga langsung mengulum bibirnya rapat.“Kawin itu apa Mami? Sejen
Oh, demi dewa! Adnan sungguh tidak bisa melupakan aktivitas panas mereka semalam. Malam pertama itu berjalan baik walau dibuka dengan kesalahpahaman yang hampir saja membuat kegiatan tersebut kembali tertunda untuk kesekian kalinya. Malam menakjubkan itu akhirnya terjadi, bahkan terulang sampai berkali-kali.Ah, dari mana Adnan harus menceritakannya? Setiap langkah yang mereka lalui benar-benar momen indah yang tidak dapat dirinya lupakan. Setiap detiknya sangat mendebarkan, melambungkan perasaan yang sulit sekali untuk bisa dideskripsikan.Singkatnya.. Semalam dirinya seperti seorang perjaka anyaran kala berhasil memasuki lembar surgawi milik Cinta.Ya, ya! Kutuklah Adnan sesuka hati kalian, karena pada nyatanya, pria itu nyatanya adalah bajingan beruntung yang beristrikan seorang gadis perawan.Adnan akui jika responnya terhadap malam pertama mereka sangatlah berlebihan untuk diceritakan dalam sudut pandangannya selaku barang bekas. Namun ia tidak mengada-ngada, apalagi membumbui p
Aduan yang sempat membekukan tubuh kedua mertuanya pun berakhir dengan diberikannya hukuman kepada si tersangka penganiayaan.Diah selaku ibu mertua terbaik sedunia pun menjatuhkan hukuman, yang tentu saja diambil setelah dirinya mengirimkan sinyal kerjasama melalui kerlingan matanya kepada sang putra.“Sakit?” tanya Cinta sembari membelai punggung Adnan.Kesempatan untuk bermanja pun tidak Adnan lewatkan keberadaannya. Pria itu mengangguk lalu memupus jarak diantara keduanya. Tak berhenti disana, Adnan juga mencari posisi ternyamannya dengan menyandarkan kepalanya pada bahu sang istri.“Kolokan banget. Mami nggak all out padahal mukulnya.” Cibir Diah yang tahu jika perilaku putranya saat ini hanyalah akal-akalan belaka supaya menantunya mengasihani anak itu.Adnan menghela napas.Maminya ini! Sudah dibantu keluar dari kecanggungan, eh, malah menyerang penyelamatnya. Tidakkah dia tahu bahwa sebagai ibu dan anak, mereka harus saling memberi dukungan satu sama lain. Terlebih jika itu me