Home / Romansa / MARRY ME, OM DUDA! / 05 • interview

Share

05 • interview

Author: Wawaland
last update Last Updated: 2023-11-22 23:02:52

Pagi ini di kediaman Bimantara terlihat begitu ramai karena ada si kembar yang ikut duduk sarapan bersama mereka di meja makan. Cakra membantu Raja memotong sandwich isi omelette kesukaannya. Sedangkan Nilam menyuapi Ratu yang lebih memilih nasi goreng sebagai menu sarapan paginya.

"Kak Nai udah bangun belum sih?" Tanya Nilam. Raja mengangguk, "Udah kok, Oma. Habis mandiin Ratu baru Kakak Nai yang mandi." Jawabnya tenang.

"Aku liatin Kak Nai dulu ya, Oma." Usul Ratu langsung kabur menuju lantai atas sebelum mendengar jawaban dari Nilam.

Nilam hanya menggelengkan kepalanya pelan. Cakra menyesap kopi hitam panas miliknya, "Papa suka banget kalau rame gini, Ma."

"Nggak ada si kembar aja rumah kita udah rame, Pa."

"Bener juga sih."

Ratu membuka pintu kamar lalu menyengir ketika melihat Naileen sedang berdandan di depan meja rias. Bocah berusia 4 tahun itu mendekati Naileen.

"Lho? Ratu udah sarapan?"

Ratu mengangguk, "Lagi disuapin Oma. Tapi aku naik karena mau liat Kak Nai udah selesai mandi atau tidur lagi." Jawabnya polos.

Naileen yang tadinya sedang memakai maskara langsung tertawa. Tangannya spontan menjauh agar matanya tidak tercolok sendiri. Dia mencubit pipi Ratu gemas, "Masa Kakak tidur lagi? Hari ini kan Kakak juga ke sekolah kalian."

"Ngapain? Anter kita?"

"Bukan," geleng Naileen. Dia kembali merias dirinya yang hampir selesai. "Hari ini aku ada interview buat jadi guru di sekolah Ratu. Kamu kok lupa sih. Jadi, kalian berangkat lebih pagian nggak apa ya?"

"Guru di sekolah kita?!" Ulang Ratu antusias.

"Iyaaaaa." Balas Naileen gregetan.

Ratu bersorak riang. Bahkan dia sudah memeluk Naileen dari samping. Beruntung gadis itu sudah selesai memakai riasan area matanya. Naileen membalas pelukan Ratu sebentar lalu melepaskan pelukan mereka. Dia merapihkan rambut lurus Ratu yang terurai lembut dengan hiasan bandul pink berbentuk hati.

"Yuk turun."

Ratu mengangguk. Dia menggandeng tangan Naileen menuju ruang makan. Naileen mengecup pipi kedua orangtuanya bergantian, "Morning, Ma, Pa."

"Morning, sayang."

"Morning, baby. Gimana tidurnya semalam? Nyenyak?" Tanya Cakra lembut. Naileen mengangguk, "Nyenyak banget, Pa. Semalam si kembar tidurnya cepet kok." Jawabnya sambil mengoles roti tawarnya.

"Hari ini mau Papa antar atau bawa mobil sendiri?"

"Bawa mobil sendiri aja, Pa."

"Yakin kamu bisa?" Tanya Nilam. "Kamu bawa dua bocil ini lho." Sambungnya mengingatkan putri tunggalnya. Naileen meringis pelan. Dia mengunyah rotinya dulu lalu mengacungkan jempol tangannya, "Mama tenang aja. Aku pro kok, kemarin alesan aja karena males bawa mobil."

"Cih, padahal noob."

"Sok jago banget. Inget umur."

"Umur boleh tua, tapi masalah jiwa, jangan salah!"

"Sudah sudah. Biarin aja Nai bawa mobil sendiri, sayang. Lagian dia jago kok, lihat aja cara dia bawa motor." Ujar Cakra mencoba melerai keduanya sebelum semakin berisik. Nilam mendengus, "Motor sama mobil kan beda, Pa. Bisa aja dia nyelap-nyelip, lupa kalo lagi bawa mobil."

"Aku nggak sepikun itu ya, Ma!"

"Iya deh."

Setelah menghabiskan sarapan paginya, Naileen bersama dua kerucilnya pun berpamitan untuk pergi ke sekolah. Nilam dan Cakra mengantar anak mereka sampai di teras depan rumah. Layaknya kakek dan nenek kandung, Nilam dan Cakra mengingatkan bekal makan Raja dan Ratu dan memberikan jajan di tas sekolah. Apalagi mereka juga memberi pelukan dan ciuman.

"Daaah, Oma, Opa!!"

"Dadaaah!!!"

Nilam dan Cakra terkekeh sambil membalas lambaian tangan si kembar. Begitu mobil milik Naileen meninggalkan halaman rumah, keduanya masuk kembali ke dalam rumah.

"Gemesin banget sih. Aku jadi mau mereka tinggal disini terus aja, Mas."

"Mas setuju. Tapi nggak mungkin juga, sayang."

Nilam mengangguk lesu.

•••

Naileen turun dari mobil diikuti dengan Raja dan Ratu. Satpam yang menjaga di lobi sekolah tersenyum sopan, "Good Morning."

"Morning~"

"Lho, Raja tumben berangkat pagi sekali?"

Raja mengangguk sambil membusungkan dada bangga, "Aku nemenin Kak Nai– ups, Miss Naileen interview."

Naileen meringis pelan. Dia sedikit malu karena ketahuan belum menjadi guru di sekolah ini. Satpam dengan name tag Jiwa itu tersenyum.

"Begitu? Semangat, Miss! I know you can do it. Just took a deep breath."

"Thank you. Kalau gitu saya ke ruangan guru dulu ya, Pak."

"Siap, Miss Naileen."

Naileen menggandeng tangan Raja dan Ratu. Tentu saja, sebelum mengurusi interviewnya, dia mengantar si kembar menuju kelas mereka terlebih dahulu. 

Bibirnya berdecak kagum melihat betapa indah kelas si kembar ini. Tak hanya hiasan dan wallpaper dinding yang estetik sekaligus fun, mereka juga menempel hasil karya anak-anak yang terbaru di mading pojok kelas. Apalagi di bagian pojok baca terdapat bantal-bantal besar yang terlihat sangat nyaman untuk menemani membaca sebuah buku.

"Raja, Ratu, Kakak ke ruangan guru dulu ya. Kalian nunggu disini atau di taman bermain nggak papa yaaa."

"Iya, Kak Naiii!!! Tenang aja."

"Kak Nai semangat ya. Kalau lolos nanti beliin aku mac n cheese yang large pas nonton!"

Naileen terkekeh pelan. Kepalanya mengangguk sambil mengacungkan jempolnya, "Siaappp!"

Naileen melangkahkan kakinya menuju ruang guru. Meski dalam hati dia sudah berkomat-kamit memohon bantuan pada yang Maha Kuasa, tetap saja rasanya perutnya mulas bukan main. Apalagi jantungnya seperti diajak berdisko.

Sebelum masuk ke dalam ruangan, dia berhenti di depan pintu untuk menarik nafas dalam-dalam dan menyiapkan dirinya. Begitu dia mengetuk pintu dan mendengar suara seseorang yang mempersilahkannya masuk, Naileen berdehem pelan. Dia tersenyum sopan, "Permisi, Miss. Saya Naileen," angguk Naileen lalu menjabat tangan dua guru disana bergantian. "Saya yang akan interview dan microteaching hari ini."

"Oohhh iya, silahkan duduk dulu. Miss Xelina masih diperjalanan, sebentar lagi sampai kok."

"Terima kasih, Miss."

"Mau kopi atau teh mungkin? Sekalian saya mau buat juga."

Naileen menggeleng, "Nggak, Miss. Makasih sudah menawarkan." Guru berambut pendek itu pun tersenyum sambil mengangguk lalu keluar dari ruang guru.

Naileen menghembuskan nafasnya panjang. Dalam hati menyemangati dirinya sendiri sebelum dia masuk ke dalam ruangan kepala sekolah. 

"Miss Naileen,"

"Ya, Miss?"

Seorang guru lainnya yang tadinya sibuk mengerjakan sesuatu di mejanya datang menghampiri. Dia mengulurkan tangannya, "Saya Miss Jema."

"Salam kenal, Miss."

Miss Jema tersenyum manis. Dia duduk di sebelah Naileen, "Umur kamu sekarang berapa, Miss?"

"21 tahun, Miss."

"Wow, masih muda banget ya."

Naileen terkekeh pelan, "Miss Jema juga awet muda banget." Puji Naileen dengan tulus. Miss Jema mendengus, "Kamu ini bisa aja. Berarti baru kelar wisudaan ya?"

"Bener, Miss. Alhamdulillah lulus lebih cepet terus ngelamar disini."

"Sebelumnya udah ada pengalaman mengajar?"

"Waktu kuliah kemarin aku sempet ngajar setahun di salah satu sekolah swasta."

"Kenapa nggak lanjut disana?" Tanya Miss Jema bingung. Naileen tersenyum, "Ternyata kurang cocok aja, Miss, sama kepalanya. Sebenernya lingkungan kerja antar sesama guru ya nyaman-nyaman aja." Jawabnya. 

Miss Jema mengangguk mengerti. Dia menepuk tangan Naileen dua kali, "Kamu semangat ya interviewnya. Untuk bahan ajar microteaching gimana?"

"Sudah aku siapin semuanya, Miss."

"Good for you and bless you, Miss Naileen. Saya yakin banget kamu pasti bakal diterima di sekolah kami."

"Miss ini bisa saja."

"Saya serius lho," Miss Jema tersenyum. "Dari semua kualifikasi yang dibutuhkan untuk menjadi tenaga pendidik di sekolah ini, kamu bener-bener cocok, Miss. Saya yakin Miss Xelina bakalan nerima kamu."

"Thank you for your support, Miss. Ini berarti banget sampe buat rasa percaya diri saya naik." 

Miss Jema tersenyum lalu bangkit dari duduknya, "Kalau gitu saya ke dapur dulu ya. Mata ini butuh kafein supaya nggak ngantuk."

"Siap, Miss." Kekeh Naileen.

Naileen menghembuskan nafasnya. Setelah mengobrol sebentar bersama Miss Jema, rasanya hati Naileen membaik. Bahkan rasa mulas diperutnya sudah hilang. 

"Memang support system tuh wajib banget ya? Duh, Om Duda, siap-siap kukejar cintamu, Om!" 

Sekitar kurang lebih lima belas menit, Miss Xelina selaku kepala sekolah Skyland Kindergarten sampai di sekolah. Tanpa banyak basa-basi, wanita berusia 40-an itu mempersilahkan Naileen masuk ke dalam ruangannya untuk wawancara sebelum akhirnya melakukan microteaching di salah satu ruang yang akan dinilai oleh beberapa guru senior.

Miss Xeline tersenyum hangat, "Untuk interview sudah selesai ya, Miss. Silahkan menuju aula untuk microteaching di depan beberapa guru senior. Dan untuk hasilnya akan keluar hari ini juga ya, Miss. Paling lambat pengumuman sore hari ini."

Naileen mengangguk sopan. Sebelum beranjak dari tempatnya, Naileen memberanikan diri untuk bertanya, "Maaf, Miss, untuk pengumumannya baik lolos ataupun tidak tetap diberitahu kan, Miss?"

"Tentu saja. Kami akan langsung mengirim surat pernyataan ke email Miss Naileen."

"Okay, Miss. Terima kasih banyak."

Related chapters

  • MARRY ME, OM DUDA!   00 • brak!

    "AAAA PAPIII!!!" BRAKKK!!!Naileen terjatuh dari motornya ketika dia menarik rem mendadak. Dia meringis kesakitan sambil mendirikan motornya kembali. Matanya membulat ketika melihat sepasang anak kecil terjatuh tak jauh darinya. Matanya menyipit sebentar untuk memfokuskan pandangannya. Begitu sadar, dia langsung menghampiri mereka."Raja? Ratu?" Naileen membantu menarik sepeda berwarna merah yang meniban tubuh bocah lucu dengan rambut tebal berwarna cokelat itu. "Kamu nggak papa?" Tanya Naileen berjongkok di depan Raja yang sudah terduduk sambil menekuk lututnya yang terluka. Di sebelahnya, Ratu masih menangis kencang dengan lengan yang lecet karena tergores. Naileen mengangkat Ratu ke pangkuannya, "Nggak papa, Ratu... jangan nangis. Sakit banget ya?"Ratu menggeleng, "Abang kasihan."Naileen menganga sebentar lalu berdehem, "Ssstt, jangan nangis lagi. Raja aja kuat tuh nggak nangis, iya kan?""Bener, Ratu. Jangan nangis. Masa gitu aja cengeng, kalau nangis nanti kita nggak boleh m

    Last Updated : 2023-10-29
  • MARRY ME, OM DUDA!   01 • Dag dig dug.

    Naileen mengerang pelan saat suara alarm ponselnya berdering. Dengan malas dia membuka matanya lalu duduk di tepi kasur. Setelah melakukan beberapa peregangan kecil, dia segera masuk ke dalam kamar mandi. Tak lupa dia menyalakan bluetooth speaker di kamarnya untuk menemaninya berendam di dalam bath-up. Suara lembut member EXO itu memenuhi seisi kamar mandi. Sambil memainkan busa di dalam bath-up, bibirnya ikut bersenandung dalam musik. "Hah... bubur depan supermarket atau smoothie aja ya?" Gumam Naileen memikirkan sarapannya pagi ini. Ditengah-tengah ketentraman yang dia rasakan, di rumah sebelahnya malah heboh tak karuan karena teriakan Ratu. Teriakan gadis kecil itu sukses membangunkan seisi rumah yang masih terlelap pulas, tadinya. Dewa berlari menuju kamar anaknya dengan raut wajah cemas. Namun, saat masuk ke dalam kamar, bukannya sang anak yang membuatnya cemas malah keadaan kamar yang membuatnya ingin mengumpat. Keadaan kamar begitu sangat berantakan. Ditambah dua anaknya

    Last Updated : 2023-10-29
  • MARRY ME, OM DUDA!   02 • our first call

    "Wajib sarapan, antar sekolah kalau Om Dewa harus berangkat lebih pagi, pulang sekolah dijemput setengah jam lebih awal ..." Naileen menyebutkan semua keseharian Sus Tari ketika mengasuh si kembar. Dia menahan helaan nafas beratnya agar tidak terlihat sangat terkejut dengan list di tangannya. "... tidur jam sembilan malam, perhatian rutinitas sebelum tidur seperti cuci muka, gosok gigi, dan dibacakan buku dongeng.""Maaf banget, Nai. Kelihatannya banyak banget dan bikin lelah. Tapi kamu tenang aja, si kembar itu nggak nakal kok. Mereka gampang dinasihatin dan nurut. Nggak akan selelah kelihatannya." Ringis Sus Tari sebentar.Naileen mengangguk, "Okay, Sus. Santai aja. Kalo aku kesusahan, ada Mama kok. Aku yakin Mama mau bantu, apalagi Mama suka banget sama si kembar."Sus Tari tersenyum lega. Keduanya berdiri saat mendengar bunyi klakson mobil. Sus Tari memeluk Naileen erat saat keduanya berdiri di samping mobil rental yang sudah dipesankan oleh Dewa beserta supirnya. "Sekali lagi ak

    Last Updated : 2023-10-29
  • MARRY ME, OM DUDA!   03 • momong

    Disaat hampir semua teman perempuannya tidak bisa membaca google maps, Naileen benar-benar bisa membacanya. Bukan karena dia pintar dan ingin tahu. Tetapi, rasa takutnya melebihi rasa ingin tahunya akan jalan. Nilam mungkin ibu yang sabar dengan kelakuan Naileen. Tapi tidak dengan cara gadis itu membaca maps saat pertama kali saat mereka berencana ke Madiun yang membuat mereka bablas sampai Surabaya karena tidak berbelok. Salah siapa? Tentu saja Naileen. Sejak saat itu, dia bertekad untuk bisa membaca maps agar ibunya tidak berubah menjadi nenek lampir yang sangat jahat yang menguasai semua ilmu sihir hitam di dunia ini. Okay, itu terlalu hiperbola. Tetapi kemarahan dan kekesalan Nilam saat itu benar-benar membuat Naileen tak bisa berkutik sama sekali. Bahkan Cakra yang tadinya beristirahat di bangku tengah langsung terbangun dengan wajah bodohnya."Ma, kayaknya bener deh disini.""Iya. Bentar, ada satpamnya. Kok glowing banget kayak bodyguard."Mobil mereka berhenti di gerbang peme

    Last Updated : 2023-10-29
  • MARRY ME, OM DUDA!   04 • sleep over

    Naileen memotret beberapa gambar Raja dan Ratu yang asyik bermain gelembung di taman komplek bersama anak-anak seumurannya. Nilam di sebelahnya tampak santai berjemur di atas karpet yang mereka bawa."Ma, ini matahari sore, bukan pagi.""So what? I love this."Naileen memutar bolamatanya, "Ma, jadi seorang ibu itu berat nggak sih?" Tanya Naileen tiba-tiba. Nilam melirik anaknya sekilas lalu berdehem, "Mudah aja sebenernya. Tapi karena Mama dapet anaknya modelan kamu, itu susah banget.""Dih?""Petakilan, boros, pundungan. Susah banget disuruh beberes rumah.""Jahat banget."Nilam terkekeh pelan, "Nai, menjadi orangtua itu nggak semudah yang dipikirin kebanyakan kaum muda-mudi. Tapi juga nggak sesusah yang kalian bayangin. Ada saatnya kalian bahagia banget, ada saatnya juga kalian sedih, stres, bahkan marah," Nilam merubah posisinya menjadi miring sambil menatap anak tunggalnya. "Semua fase hidup ini kan selalu beragam macam perasaan. Entah saat kamu jadi seorang anak, remaja, dewasa,

    Last Updated : 2023-10-29

Latest chapter

  • MARRY ME, OM DUDA!   05 • interview

    Pagi ini di kediaman Bimantara terlihat begitu ramai karena ada si kembar yang ikut duduk sarapan bersama mereka di meja makan. Cakra membantu Raja memotong sandwich isi omelette kesukaannya. Sedangkan Nilam menyuapi Ratu yang lebih memilih nasi goreng sebagai menu sarapan paginya."Kak Nai udah bangun belum sih?" Tanya Nilam. Raja mengangguk, "Udah kok, Oma. Habis mandiin Ratu baru Kakak Nai yang mandi." Jawabnya tenang."Aku liatin Kak Nai dulu ya, Oma." Usul Ratu langsung kabur menuju lantai atas sebelum mendengar jawaban dari Nilam.Nilam hanya menggelengkan kepalanya pelan. Cakra menyesap kopi hitam panas miliknya, "Papa suka banget kalau rame gini, Ma.""Nggak ada si kembar aja rumah kita udah rame, Pa.""Bener juga sih."Ratu membuka pintu kamar lalu menyengir ketika melihat Naileen sedang berdandan di depan meja rias. Bocah berusia 4 tahun itu mendekati Naileen."Lho? Ratu udah sarapan?"Ratu mengangguk, "Lagi disuapin Oma. Tapi aku naik karena mau liat Kak Nai udah selesai ma

  • MARRY ME, OM DUDA!   04 • sleep over

    Naileen memotret beberapa gambar Raja dan Ratu yang asyik bermain gelembung di taman komplek bersama anak-anak seumurannya. Nilam di sebelahnya tampak santai berjemur di atas karpet yang mereka bawa."Ma, ini matahari sore, bukan pagi.""So what? I love this."Naileen memutar bolamatanya, "Ma, jadi seorang ibu itu berat nggak sih?" Tanya Naileen tiba-tiba. Nilam melirik anaknya sekilas lalu berdehem, "Mudah aja sebenernya. Tapi karena Mama dapet anaknya modelan kamu, itu susah banget.""Dih?""Petakilan, boros, pundungan. Susah banget disuruh beberes rumah.""Jahat banget."Nilam terkekeh pelan, "Nai, menjadi orangtua itu nggak semudah yang dipikirin kebanyakan kaum muda-mudi. Tapi juga nggak sesusah yang kalian bayangin. Ada saatnya kalian bahagia banget, ada saatnya juga kalian sedih, stres, bahkan marah," Nilam merubah posisinya menjadi miring sambil menatap anak tunggalnya. "Semua fase hidup ini kan selalu beragam macam perasaan. Entah saat kamu jadi seorang anak, remaja, dewasa,

  • MARRY ME, OM DUDA!   03 • momong

    Disaat hampir semua teman perempuannya tidak bisa membaca google maps, Naileen benar-benar bisa membacanya. Bukan karena dia pintar dan ingin tahu. Tetapi, rasa takutnya melebihi rasa ingin tahunya akan jalan. Nilam mungkin ibu yang sabar dengan kelakuan Naileen. Tapi tidak dengan cara gadis itu membaca maps saat pertama kali saat mereka berencana ke Madiun yang membuat mereka bablas sampai Surabaya karena tidak berbelok. Salah siapa? Tentu saja Naileen. Sejak saat itu, dia bertekad untuk bisa membaca maps agar ibunya tidak berubah menjadi nenek lampir yang sangat jahat yang menguasai semua ilmu sihir hitam di dunia ini. Okay, itu terlalu hiperbola. Tetapi kemarahan dan kekesalan Nilam saat itu benar-benar membuat Naileen tak bisa berkutik sama sekali. Bahkan Cakra yang tadinya beristirahat di bangku tengah langsung terbangun dengan wajah bodohnya."Ma, kayaknya bener deh disini.""Iya. Bentar, ada satpamnya. Kok glowing banget kayak bodyguard."Mobil mereka berhenti di gerbang peme

  • MARRY ME, OM DUDA!   02 • our first call

    "Wajib sarapan, antar sekolah kalau Om Dewa harus berangkat lebih pagi, pulang sekolah dijemput setengah jam lebih awal ..." Naileen menyebutkan semua keseharian Sus Tari ketika mengasuh si kembar. Dia menahan helaan nafas beratnya agar tidak terlihat sangat terkejut dengan list di tangannya. "... tidur jam sembilan malam, perhatian rutinitas sebelum tidur seperti cuci muka, gosok gigi, dan dibacakan buku dongeng.""Maaf banget, Nai. Kelihatannya banyak banget dan bikin lelah. Tapi kamu tenang aja, si kembar itu nggak nakal kok. Mereka gampang dinasihatin dan nurut. Nggak akan selelah kelihatannya." Ringis Sus Tari sebentar.Naileen mengangguk, "Okay, Sus. Santai aja. Kalo aku kesusahan, ada Mama kok. Aku yakin Mama mau bantu, apalagi Mama suka banget sama si kembar."Sus Tari tersenyum lega. Keduanya berdiri saat mendengar bunyi klakson mobil. Sus Tari memeluk Naileen erat saat keduanya berdiri di samping mobil rental yang sudah dipesankan oleh Dewa beserta supirnya. "Sekali lagi ak

  • MARRY ME, OM DUDA!   01 • Dag dig dug.

    Naileen mengerang pelan saat suara alarm ponselnya berdering. Dengan malas dia membuka matanya lalu duduk di tepi kasur. Setelah melakukan beberapa peregangan kecil, dia segera masuk ke dalam kamar mandi. Tak lupa dia menyalakan bluetooth speaker di kamarnya untuk menemaninya berendam di dalam bath-up. Suara lembut member EXO itu memenuhi seisi kamar mandi. Sambil memainkan busa di dalam bath-up, bibirnya ikut bersenandung dalam musik. "Hah... bubur depan supermarket atau smoothie aja ya?" Gumam Naileen memikirkan sarapannya pagi ini. Ditengah-tengah ketentraman yang dia rasakan, di rumah sebelahnya malah heboh tak karuan karena teriakan Ratu. Teriakan gadis kecil itu sukses membangunkan seisi rumah yang masih terlelap pulas, tadinya. Dewa berlari menuju kamar anaknya dengan raut wajah cemas. Namun, saat masuk ke dalam kamar, bukannya sang anak yang membuatnya cemas malah keadaan kamar yang membuatnya ingin mengumpat. Keadaan kamar begitu sangat berantakan. Ditambah dua anaknya

  • MARRY ME, OM DUDA!   00 • brak!

    "AAAA PAPIII!!!" BRAKKK!!!Naileen terjatuh dari motornya ketika dia menarik rem mendadak. Dia meringis kesakitan sambil mendirikan motornya kembali. Matanya membulat ketika melihat sepasang anak kecil terjatuh tak jauh darinya. Matanya menyipit sebentar untuk memfokuskan pandangannya. Begitu sadar, dia langsung menghampiri mereka."Raja? Ratu?" Naileen membantu menarik sepeda berwarna merah yang meniban tubuh bocah lucu dengan rambut tebal berwarna cokelat itu. "Kamu nggak papa?" Tanya Naileen berjongkok di depan Raja yang sudah terduduk sambil menekuk lututnya yang terluka. Di sebelahnya, Ratu masih menangis kencang dengan lengan yang lecet karena tergores. Naileen mengangkat Ratu ke pangkuannya, "Nggak papa, Ratu... jangan nangis. Sakit banget ya?"Ratu menggeleng, "Abang kasihan."Naileen menganga sebentar lalu berdehem, "Ssstt, jangan nangis lagi. Raja aja kuat tuh nggak nangis, iya kan?""Bener, Ratu. Jangan nangis. Masa gitu aja cengeng, kalau nangis nanti kita nggak boleh m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status