Share

PART 4

Penulis: Reinee
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dan benar saja, beberapa menit kemudian staf Tata Usaha yang naik ke lantai atas memberitahu bahwa ada seorang wali murid yang ingin menemuinya. Alea pun bergegas ke meja piket, menitipkan tugas untuk kelas berikutnya.

.

.

.

Di ruang tamu, ruang yang biasa digunakan para guru menemui para orang tua atau wali murid untuk membicarakan masalah yang agak privasi, pemuda tadi telah duduk menunggunya.

Dengan sedikit canggung Alea menjabat tangan, bersikap seolah dia belum pernah bertemu dengan pemuda itu sebelumnya.

Pemuda itu pun menyambut uluran tangan Alea sembari bangkit dari duduknya.

Beberapa detik di ruangan itu, barulah Alea memperhatikan dengan seksama sosok tamunya. Seorang pemuda yang ditaksirnya berusia sekitar 25 tahun, atau mungkin kurang. Dengan postur tinggi tegap, bahkan sepertinya lebih tinggi dari suaminya. Penampilannya yang kekinian dengan wajah tak kalah dengan artis-artis jaman sekarang. Dari garis wajahnya memang sangat mirip dengan Olivia. Mungkin memang benar pemuda di depannya adalah kakak dari anak itu, pikir Alea.

"Apa yang bisa saya bantu?" tanya Alea kemudian dengan nada formal. Tentu saja dia harus menjaga imej nya sebagai seorang pendidik yang berwibawa.

"Sebelumnya maaf jika kedatangan saya mengganggu Anda, Bu Alea," ujar pemuda itu.

Untuk ukuran penampilannya yang terlalu santai, blue jeans dipadu dengan t-shirt warna biru laut dan sneaker warna senada, datang ke tempat formal seperti ini, Alea pikir gaya bicara pemuda itu lumayan sopan. Sejenak Alea bahkan merasa telah salah menilai kelakuannya saat bertemu pertama kali dengan dirinya tadi di tangga.

"Saya datang ingin membahas soal adik saya. Oya, perkenalkan nama saya Aaron."

Alea hanya mengangguk saat pemuda itu memperkenalkan diri.

"Sebenarnya saya bukan wali kelas adik anda, tapi silahkan bicara saja. Saya sudah siap mendengarkan," ucap Alea berusaha terlihat tegas. Sejujurnya Alea sedikit terganggu dengan cara berbicara pemuda itu yang sopan. Mungkin akan lebih mudah bagi Alea untuk bersikap masa bodoh jika Aaron bersikap kasar saja. Itu akan membuat Alea punya alasan untuk tak berurusan dengannya.

"Adik saya hamil, Bu." Aaron menatap tepat ke manik mata Alea saat mengatakan kalimat itu. Sejenak membuat Alea tak percaya bahwa pemuda itu bisa berkata sedemikian lugasnya. "Dan ... maafkan saya, karena ... suami Ibu yang seharusnya bertanggung jawab untuk itu," lanjut pemuda itu.

Sebenarnya Alea sudah bersiap dengan kemungkinan terburuk dari pertemuannya dengan kakak dari Olivia itu. Namun tetap saja, kalimat frontal barusan tak ayal membuat jantung Alea nyaris berhenti berdetak.

"Kenapa Anda begitu yakin kalau suami saya yang harus bertanggung jawab untuk kehamilan adik Anda?" Ego Alea menyembul tiba-tiba. Bukan untuk membela suaminya, namun lebih pada keinginannya untuk mempertahankan harga diri, mempertahankan rumah tangganya, jika bisa.

"Mungkin ibu belum tahu, kalau sebelum menikah dengan ibu, adik saya memiliki hubungan dengan suami ibu," ujar Aaron datar.

"Tapi itu bukan berarti bayi yang dikandung adik anda adalah anak dari suami saya kan?" ucap Alea setengah berbisik. Sepertinya dia masih belum ingin seisi sekolah mengetahui permasalaham yang sedang menimpanya.

"Saya sangat mengenal adik saya. Bertahun-tahun kami hidup bersama. Saya hafal betul sifat-sifatnya. Saya bisa pastikan dia bukan tipe anak yang suka berkata bohong." Kalimat itu menampar keras ego Alea. Namun tetap saja wanita itu masih ingin mempertahankan diri.

"Kalau Anda merasa mengenal adik Anda, kenapa sampai terjadi hal seperti ini? Kenapa Anda tidak bisa mendidiknya untuk bergaul dengan lebih baik?" Nada bicaranya mulai bersungut hingga membuat Aaron nampak menggelengkan kepalanya dengan senyum aneh. Sepertinya dia mulai putus asa dengan kekerasan hati Alea.

"Oke, untuk hal itu saya akui saya salah. Tapi jujur saja saya tidak bisa mengawasinya 24 jam penuh."

Sebenarnya bukan urusan Alea apakah pemuda di depannya ini bekerja atau tidak. Namun yang menggelitik, setahu Alea anak didiknya yang bernama Olivia itu adalah anak dari seorang pengusaha kaya raya di daerah itu. Itulah kenapa Olivia bisa masuk dengan mudahnya ke sekolah tempatnya bekerja, padahal laporan pendidikan Olivia untuk pelajaran selain bahasa Inggris sungguh sangat memprihatinkan di sekolahnya yang lama. Bahkan konon kabarnya, Olivia dikeluarkan dari sekolah sebelumnya karena beberapa kali ribut dengan teman-temannya.

"Lalu sekarang apa yang kalian inginkan dari saya?" Pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan. Tapi entah kenapa meluncur begitu saja dari mulut Alea.

"Sepertinya sudah sangat jelas bahwa kami hanya ingin pertanggung jawaban dari suami ibu."

"Bagi saya ini bukan masalah sepele. Lalu kenapa bukan orang tua kalian yang datang untuk menemui saya? Kenapa bukan mereka yang datang ke sekolah untuk menyelesaikan masalah ini?" tantang Alea setelah beberapa saat terdiam.

"Orangtua kami sudah meninggal. Dan saat ini saya lah yang bertanggung jawab atas adik saya, Bu."

Terluka, tentu saja, mengetahui lebih jelas bahwa suaminya memang benar telah menghamili wanita lain. Namun perbincangan kali ini justru lebih menyakiti Alea dari pada saat dirinya melihat Genta berpelukan dengan Olivia di hari sebelumnya.

Kalimat demi kalimat yang disampaikan pemuda di hadapannya ini seolah ingin mengatakan padanya bahwa dirinya sudah tak mungkin lagi mempertahankan bahtera rumah tangga seumur jagung itu dengan Genta. Dengan kenyataan yang ada, tentu saja suaminya harus segera menceraikannya demi untuk bisa segera menikahi wanita yang dia hamili itu. Kecuali jika Lea mau dan ikhlas dimadu.

"Ingat ya, jika tuduhan Anda dan adik anda tidak terbukti, Anda bisa dituntut. Jadi tolong jangan sembarangan menuduh." Ingin rasanya Alea menyudahi pertemuan itu, namun sepertinya mulutnya masih belum bisa diajak kompromi dengan hatinya. Dia masih tetap saja berusaha mempertahankan harga diri.

Lalu karena kemudian dilihatnya pemuda itu hanya memandanginya tanpa bicara, Alea pun segera bangkit.

"Saya kira pembicaraan kita sudah selesai. Saya harus kembali mengajar," ujarnya ketus.

Namun pemuda bernama Aaron itu tak segera beranjak dari tempat duduknya. Dia justru mendongakkan kepala menatap Alea tajam seperti yang dilakukannya saat mencekal pergelangan tangan wanita itu di tangga tadi.

"Baik. Saya tau ini tidak mudah untuk Anda, Bu. Tapi saya yakin Anda cukup bijak untuk bisa melihat kebenarannya. Saya permisi."

Kali ini Aaron bangkit untuk kemudian meninggalkan ruangan tanpa melihat ke arah Alea lagi.

Andai saja tidak sedang berada di tempatnya bekerja, mungkin saat ini Alea sudah menangis dan berteriak sejadinya untuk meluapkan segala kekesalan dan kekecewaannya. Sesuatu yang dari kemarin masih ingin dianggapnya sebagai sebuah mimpi buruk belaka itu, ternyata telah menjadi kenyataan pahit yang sebentar lagi akan segera mengantarkannya pada gerbang kehancuran rumah tangganya.

'Kuat Alea, kamu harus kuat. Kamu adalah wanita kuat,' bisik suara di dalam dirinya.

Bab terkait

  • MANTAN JADI IPAR   PART 5

    "Apa semua itu benar, Genta?" Lelaki baya yang rambutnya sudah memutih semua itu terlihat sangat gusar. Wajahnya seketika memerah sesaat setelah Alea menyudahi penjelasannya yang panjang lebar. Malam itu, Alea memang sengaja memaksa Genta untuk segera berbicara dengan orangtua mereka. Alea sudah tidak sanggup lagi menahan perasaan itu sendirian. "Aku masih belum sanggup bicara pada mereka, Al. Mereka pasti akan marah besar." Begitu ucap suaminya saat Alea mengemukakan pendapatnya untuk segera membicarakan masalah itu dengan orangtua mereka. "Kamu takut orangtua kita marah, Mas? Lalu kenapa waktu itu kamu menikahiku sedangkan kamu telah berbuat tidak senonoh dengan wanita lain? Apakah itu adil buat aku?" "Seharusnya kamu tidak menjebakku dalam masalahmu. Aku sekarang benar-benar merasa telah kamu jebak, Mas. Kamu jahat, sungguh jahat!" "Al, jangan begitu. Aku sama sekali tidak tahu kalau dia ham ..." "Itu bukan alasan! Seharusnya dengan siapa kamu tidur, dengan dia lah kamu menika

  • MANTAN JADI IPAR   PART 6

    "Kamu benar-benar mau ninggalin aku, Al?" Genta menghampiri istrinya yang sedang mengemasi barang-barang ke dalam tas besarnya. "Apa lagi yang kamu harapkan dariku, Mas? Pernikahan ini sudah tak mungkin bisa dipertahankan lagi. Apa kamu masih nggak ngerti juga?" Alya menghentikan sejenak kesibukannya, menatap wajah suaminya dengan malas. "Aku akan memperbaiki semuanya, Al. Kasih aku kesempatan." Alea makin jengah menatapnya. Masih saja lelaki itu seolah tak paham dengan apa yang telah terjadi dalam rumah tangganya. Wanita itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya tanda frustasi. "Apanya yang bisa kamu perbaiki, Mas? Coba beritahu aku, apanya? Apa kamu bisa mengembalikan keadaan kita seperti sebelum ini? Sebelum aku melihat kalian berdua berpelukan di tempat sepi itu? Sebelum kamu menikahi aku? Bisa kamu, Mas? Bisa tidak?" Kali ini Alea sedikit berteriak. Tak mampu lagi dibendungnya air bening yang sedari tadi sudah sesak di kelopak matanya. Suaminya ini benar-benar keterlaluan

  • MANTAN JADI IPAR   PART 7

    Suasana di ruang guru siang itu terlihat haru. Raut kesedihan nampak di wajah-wajah para rekan kerja Alea. Bu Lukman, Bu Setya, dan bu Rika tentu jadi yang paling terpukul dengan pamitnya Alea pada hari itu. Ketiganya yang selama ini duduk di belakang bangku kerja Alea dan seringkali menghabiskan waktu makan siang bersama mendadak hanya jadi terdiam, sesekali saling pandang. "Kenapa jadi bu Lea yang harus memutuskan untuk pergi dari sekolah ini ya? Kan pak Genta yang salah," celoteh bu Rika yang terlihat paling terpukul diantara ketiganya. "Lhoh bu Rik ini gimana. Pak Genta kan memang sudah dipecat." "Iya kah? Gosip dari mana, Bu Set?" "Gimana sih? Bu Rika tuh sukanya gitu deh, nggak dengerin kalau orang lagi cerita. Jadi, kemarin itu pak Giyono memanggil bu Lea dan pak Genta. Pak Giyono sudah mengeluarkan surat pemecatan untuk pak Genta dan juga surat pengeluaran untuk si Olivia. Tapi sebenarnya pak Giyono tetap ingin bu Lea ngajar di sini kok, karena kan bu Lea memang tidak bersa

  • MANTAN JADI IPAR   PART 8

    Olivia membanting tas selempangnya sembarangan ke lantai kala dirinya memasuki rumah besar dan megah dengan pagar tinggi menjulang peninggalan orangtunya itu. Aaron yang berjalan di belakangnya sampai kaget dengan tingkah adiknya. "Bik, bikinin es kopi!" teriaknya kemudian pada salah seorang pembantu di rumah itu. Dihempaskannya tubuh ke sofa, seolah anak itu lupa bahwa saat ini ada janin yang tengah bersemayam di rahimnya. Muka manyunnya membuat Aaron sedikit kesal dengan adiknya itu. "Kamu kenapa sih, Liv?" tanya pemuda itu sembari mendudukkan dirinya di sebelah sang adik. "Kenapa sih kakak cegah aku tadi buat ngomong sama dia?" Aaron menggeser sedikit posisi duduknya lebih mendekat pada Olivia. Kemudian dengan lembut memegang bahu adiknya dan menghadapkan tubuh ramping itu ke arahnya. "Memangnya apa yang mau kamu bicarakan dengannya?" tanya Aaron. "Aku yakin sekali Kak, pasti dia yang telah membuat Genta tidak segera menemuiku untuk minta maaf dan bertanggung jawab," gerutu ga

  • MANTAN JADI IPAR   PART 9

    Satu bulan kemudian, pengadilan akhirnya memutuskan sidang perceraian atas Alea dan Genta. Sementara Aaron yang secara diam-diam mengikuti perkembangan hubungan Genta dan Alea hanya untuk memastikan bahwa lelaki itu benar-benar akan menikahi adiknya, telah mempersiapkan acara pernikahan tertutup yang mewah di sebuah hotel berbintang di kota kecil itu. Alea sendiri masih harus berusaha keras untuk ikhlas menerima kenyataan. Dirinya pun sudah bersiap untuk segera merealisasikan rencananya meninggalkan kota kecil tercintanya menuju Jakarta. ...Mungkin sebuah kebetulan, jika hari minggu sore itu menjadi hari pernikahan Genta dan Olivia sekaligus kepergian Alea meninggalkan masa lalunya. Pak Ridwan dan Bu Ridwan yang mengantarkan kepergiannya, menatap putri semata wayang mereka yang telah duduk di kursi penumpang bis kelas bisnis sore itu. Sorot mata bu Ridwan nampak diliputi kesedihan mendalam meski melihat Alea melebarkan senyum dari atas bis yang segera akan membawanya meninggalkan

  • MANTAN JADI IPAR   PART 10

    "Iya, aku tau. Udah, kamu nggak usah khawatirin aku, Den. Insya Allah aku udah siap kok dengan segala resikonya. Doakan aja aku cepet dapet kerja ya?" "Iya pasti lah aku doakan. Mana mungkin enggak sih. Oh ya ngomong-ngomong, jadi gimana Al ceritanya? Kamu kan baru nikah sama suami kamu, siapa tuh namanya?""Genta," sahut Alea."Iya. Genta itu, baru sekitar satu bulan kan? Kok bisa sih langsung mutusin buat cerai gitu? Apa nggak bisa dibicarakan secara baik-baik masalahnya?""Gimana ya, Den. Mungkin untuk kesalahan lain aku masih bisa maafkan. Tapi ini udah sangat fatal." Alea menghentikan kalimatnya. Sesak di dadanya rasanya kembali lagi."Apa memangnya? Dia selingkuh ya?" tebak Dena. "Bukan seperti itu sih tepatnya," sanggah Alea. "Trus apa dong?" desak Dena penasaran."Dia ternyata udah sempat pacaran sama murid kami sebelum memutuskan untuk menikahiku, Den." Alea sejujurnya tak pernah ingin mengungkit cerita itu lagi. Tapi demi sahabatnya yang penasaran, dia pun akhirnya mau ber

  • MANTAN JADI IPAR   PART 11

    Usai menutup rapat koper besarnya, pemuda itu berjalan pelan ke arah jendela kamarnya. Seperti biasa, dia selalu suka memandangi kelap kelip lampu jalanan kota dari dalam kamarnya di lantai dua rumah peninggalan kedua orangtuanya itu. Beberapa detik kemudian, dia memutuskan untuk bergeser menuju balkon. Dibukanya pintu saat dirasakannya udara di dalam kamarnya tiba-tiba terasa sangat pengap, padahal AC di kamar berukuran besar itu hampir tak pernah mati saat dia sedang ada di rumah. Bertahun-tahun tinggal bersama adik perempuan satu-satunya dan para pembantu di rumah itu sejak kedua orangtua mereka meninggal karena kecelakaan sepertinya tak pernah membuatnya setidaknyaman sekarang. Meski tak ada lagi orangtua yang menemaninya dan adiknya, Aaron tak pernah merasa tidak menyukai rumah itu seperti saat ini, sejak lelaki bernama Genta itu ikut tinggal bersama mereka. Baru beberapa menit mencoba mengusir rasa gundah di hatinya, tiba-tiba Olivia muncul mengagetkanya dari arah pintu. Denga

  • MANTAN JADI IPAR   PART 12

    Rendy, lelaki yang beberapa tahun lagi menginjak kepala empat itu sedikit kaget saat salah satu resepsionis di kantor memberitahukan kedatangan Aaron siang itu. Tawa khas yang hangat dan pelukannya segera menyambut Aaron yang masuk dengan celana blue jeans dipadu dengan kaos polo warna putih dan sneaker biru tuanya. Rendy mengakui, dengan gaya pakaian apapun, keponakannya itu memang selalu terlihat setampan almarhum kakaknya. Ketampanan natural yang dulu saat remaja selalu membuatnya iri karena sepertinya teman-teman sepermainan mereka selalu terkesan lebih menyukai kakak satu-satunya itu dibanding dirinya. Rendy bukannya tidak tampan. Darah Sunda dan Jerman orangtua mereka membuat perawakan dan wajah keduanya cenderung lebih di atas rata-rata teman sepermainannya waktu itu. Namun rupanya Reynold, kakaknya, memiliki fisik yang jauh lebih menarik dibanding dirinya. "Ada apa? Bukannya harusnya kamu masih menikmati peran baru sebagai kakak ipar di Solo? Kenapa malah sudah ada di sini

Bab terbaru

  • MANTAN JADI IPAR   PART 40 (TAMAT)

    Dua kabar yang diterima Aaron malam itu benar-benar mengaduk-aduk perasaannya. Genta yang mengabari lewat pesan bahwa Olivia sudah reda dari amarahnya, membuat lelaki itu sangat lega. Tapi kejadian itu tak berlangsung lama, karena kemudian Dena mengirimkan chat dan melaporkan bahwa Alea benar benar memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Seharusnya, redanya amarah adiknya membuat dia akan bisa lebih fokus menjalankan misinya dengan Alea. Penerimaan Olivia dengan kehadiran Alea dalam kehidupan mereka seharusnya menjadi hal baik yang akan melancarkan pula proyek barunya, tapi ternyata Alea justru terlanjur memutuskan hal lain. Alhasil, semalaman Aaron tak bisa memejamkan mata. Kegundahannya itu pun terbawa olehnya hingga sampai di kantor. Bahkan di tengah-tengah meeting dengan para bawahannya, Aaron tak lepas dari ponselnya untuk menghubungi Dena dan memantau soal Alea. Dalam hati dia berharap Dena memiliki ide cemerlang lagi untuk bisa mencegah Alea pergi.Sore itu juga saat

  • MANTAN JADI IPAR   PART 39

    Setelah membisu semalaman, Alea pun akhirnya memutuskan untuk menceritakan pada Dena apa yang terjadi saat dirinya sedang bersama dengan Aaron hari sebelumnya. Dena yang melihat sahabatnya begitu murung sejak kepulangannya itu, mencoba mendengarkan Alea dengan serius. Tentu saja masih dengan terus berpura-pura rebahan di atas tempat tidurnya dalam rangka melanjutkan sandiwara kecelakaan sebelumnya. “Jadi pas Aaron mengajakku ke panti asuhan milik keluarganya, adiknya datang, Den,” kata Alea mengawali ceritanya. “Si Olivia itu?” tanya Dena, lupa lupa ingat dengan nama adik Aaron. Alea pun mengangguk. “Lalu apa yang terjadi?” lanjutnya dengan rasa penasaran. “Dia marah-marah sama kakaknya. Aku juga kena imbas kemarahannya. Lucu kan, Den? Aku pikir kemarin waktu Aaron berulang kali minta maaf sama aku itu, adiknya juga sudah tahu. Ternyata cuma dia sendiri aslinya yang ingin minta maaf. Adiknya sama sekali nggak tahu apa-apa.” Alea tersenyum getir mengakhiri kalimatnya. “Loh, bukanny

  • MANTAN JADI IPAR   PART 38

    Seharian itu, Olivia tampak hanya berbaring saja di di kamarnya. Situasi yang terjadi antara dirinya dengan sang kakak rupanya telah sangat benar-benar mempengaruhi moodnya. Hal itu tentu tak mengherankan, mengingat selama ini Aaron selalu menjadi garda terdepan dalam setiap masalahnya. Kakaknya itulah yang setiap saat selalu ada untuk menyelesaikan semua masalah yang sedang dihadapinya. Jadi, jika saat ini justru Aaron yang menjadi penyebab kekecewaannya, tentu Olivia merasa sangat terpuruk. Kemarahannya pada sang kakak bahkan membuatnya sampai tak mau menemui saat Aaron mengunjunginya malam sebelumnya untuk mengajaknya bicara. Genta, tentu tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Demi agar sang kakak ipar melihat kesungguhannya untuk berubah, dia harus memutar otak untuk membuat istrinya kembali berbaikan dan memaafkan Aaron. “Sayang, mau ikut aku nggak?” tanyanya saat memasuki kamar. Dilihatnya Olivia masih tidur membelakangi pintu dan bergelung selimut tebal. Tak seperti biasanya, Oli

  • MANTAN JADI IPAR   PART 37

    Mengikhlaskan adiknya untuk Genta memang bukan perkara yang mudah untuk Aaron selama ini. Tapi sifat pemaaf yang banyak diturunkan oleh ibunya, membuatnya harus menerima keberadaan Genta dalam kehidupan Olivia. Meski tak pernah bisa berkomunikasi dengan baik dengan adik iparnya, nyatanya Aaron juga tetap memberikan fasilitas terbaik untuk suami Olivia itu. Terbukti, setelah waktu itu membelikan sebuah rumah untuk keduanya, Aaron pun membiarkan Genta menempati posisi yang lumayan penting di perusahaannya. Bagi Genta sendiri, sikap acuh kakak iparnya padanya terkadang memang menyesakkan, tapi tetap masih bisa dimakluminya. Apalagi, Aaron bukan tipe kakak ipar yang sering mencampuri urusan rumah tangganya dengan Olivia, selain hanya untuk mengatur dimana mereka harus tinggal dan apa pekerjaan yang pantas untuknya sebagai seseorang yang telah menyandang marga Winata. Hal lainnya lagi tentang Aaron, sepertinya tak terlalu mengganggu Genta. Apalagi setelah dia berniat untuk memperbaiki keh

  • MANTAN JADI IPAR   PART 36

    Alea benar-benar tak mengerti dengan semua yang terjadi dengannya saat itu. Aaron mempercayainya untuk membantu membangun sebuah Sekolah Gratis? Tapi kenapa harus dia? Mungkinkah ini ada hubungannya dengan keikhlasannya berdamai dengan masa lalu?“Jangan bercanda, Aaron. Kamu pasti salah orang.” Akhirnya tawa adalah jalan yang dipilihnya, karena merasa lelaki di depannya itu terlalu konyol menurutnya. “Tidak Alea, aku tidak salah. Aku justru akan merasa bersyukur kalau kamu mau membantuku.”“Tapi aku ini siapa? Aku bahkan belum punya banyak pengalaman dalam mengajar.”“Jangan khawatir soal itu. Nanti aku akan mencarikan beberapa orang lagi yang juga akan membantuku. Yang jelas, aku ingin kamu menjadi bagian dari proyek ini. Please, aku mohon bantuanmu sekarang.” Sifat Alea yang aslinya sangat lembut itu tentu tersentuh dengan permintaan tulus dari Aaron. Apalagi, dunia pendidikan memang lah passion-nya dari kecil. Sekarang justru dia lah yang merasa mendapatkan anugerah dari keikhla

  • MANTAN JADI IPAR   PART 35

    Dua hari setelah itu, Dena memutuskan untuk menyudahi sandiwaranya di rumah sakit. Hari itu juga, salah seorang perawat mengatakan pada mereka bahwa Dena sudah bisa dibawa pulang. Tak berapa lama, wanita itu terlihat menghubungi Rama untuk menjemputnya dan berpura-pura meminta lelaki itu untuk menyelesaikan administrasi rumah sakit. Namun yang muncul satu jam setelah itu bukan hanya Rama saja, melainkan juga Aaron. “Kok Bapak ikut ke sini?” Dena pun keheranan. Dua hari sebelumnya dia sudah melihat Aaron dan Alea banyak mengobrol. Bahkan malam sebelumnya, Dena memergoki Alea sedang mendapat panggilan dari Aaron walau dengan alasan menanyakan kabarnya. Hal itu tentu membuatnya yakin bahwa masalah di antara keduanya kini sudah selesai, hingga kemudian Dena pun memutuskan untuk pulang saja ke kostnya. Namun rupanya, dugaan bahwa ada sesuatu yang spesial dengan perasaan Aaron ke Alea pun terjawab. Lelaki itu ternyata masih ingin berdekatan dengan Alea meski sudah mendapatkan maaf dariny

  • MANTAN JADI IPAR   PART 34

    Alea sangat lega saat akhirnya bisa melihat kondisi sahabatnya yang tak separah dugaannya. Menurut perawat yang menemuinya, Dena hanya mengalami luka ringan saja. Hal itu membuat raut pucat di wajahnya pun berangsur menghilang. Apalagi kala sang perawat sudah mengijinkannya masuk ke ruangan dimana Dena berada. Kelegaan hati Alea melihat kondisi Dena yang tak parah membuatnya tak sempat memikirkan hal hal janggal yang sebenarnya ada dalam kejadian itu. Alea bahkan tak memperhatikan gerak mata Dena dan Aaron yang sesekali bertemu untuk mengisyaratkan sesuatu. Alea tentu saja tak pernah tahu bahwa peristiwa kecelakaan yang terjadi pada sore hari itu hanyalah sebuah rekayasa yang idenya muncul dari sahabatnya itu saat sedang mengobrol bersama Aaron siang harinya di kantor. Aaron yang biasanya sangat serius dalam menghadapi sesuatu, entah kenapa menurut saja saat Dena mengutarakan tentang rencananya untuk membuat Alea tetap tinggal. Atau setidaknya menunda kepulangannya ke kampung. “Kam

  • MANTAN JADI IPAR   PART 33

    Setelah berbincang panjang lebar dengan Dena di kantor hari itu, akhirnya Aaron tahu bagaimana penilaian Alea padanya. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, tentu saja Alea tidak menganggapnya sebagai orang yang baik. Dirinya dan adiknya, di mata Alea, hanyalah orang-orang yang telah merusak kebahagiaannya.Namun mengetahui hal itu, bukannya membuat Aaron mengurungkan niatnya untuk meminta maaf pada Alea. Hal itu justru membulatkan tekad untuk mendapatkan maaf darinya. Aaron sendiri tidak mengerti kenapa sampai memiliki rasa yang seperti itu pada seseorang. Mungkin apa yang dikatakan Dena benar, bahwa dirinya hanya merasa bersalah karena merasa telah menjadi penyebab hancurnya rumah tangga Alea. Bahkan juga membuat wanita itu kehilangan pekerjaannya, Bahkan Dena sempat mengatakan padanya untuk melupakan saja masalah itu karena dia yakin Alea pasti akan memaafkannya suatu hari nanti tanpa harus dimintai maaf. Tapi hal itu justru semakin membuat Aaron penasaran. Apalagi banyak hal mena

  • MANTAN JADI IPAR   PART 32

    Rupanya Aaron tak salah memilih Dena menjadi informannya tentang Alea. Selain karena keduanya adalah sahabat, ternyata Dena juga sangat cepat memberikan informasi yang dibutuhkannya. Hari itu juga, sebelum Aaron sampai di apartemennya, Dena sudah menelponnya untuk melaporkan sesuatu. Padahal dia sendiri bahkan belum memberikan instruksi apapun pada sahabat Alea itu.“Pak Aaron, ini saya Dena.” Suara wanita di seberang membuat hati lelaki itu berdebar karena tak sabar ingin tahu kabar dari Alea. “Iya, aku sudah simpan nomor kamu. Ada apa?” Suaranya masih terdengar tenang meski hatinya sangat lah penasaran. “Maaf kalau saya ganggu ya, Pak? Saya mau cerita soal Alea,” kata suara dari seberang, terdengar sedikit ragu.“Cerita saja, ada apa?” tanya Aaron.“Saya tidak berhasil membujuknya untuk kembali masuk kerja, Pak. Dia malah memutuskan untuk balik ke kampung. Gimana, Pak?” Kali ini nada bicara Dena terdengar mulai panik dan berbisik. Aaron yang sedang ingin fokus mendengarkan kabar

DMCA.com Protection Status