Share

PART 6

Author: Reinee
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kamu benar-benar mau ninggalin aku, Al?"

Genta menghampiri istrinya yang sedang mengemasi barang-barang ke dalam tas besarnya.

"Apa lagi yang kamu harapkan dariku, Mas? Pernikahan ini sudah tak mungkin bisa dipertahankan lagi. Apa kamu masih nggak ngerti juga?"

Alya menghentikan sejenak kesibukannya, menatap wajah suaminya dengan malas.

"Aku akan memperbaiki semuanya, Al. Kasih aku kesempatan." Alea makin jengah menatapnya. Masih saja lelaki itu seolah tak paham dengan apa yang telah terjadi dalam rumah tangganya. Wanita itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya tanda frustasi.

"Apanya yang bisa kamu perbaiki, Mas? Coba beritahu aku, apanya? Apa kamu bisa mengembalikan keadaan kita seperti sebelum ini? Sebelum aku melihat kalian berdua berpelukan di tempat sepi itu? Sebelum kamu menikahi aku? Bisa kamu, Mas? Bisa tidak?" Kali ini Alea sedikit berteriak. Tak mampu lagi dibendungnya air bening yang sedari tadi sudah sesak di kelopak matanya. Suaminya ini benar-benar keterlaluan dan tak tahu diri rupanya.

"Tapi aku benar-benar nggak tau kalau anak itu hamil, Al. Aku nggak tau. Aku bersumpah, aku nggak tau."

"Apa kamu juga mau bilang kamu sedang tak sadar saat dulu melakukan perbuatan tak pantas itu dengannya? Begitu, Mas?"

"Al ...."

"Cukup! Semuanya sudah cukup. Tidak ada lagi hal yang perlu kita perdebatkan atau bicarakan lagi. Aku sudah memutuskan semuanya, Mas. Dan aku tak mungkin lagi bisa hidup sama kamu. Titik!"

"Tapi, Al. Aku cinta sama kamu. Aku nggak bisa kalau kamu ninggalin aku seperti ini?"

"Dia lebih nggak bisa lagi, Mas. Dia nggak akan bisa hidup tanpa kamu. Dia mengandung anak kamu. Kamu ngerti nggak sih, Mas? Kamu nggak kasihan sama anak itu? Atau kamu sudah nggak punya hati nurani? Dia itu yatim piatu, Mas. Lalu seenaknya saja kamu mau membiarkannya hidup menanggung malu dengan anak yang lahir tanpa ayah? Tega kamu berbuat begitu?"

Kali ini Genta terdiam. Dia tak menyangka bahwa istrinya bahkan sudah tahu banyak hal tentang Olivia. Entah dari siapa Alea mendengar bahwa Olivia sudah tak punya orangtua lagi. Tapi sepanjang dia mengenal istrinya itu, Alea bukan tipe orang yang suka ingin tahu masalah orang lain.

"Aku akan kembali ke rumah bapak hari ini. Tentang rumah ini, aku sudah ikhlaskan. Jika kamu masih ingin menempatinya dan melanjutkan kekurangan pembayarannya, kamu tidak perlu memikirkan untuk mengembalikan uang yang pernah aku gunakan untuk ikut andil dalam pembayaran rumah ini. Secepatnya aku akan mengajukan gugatan ceraiku agar kamu bisa lebih cepat bertanggung jawab pada orang yang seharusnya kamu nikahi."

"Al, jangan begitu. Aku nggak mau berakhir seperti ini. Ini nggak adil buat kamu, Al."

"Dengan menikahiku setelah kamu berbuat dosa dengan wanita lain saja itu pun sebenarnya sudah nggak adil buat aku, Mas. Jadi nggak perlu kamu mengungkit-ungkit keadilan buat aku. Aku pergi," pamit Alea tiba-tiba. Wanita itu segera mengangkat tas besarnya dan membawanya ke luar rumah menuju motor matic yang sudah disiapkannya sedari tadi.

Genta yang panik bergegas mengejarnya, meski dia tahu sepertinya tak akan mungkin bisa mencegah kepergian istrinya kali ini. Alea pun tak menggubris suaminya yang terus memohon untuk dimaafkan. Wanita itu pergi meninggalkan rumah dengan linangan air mata di wajah yang telah tertutup oleh helm warna hitamnya.

Genta masih terpaku di teras rumah minimalis itu, menatap istrinya yang kian menjauh meninggalkan rumah mereka. Lelaki itu masih tak percaya bahwa rumah tangganya ternyata harus berakhir seperti ini. Benar-benar tak pernah dia bayangkan sebelumnya.

'Maafkan aku, Al,' gumamnya dalam hati.

.

.

.

Bu Ridwan menyambut putri semata wayangnya dengan prihatin. Saat sampai di dalam rumah, Alea yang telah menahan luapan perasaannya, tak mampu lagi bertahan. Dia menangis sejadinya di pangkuan sang ibu. Dengan lembut, wanita paruh baya itu mengelus punggung dan kepala sang putri, membiarkannya luruh dalam kesedihannya hingga tangisannya mulai reda.

"Sudah, tidak perlu kamu tangisi lagi lelaki itu. Dia tidak pantas mendapatkan air matamu, Al."

Pak Ridwan muncul di pintu kamar Alea setelah beberapa saat lamanya dibiarkannya anak dan istrinya larut dalam kesedihan.

"Bapakmu benar, Al. Tidak perlu kamu tangisi lagi apa yang sudah terjadi. Kalau kamu memang merasa rumah tanggamu sudah tidak mungkin lagi diperbaiki, ikhlaskan saja. Insya Allah setelah ini kamu akan mendapatkan yang lebih baik dari apa yang pernah kamu miliki. Yakinlah itu, karena Allah tak pernah menguji hambanya dengan sesuatu yang tak mampu dia pikul."

Alea bangkit dari pangkuan sang ibu, menghapus air mata yang masih membasahi wajahnya, lalu mengangguk demi untuk membuat kedua oranguanya tak ikut larut dalam kesedihannya.

"Terima kasih, Pak, Bu. Lea nggak tau gimana jadinya jika tanpa kalian." Alea memeluk kedua orangtuanya erat. Merasa masih sangat beruntung ada mereka di saat-saat terpuruknya seperti ini.

.

.

.

"Lalu apa rencanamu setelah ini, Al?" tanya pak Ridwan malam itu saat ketiganya sedang menikmati makan malam.

"Biarkan dia beristirahat dulu, Pak. Jangan langsung dipaksa untuk memutuskan apa langkah selanjutnya. Biarkan saja semaunya Alea," sela bu Ridwan.

"Tidak apa-apa, Bu. Bapak benar, Lea memang sudah harus segera melupakan semua ini. Jujur sebelum pulang ke sini, Lea sudah memikirkan semuanya. Lea sudah punya rencana apa yang akan Lea lakukan setelah ini."

"Apa itu, Al?" tanya pak Ridwan penasaran.

"Besok Lea akan urus gugatan cerai, Pak."

"Apa sudah kamu pikirkan semuanya itu baik-baik, Al?" tanya sang ibu.

"Sudah, Bu. Tidak mungkin lagi Lea hidup bersama mas Genta."

"Bagus. Bapak senang kamu bisa berpikir jernih dalam situasi seperti ini, Al. Bapak bukannya senang kamu bercerai dari suaminu. Tapi kesalahan Genta ini sudah sangat fatal. Bapak tidak terima kamu diperlakukan seperti ini olehnya. Bapak juga tidak mungkin membiarkanmu masih bersama dengan lelaki seperti Genta itu."

"Iya, Pak. Lea sudah memikirkan semua itu dengan matang sebelum memutuskan. Jadi insyaAllah tak akan ada penyesalan di kemudian hari. Setelah itu, Lea juga akan ke sekolah. Lea berencana resign dari mengajar."

"Lhoh, kenapa Al? Bukannya kemarin kamu bilang bahwa pak Giyono tetap ingin kamu mengajar di sekolahnya?"

"Itu benar, Bu. Tapi Lea yang tidak sanggup, Bu. Kembali ke sekolah itu rasanya hanya akan menggores luka lagi. Lea harus pindah dari tempat itu."

"Lalu rencana kamu mau pindah kemana, Al?"

"Lea akan pergi ke Jakarta, Pak. Lea akan mencari kerja di sana. Lea sudah menghubungi sahabat Lea yang di sana."

"Jadi kamu akan pergi dari kota ini?" Bu Ridwan menatap anaknya dengan mata sendu.

"Iya, Bu. Untuk sementara waktu Lea akan di sana. Lea ingin melupakan semuanya dengan lebih mudah."

Bu Ridwan dan pak Ridwan saling berpandangan. Pak Ridwan mengangguk kala melihat ada raut cemas di mata sang istri, seolah ingin mengatakan pada istrinya bahwa Alea akan baik-baik saja. Bu Ridwan pun segera tahu bahwa suaminya sependapat dengan sang putri. Mungkin memang inilah jalan yang terbaik untuk Alea.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bumi
yg ditunggu sekian pirnama......akhirnya up juga
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MANTAN JADI IPAR   PART 7

    Suasana di ruang guru siang itu terlihat haru. Raut kesedihan nampak di wajah-wajah para rekan kerja Alea. Bu Lukman, Bu Setya, dan bu Rika tentu jadi yang paling terpukul dengan pamitnya Alea pada hari itu. Ketiganya yang selama ini duduk di belakang bangku kerja Alea dan seringkali menghabiskan waktu makan siang bersama mendadak hanya jadi terdiam, sesekali saling pandang. "Kenapa jadi bu Lea yang harus memutuskan untuk pergi dari sekolah ini ya? Kan pak Genta yang salah," celoteh bu Rika yang terlihat paling terpukul diantara ketiganya. "Lhoh bu Rik ini gimana. Pak Genta kan memang sudah dipecat." "Iya kah? Gosip dari mana, Bu Set?" "Gimana sih? Bu Rika tuh sukanya gitu deh, nggak dengerin kalau orang lagi cerita. Jadi, kemarin itu pak Giyono memanggil bu Lea dan pak Genta. Pak Giyono sudah mengeluarkan surat pemecatan untuk pak Genta dan juga surat pengeluaran untuk si Olivia. Tapi sebenarnya pak Giyono tetap ingin bu Lea ngajar di sini kok, karena kan bu Lea memang tidak bersa

  • MANTAN JADI IPAR   PART 8

    Olivia membanting tas selempangnya sembarangan ke lantai kala dirinya memasuki rumah besar dan megah dengan pagar tinggi menjulang peninggalan orangtunya itu. Aaron yang berjalan di belakangnya sampai kaget dengan tingkah adiknya. "Bik, bikinin es kopi!" teriaknya kemudian pada salah seorang pembantu di rumah itu. Dihempaskannya tubuh ke sofa, seolah anak itu lupa bahwa saat ini ada janin yang tengah bersemayam di rahimnya. Muka manyunnya membuat Aaron sedikit kesal dengan adiknya itu. "Kamu kenapa sih, Liv?" tanya pemuda itu sembari mendudukkan dirinya di sebelah sang adik. "Kenapa sih kakak cegah aku tadi buat ngomong sama dia?" Aaron menggeser sedikit posisi duduknya lebih mendekat pada Olivia. Kemudian dengan lembut memegang bahu adiknya dan menghadapkan tubuh ramping itu ke arahnya. "Memangnya apa yang mau kamu bicarakan dengannya?" tanya Aaron. "Aku yakin sekali Kak, pasti dia yang telah membuat Genta tidak segera menemuiku untuk minta maaf dan bertanggung jawab," gerutu ga

  • MANTAN JADI IPAR   PART 9

    Satu bulan kemudian, pengadilan akhirnya memutuskan sidang perceraian atas Alea dan Genta. Sementara Aaron yang secara diam-diam mengikuti perkembangan hubungan Genta dan Alea hanya untuk memastikan bahwa lelaki itu benar-benar akan menikahi adiknya, telah mempersiapkan acara pernikahan tertutup yang mewah di sebuah hotel berbintang di kota kecil itu. Alea sendiri masih harus berusaha keras untuk ikhlas menerima kenyataan. Dirinya pun sudah bersiap untuk segera merealisasikan rencananya meninggalkan kota kecil tercintanya menuju Jakarta. ...Mungkin sebuah kebetulan, jika hari minggu sore itu menjadi hari pernikahan Genta dan Olivia sekaligus kepergian Alea meninggalkan masa lalunya. Pak Ridwan dan Bu Ridwan yang mengantarkan kepergiannya, menatap putri semata wayang mereka yang telah duduk di kursi penumpang bis kelas bisnis sore itu. Sorot mata bu Ridwan nampak diliputi kesedihan mendalam meski melihat Alea melebarkan senyum dari atas bis yang segera akan membawanya meninggalkan

  • MANTAN JADI IPAR   PART 10

    "Iya, aku tau. Udah, kamu nggak usah khawatirin aku, Den. Insya Allah aku udah siap kok dengan segala resikonya. Doakan aja aku cepet dapet kerja ya?" "Iya pasti lah aku doakan. Mana mungkin enggak sih. Oh ya ngomong-ngomong, jadi gimana Al ceritanya? Kamu kan baru nikah sama suami kamu, siapa tuh namanya?""Genta," sahut Alea."Iya. Genta itu, baru sekitar satu bulan kan? Kok bisa sih langsung mutusin buat cerai gitu? Apa nggak bisa dibicarakan secara baik-baik masalahnya?""Gimana ya, Den. Mungkin untuk kesalahan lain aku masih bisa maafkan. Tapi ini udah sangat fatal." Alea menghentikan kalimatnya. Sesak di dadanya rasanya kembali lagi."Apa memangnya? Dia selingkuh ya?" tebak Dena. "Bukan seperti itu sih tepatnya," sanggah Alea. "Trus apa dong?" desak Dena penasaran."Dia ternyata udah sempat pacaran sama murid kami sebelum memutuskan untuk menikahiku, Den." Alea sejujurnya tak pernah ingin mengungkit cerita itu lagi. Tapi demi sahabatnya yang penasaran, dia pun akhirnya mau ber

  • MANTAN JADI IPAR   PART 11

    Usai menutup rapat koper besarnya, pemuda itu berjalan pelan ke arah jendela kamarnya. Seperti biasa, dia selalu suka memandangi kelap kelip lampu jalanan kota dari dalam kamarnya di lantai dua rumah peninggalan kedua orangtuanya itu. Beberapa detik kemudian, dia memutuskan untuk bergeser menuju balkon. Dibukanya pintu saat dirasakannya udara di dalam kamarnya tiba-tiba terasa sangat pengap, padahal AC di kamar berukuran besar itu hampir tak pernah mati saat dia sedang ada di rumah. Bertahun-tahun tinggal bersama adik perempuan satu-satunya dan para pembantu di rumah itu sejak kedua orangtua mereka meninggal karena kecelakaan sepertinya tak pernah membuatnya setidaknyaman sekarang. Meski tak ada lagi orangtua yang menemaninya dan adiknya, Aaron tak pernah merasa tidak menyukai rumah itu seperti saat ini, sejak lelaki bernama Genta itu ikut tinggal bersama mereka. Baru beberapa menit mencoba mengusir rasa gundah di hatinya, tiba-tiba Olivia muncul mengagetkanya dari arah pintu. Denga

  • MANTAN JADI IPAR   PART 12

    Rendy, lelaki yang beberapa tahun lagi menginjak kepala empat itu sedikit kaget saat salah satu resepsionis di kantor memberitahukan kedatangan Aaron siang itu. Tawa khas yang hangat dan pelukannya segera menyambut Aaron yang masuk dengan celana blue jeans dipadu dengan kaos polo warna putih dan sneaker biru tuanya. Rendy mengakui, dengan gaya pakaian apapun, keponakannya itu memang selalu terlihat setampan almarhum kakaknya. Ketampanan natural yang dulu saat remaja selalu membuatnya iri karena sepertinya teman-teman sepermainan mereka selalu terkesan lebih menyukai kakak satu-satunya itu dibanding dirinya. Rendy bukannya tidak tampan. Darah Sunda dan Jerman orangtua mereka membuat perawakan dan wajah keduanya cenderung lebih di atas rata-rata teman sepermainannya waktu itu. Namun rupanya Reynold, kakaknya, memiliki fisik yang jauh lebih menarik dibanding dirinya. "Ada apa? Bukannya harusnya kamu masih menikmati peran baru sebagai kakak ipar di Solo? Kenapa malah sudah ada di sini

  • MANTAN JADI IPAR   PART 13

    Hari menjelang maghrib saat Alea tiba kembali di kost Dena dengan ojek online. Kelelahan tampak jelas di wajahnya kala sahabatnya itu menyapa di balik pintu kamarnya."Hai Sayang, udah pulang? Gimana, gimana hari ini?" Dena rupanya tak begitu sadar dengan wajah kuyu sahabatnya. Gadis yang sudah mengenakan piyama tidur warna silver dan toples cemilan super besarnya itu malah memberondongnya dengan pertanyaan. "Ditolak semua, Den. Hari ini aku udah ke dua tempat dan semuanya zonk," jawab Alea lemas sembari mendudukkan diri di karpet lantai kamar Dena yang super tebal dan empuk. Rasa nyaman berada di karpet mahal itu pun tak bisa dirasakannya lagi saat mengingat perjuangannya beberapa hari ini berkeliling ibukota untuk mengadu nasib mencari pekerjaan. Dena langsung meletakkan toples cemilannya. Raut mukanya ikut langsung prihatin dengan kesedihan sang sahabat. "Yang mana yang ditolak? Kemarin kamu dapet panggilan di sekolah favorit itu kan?" tanyanya dengan nada tak percaya. Seingatny

  • MANTAN JADI IPAR   PART 14

    "Kenapa sih, Mas? Aku perhatikan dari tadi kok gelisah gitu?" Olivia menghentikan makannya. Dengan sedikit kesal ditaruhnya sendok dan garpu di atas piring yang masih penuh dengan makanan di depannya. Genta yang tak menyangka bahwa gerak geriknya diperhatikan oleh istrinya mendadak gugup. Lelaki itu pun kemudian melakukan hal yang sama, menghentikan kegiatan sarapannya padahal nasi di piringnya masih belum sesendok pun berkurang. Sudah hampir dua minggu dirinya resmi menyandang status sebagai suami dari Olivia Alexandra Winata dan selama itu pula hampir tak pernah dia keluar dari rumah besar nan megah itu. Olivia masih belum mengijinkannya pergi, apalagi jika itu sendirian. Sepertinya jika tak salah hitung, baru dua kali lelaki itu keluar dari rumah. Itupun hanya untuk mengantarkan istri cantiknya pergi bertemu dengan teman-temannya. "Hari ini aku minta ijin keluar ya?" ucapnya lirih usai terdiam beberapa saat di bawah tatap mata curiga sang istri. Mata lelaki itu pun mulai menatap

Latest chapter

  • MANTAN JADI IPAR   PART 40 (TAMAT)

    Dua kabar yang diterima Aaron malam itu benar-benar mengaduk-aduk perasaannya. Genta yang mengabari lewat pesan bahwa Olivia sudah reda dari amarahnya, membuat lelaki itu sangat lega. Tapi kejadian itu tak berlangsung lama, karena kemudian Dena mengirimkan chat dan melaporkan bahwa Alea benar benar memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Seharusnya, redanya amarah adiknya membuat dia akan bisa lebih fokus menjalankan misinya dengan Alea. Penerimaan Olivia dengan kehadiran Alea dalam kehidupan mereka seharusnya menjadi hal baik yang akan melancarkan pula proyek barunya, tapi ternyata Alea justru terlanjur memutuskan hal lain. Alhasil, semalaman Aaron tak bisa memejamkan mata. Kegundahannya itu pun terbawa olehnya hingga sampai di kantor. Bahkan di tengah-tengah meeting dengan para bawahannya, Aaron tak lepas dari ponselnya untuk menghubungi Dena dan memantau soal Alea. Dalam hati dia berharap Dena memiliki ide cemerlang lagi untuk bisa mencegah Alea pergi.Sore itu juga saat

  • MANTAN JADI IPAR   PART 39

    Setelah membisu semalaman, Alea pun akhirnya memutuskan untuk menceritakan pada Dena apa yang terjadi saat dirinya sedang bersama dengan Aaron hari sebelumnya. Dena yang melihat sahabatnya begitu murung sejak kepulangannya itu, mencoba mendengarkan Alea dengan serius. Tentu saja masih dengan terus berpura-pura rebahan di atas tempat tidurnya dalam rangka melanjutkan sandiwara kecelakaan sebelumnya. “Jadi pas Aaron mengajakku ke panti asuhan milik keluarganya, adiknya datang, Den,” kata Alea mengawali ceritanya. “Si Olivia itu?” tanya Dena, lupa lupa ingat dengan nama adik Aaron. Alea pun mengangguk. “Lalu apa yang terjadi?” lanjutnya dengan rasa penasaran. “Dia marah-marah sama kakaknya. Aku juga kena imbas kemarahannya. Lucu kan, Den? Aku pikir kemarin waktu Aaron berulang kali minta maaf sama aku itu, adiknya juga sudah tahu. Ternyata cuma dia sendiri aslinya yang ingin minta maaf. Adiknya sama sekali nggak tahu apa-apa.” Alea tersenyum getir mengakhiri kalimatnya. “Loh, bukanny

  • MANTAN JADI IPAR   PART 38

    Seharian itu, Olivia tampak hanya berbaring saja di di kamarnya. Situasi yang terjadi antara dirinya dengan sang kakak rupanya telah sangat benar-benar mempengaruhi moodnya. Hal itu tentu tak mengherankan, mengingat selama ini Aaron selalu menjadi garda terdepan dalam setiap masalahnya. Kakaknya itulah yang setiap saat selalu ada untuk menyelesaikan semua masalah yang sedang dihadapinya. Jadi, jika saat ini justru Aaron yang menjadi penyebab kekecewaannya, tentu Olivia merasa sangat terpuruk. Kemarahannya pada sang kakak bahkan membuatnya sampai tak mau menemui saat Aaron mengunjunginya malam sebelumnya untuk mengajaknya bicara. Genta, tentu tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Demi agar sang kakak ipar melihat kesungguhannya untuk berubah, dia harus memutar otak untuk membuat istrinya kembali berbaikan dan memaafkan Aaron. “Sayang, mau ikut aku nggak?” tanyanya saat memasuki kamar. Dilihatnya Olivia masih tidur membelakangi pintu dan bergelung selimut tebal. Tak seperti biasanya, Oli

  • MANTAN JADI IPAR   PART 37

    Mengikhlaskan adiknya untuk Genta memang bukan perkara yang mudah untuk Aaron selama ini. Tapi sifat pemaaf yang banyak diturunkan oleh ibunya, membuatnya harus menerima keberadaan Genta dalam kehidupan Olivia. Meski tak pernah bisa berkomunikasi dengan baik dengan adik iparnya, nyatanya Aaron juga tetap memberikan fasilitas terbaik untuk suami Olivia itu. Terbukti, setelah waktu itu membelikan sebuah rumah untuk keduanya, Aaron pun membiarkan Genta menempati posisi yang lumayan penting di perusahaannya. Bagi Genta sendiri, sikap acuh kakak iparnya padanya terkadang memang menyesakkan, tapi tetap masih bisa dimakluminya. Apalagi, Aaron bukan tipe kakak ipar yang sering mencampuri urusan rumah tangganya dengan Olivia, selain hanya untuk mengatur dimana mereka harus tinggal dan apa pekerjaan yang pantas untuknya sebagai seseorang yang telah menyandang marga Winata. Hal lainnya lagi tentang Aaron, sepertinya tak terlalu mengganggu Genta. Apalagi setelah dia berniat untuk memperbaiki keh

  • MANTAN JADI IPAR   PART 36

    Alea benar-benar tak mengerti dengan semua yang terjadi dengannya saat itu. Aaron mempercayainya untuk membantu membangun sebuah Sekolah Gratis? Tapi kenapa harus dia? Mungkinkah ini ada hubungannya dengan keikhlasannya berdamai dengan masa lalu?“Jangan bercanda, Aaron. Kamu pasti salah orang.” Akhirnya tawa adalah jalan yang dipilihnya, karena merasa lelaki di depannya itu terlalu konyol menurutnya. “Tidak Alea, aku tidak salah. Aku justru akan merasa bersyukur kalau kamu mau membantuku.”“Tapi aku ini siapa? Aku bahkan belum punya banyak pengalaman dalam mengajar.”“Jangan khawatir soal itu. Nanti aku akan mencarikan beberapa orang lagi yang juga akan membantuku. Yang jelas, aku ingin kamu menjadi bagian dari proyek ini. Please, aku mohon bantuanmu sekarang.” Sifat Alea yang aslinya sangat lembut itu tentu tersentuh dengan permintaan tulus dari Aaron. Apalagi, dunia pendidikan memang lah passion-nya dari kecil. Sekarang justru dia lah yang merasa mendapatkan anugerah dari keikhla

  • MANTAN JADI IPAR   PART 35

    Dua hari setelah itu, Dena memutuskan untuk menyudahi sandiwaranya di rumah sakit. Hari itu juga, salah seorang perawat mengatakan pada mereka bahwa Dena sudah bisa dibawa pulang. Tak berapa lama, wanita itu terlihat menghubungi Rama untuk menjemputnya dan berpura-pura meminta lelaki itu untuk menyelesaikan administrasi rumah sakit. Namun yang muncul satu jam setelah itu bukan hanya Rama saja, melainkan juga Aaron. “Kok Bapak ikut ke sini?” Dena pun keheranan. Dua hari sebelumnya dia sudah melihat Aaron dan Alea banyak mengobrol. Bahkan malam sebelumnya, Dena memergoki Alea sedang mendapat panggilan dari Aaron walau dengan alasan menanyakan kabarnya. Hal itu tentu membuatnya yakin bahwa masalah di antara keduanya kini sudah selesai, hingga kemudian Dena pun memutuskan untuk pulang saja ke kostnya. Namun rupanya, dugaan bahwa ada sesuatu yang spesial dengan perasaan Aaron ke Alea pun terjawab. Lelaki itu ternyata masih ingin berdekatan dengan Alea meski sudah mendapatkan maaf dariny

  • MANTAN JADI IPAR   PART 34

    Alea sangat lega saat akhirnya bisa melihat kondisi sahabatnya yang tak separah dugaannya. Menurut perawat yang menemuinya, Dena hanya mengalami luka ringan saja. Hal itu membuat raut pucat di wajahnya pun berangsur menghilang. Apalagi kala sang perawat sudah mengijinkannya masuk ke ruangan dimana Dena berada. Kelegaan hati Alea melihat kondisi Dena yang tak parah membuatnya tak sempat memikirkan hal hal janggal yang sebenarnya ada dalam kejadian itu. Alea bahkan tak memperhatikan gerak mata Dena dan Aaron yang sesekali bertemu untuk mengisyaratkan sesuatu. Alea tentu saja tak pernah tahu bahwa peristiwa kecelakaan yang terjadi pada sore hari itu hanyalah sebuah rekayasa yang idenya muncul dari sahabatnya itu saat sedang mengobrol bersama Aaron siang harinya di kantor. Aaron yang biasanya sangat serius dalam menghadapi sesuatu, entah kenapa menurut saja saat Dena mengutarakan tentang rencananya untuk membuat Alea tetap tinggal. Atau setidaknya menunda kepulangannya ke kampung. “Kam

  • MANTAN JADI IPAR   PART 33

    Setelah berbincang panjang lebar dengan Dena di kantor hari itu, akhirnya Aaron tahu bagaimana penilaian Alea padanya. Seperti yang sudah diduga sebelumnya, tentu saja Alea tidak menganggapnya sebagai orang yang baik. Dirinya dan adiknya, di mata Alea, hanyalah orang-orang yang telah merusak kebahagiaannya.Namun mengetahui hal itu, bukannya membuat Aaron mengurungkan niatnya untuk meminta maaf pada Alea. Hal itu justru membulatkan tekad untuk mendapatkan maaf darinya. Aaron sendiri tidak mengerti kenapa sampai memiliki rasa yang seperti itu pada seseorang. Mungkin apa yang dikatakan Dena benar, bahwa dirinya hanya merasa bersalah karena merasa telah menjadi penyebab hancurnya rumah tangga Alea. Bahkan juga membuat wanita itu kehilangan pekerjaannya, Bahkan Dena sempat mengatakan padanya untuk melupakan saja masalah itu karena dia yakin Alea pasti akan memaafkannya suatu hari nanti tanpa harus dimintai maaf. Tapi hal itu justru semakin membuat Aaron penasaran. Apalagi banyak hal mena

  • MANTAN JADI IPAR   PART 32

    Rupanya Aaron tak salah memilih Dena menjadi informannya tentang Alea. Selain karena keduanya adalah sahabat, ternyata Dena juga sangat cepat memberikan informasi yang dibutuhkannya. Hari itu juga, sebelum Aaron sampai di apartemennya, Dena sudah menelponnya untuk melaporkan sesuatu. Padahal dia sendiri bahkan belum memberikan instruksi apapun pada sahabat Alea itu.“Pak Aaron, ini saya Dena.” Suara wanita di seberang membuat hati lelaki itu berdebar karena tak sabar ingin tahu kabar dari Alea. “Iya, aku sudah simpan nomor kamu. Ada apa?” Suaranya masih terdengar tenang meski hatinya sangat lah penasaran. “Maaf kalau saya ganggu ya, Pak? Saya mau cerita soal Alea,” kata suara dari seberang, terdengar sedikit ragu.“Cerita saja, ada apa?” tanya Aaron.“Saya tidak berhasil membujuknya untuk kembali masuk kerja, Pak. Dia malah memutuskan untuk balik ke kampung. Gimana, Pak?” Kali ini nada bicara Dena terdengar mulai panik dan berbisik. Aaron yang sedang ingin fokus mendengarkan kabar

DMCA.com Protection Status