Share

MALAM PERTAMA SI GADIS DESA
MALAM PERTAMA SI GADIS DESA
Author: Uni Tari

Bab 1

Author: Uni Tari
last update Last Updated: 2024-01-19 12:15:49

Awan hitam sudah menyelimuti langit, angin berembus dengan kencang. Gadis bernama Hilma itu sedikit berlari kecil karena takut hujan akan segera turun.

Tangan kanannya mengangkat rok yang ia kenakan agar lebih leluasa melangkah, sedangkan tangan kanannya menenteng sebuah rantang yang berisi kangkung dan ikan asin goreng untuk Bapaknya yang sudah satu minggu membajak sawah milik Haji Burhan.

Gadis itu kini berlari agar lebih cepat sampai sebelum hujan turun, matanya melihat seorang lelaki yang juga tengah berlari, Hilma tidak mengenali siapa dia. Karena pada akhirnya hujan turun dan juga penglihatan yang buram karena lumayan jauh keberadaannya.

Hujan kian lebat, gadis itu memilih untuk berteduh di saung yang warga desa buat untuk beristirahat di sela-sela kerja mereka. Juga tempat penyimpanan karung dan terpal jika musim panen tiba.

“Lebih baik aku berteduh dulu di sini sambil menunggu hujan sedikit reda,” gumamnya, ia memperhatikan jilbab yang sudah basah, kemudian mengibaskannya.

Saat Hilma mengibaskan kerudungnya yang basah itu, matanya menatap seorang lelaki yang sama saat di jalan tadi sedang berteduh di saung. Hilma yakin dia orangnya, karena bajunya juga berwarna merah dengan celana sport berwarna hitam.

Hilma melirik sekilas, ia yakin bahwa lelaki itu bukan berasal dari desa ini. Bagaimana jika dia penjahat?

Ia merasa tak nyaman saat mengetahui ada lelaki itu di sana. Tapi hujan semakin lebat membuat Hilma terpaksa duduk di memojok, berjauhan dengan lelaki itu.

"Tolong...," ucapnya, sambil memeluk dengkul, berusaha menghangatkan tubuhnya.

Hilma yang sedang menatap hujan turun dengan deras, ia terkejut mendengar lelaki itu yang mengerang meminta tolong.

Dengan hujan deras dan angin kencang yang membuat suasana semakin dingin, membuat lelaki itu sampai menggigil kedinginan. Wajah dan bibirnya tampak pucat dengan tubuh yang menggigil. Hilma bingung, dalam keadaan seperti ini apa yang harus ia lakukan?

"Ka—kamu kenapa?" tanya Hilma panik.

"Adakah sesuatu yang bi—bisa menghangatkan tubuhku. Tolong... aku tidak kuat dengan udara dingin," ucap lelaki itu tersegal-segal. Ia merasakan napasnya yang semakin susah, kepala terasa seperti membeku.

Hilma sungguh bingung harus berbuat apa, mencari sesuatu yang bisa dipakai untuk menutupinya tak ada. Mungkin karena musim panen sudah selesai, jadi warga memasukan kembali karung terpal mereka ke rumah masing-masing.

Lelaki itu semakin gemetar, matanya terpejam, napas tersegal-segal karena sesak yang dia rasa.

Hilma yang merasa iba, mengusir semua rasa ragu dalam dada. Dia yang tak pernah sama sekali berani bersentuhan dengan lelaki, kini ia berjalan menghampirinya, membantu lelaki itu untuk sedikit jauh dari dinding saung bambu.

Hilma menatap jilbabnya yang setengah badan, tanpa pikir panjang ia menyelimuti tangan lelaki di depannya agar tidak kedinginan. Dia berusaha untuk membuatnya hangat walau sedikit.

“Kemari, biar saya tutup tanganmu. Maaf jika lancang, setidaknya ini bisa menghangatkanmu walau sedikit.”

“A—aku….”

Hilma mencondongkan kepalanya sedikit agar bisa mendengar lelaki itu berbicara apa. Karena suara hujan dan juga lelaki itu yang berbicara pelan, membuat Hilma tidak bisa mendengarnya dengan jelas.

Lelaki itu kemudian mendongak menatapnya. Ia ingin berucap sesuatu tapi merasa lemas tak kuat. Kepalanya semakin dekat pada wajah Hilma karena tubuhnya yang terasa sangat lemas.

"Hey, sedang apa kalian!"

"Kalian mesum, ya!”

Hilma masih ingat tuduhan warga desa yang baru pulang dari ladang, berniat untuk berteduh meskipun sudah basah kuyup.

Walaupun Hilma sudah memohon bahkan bersujud agar mereka percaya bahwa dia tidak melakukan hal apa pun dengan lelaki itu. Tapi warga tak menanggapi. Bagi mereka siapa saja yang sudah berani berbuat zina di desanya, maka dia harus mendapatkan hukuman.

Salah satu warga itu menarik Hilma untuk keluar dari saung, begitu juga dengan laki-laki bernama Zafar yang ditarik paksa. Mau tak mau dalam keadaan lemas ia berusaha berjalan. 

Sepanjang jalan Hilma menangis ketakutan. Melihat mereka diarak membuat orang-orang yang sedang berteduh di rumahnya masing-masing berbondong-bondong keluar melihat warga yang membawa paksa Hilma dan Zafar. 

Zafar sekilas menatap gadis itu yang nampak histeris karena para warga membawa mereka ke balai desa. 

Lelaki itu bukan tak mau membela diri, tapi sekujur tubuhnya terasa beku. Napas yang masih tersegal-segal karena sesak, membuatnya tidak bisa berkata-kata. 

Zafar menatap gadis itu, ia meminta maaf dalam hati, takut jika dia mati hari itu juga karena merasakan dadanya yang sakit dan semakin sulit untuk berpanas. 

Lelaki itu kian lemas tak mampu berjalan. Tapi tarikan warga yang memaksanya berjalan sesekali terseret-seret kakinya. 

Ada penyesalan di hati lelaki itu datang ke desa. Zafar yang datang ke desa ini untuk bertemu sang paman—Haji Burhan, yang termasuk orang terpandang di sana, kini ia malah mendapatkan hal seperti ini. Mana yang kata Pamannya orang desa itu baik dan rendah hati, mereka hanyalah orang egois yang tidak mempedulikan orang lain. 

Sesampainya di balai desa, mereka didudukan. Para warga sudah berkerumun ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya. Tak ada yang iba pada Zafar yang tubuhnya semakin lemas. 

Dia perlahan ambruk ke lantai, membuat Hilma yang sedang menangis itu sontak terkejut dan menepuk-nepuk wajahnya. 

“Hei! Bangun!”

Hal yang di mana warga semakin yakin, bahwa mereka ada hubungan khusus. 

Pak Hasan ayah Hilma, baru saja datang dengan basah kuyup. Pak Hasan meminta warga untuk bergeser agar ia bisa masuk. Badan seorang ayah itu terasa lemas, jantungnya berdegup kencang menahan amarah.

“Hilma!” Pak Hasan menghampiri sang anak lalu menipiskan tangannya itu yang sedang memegangi pipi Zafar. “Bapak gak nyangka kamu berani berbuat seperti ini!”

Hilma menggeleng, ia menggapai tangan sang Bapak sambil menangis. “Enggak, Pak. Ini bukan seperti yang mereka tuduhan. Demi Alloh, Hilma hanya—” 

Hilma yang baru saja ingin mengatakan sesuatu, Pak Rt datang meminta agar warga jangan berkerumun dan harap tenang. Ia melihat Hilma yang menangis, di samping Zafar terlukai lemah.

"Tolong bantu dulu dia, kasian badannya lemas begitu. Ganti bajunya, ya!" pinta Pak RT pada hansip. Kemudian dia meminta Hilma untuk berdiri. 

Gadis itu berdiri dengan lutut gemetar, kepalanya menunduk dalam. Ia menatap kaki sang Bapak, kemudian menangis semakin hebat. 

" Apa benar kamu teh melakukan hal itu? Tolong jujur, Neng. Jangan buat para warga semakin marah," tutur Pak RT

"Aku bersumpah demi Allah, Pak RT. Hilma cuma bantuin dia... itu aja, gak ada niatan untuk melakukan hal hina itu."

"Halah bohong dia Pak. Udah kawinin aja!"

"Iya, kawinin aja. Jangan mau enaknya doang!"

"Yang udah ngotorin desa ini, dia harus diusir dari sini. Setuju warga semua?!"

"Setuju! Kalau gak mau tanggung jawab, usir mereka."

"Iya, usir!"

Semua orang memojokan Hilma. Gadis hanya bisa menangis menatap wajah sang Bapak yang tidak berekspresi tapi memendam kemarahan padanya. 

Bukan tak mau Pak Hasan berusaha membela anaknya, tapi ia rasa percuma, mau sampai bersujud pun, warga tidak akan mendengarkannya. Karena ini sudah menjadi pegangan bagi kampung itu. 

Siapa pun yang diketahui berzina, disaksikan langsung oleh warga. Maka tak ada kata maaf bagi yang melakukannya, pilihannya hanya dua. Nikah atau pergi dari kampung itu. 

***

"Ujang Zafar, tolong nikahin anak bapak, sebagai bentuk tanggung jawabmu. Jika memang kamu adalah orang yang baik, pasti akan mempertanggungjawabkan semuanya. Dan bapak berharap, kamu memang orang yang baik, meskipun telah melakukan hal yang tak baik." Pak Hasan menatap lelaki itu yang baru tersadar dari pingsannya. 

Zafar yang baru tersadar dari pingsannya, ia menatap sekeliling, sedikit terkejut saat menyadari bahwa dia sedang berada di balai desa. 

Begitupun dengan gadis itu. Pak Rat dan hansip, berdiri di sampingnya. Sedangkan Pak Hasan duduk di samping sang anak, ia menatap penuh harap pada lelaki itu. 

“Bukankah kamu ponakan Haji Burhan yang datang dua hari lalu, kan?” tanya Pak RT padanya.

“Iya. Saya datang ke desa untuk meminta izin akan membuat sebuah konveksi, karena di Jakarta saya membuka itu. Paman menyarankan saya untuk membukanya di desa, agar warga mendapatkan lowongan pekerjaan baru.”

Kemudian lelaki itu menatap Hilman yang masih terisak sambil menunduk. 

“Karena udara yang sangat segar di sini, saya berniat ingin berjalan-jalan sambil menikmati suasana. Namun hujan datang dan saya memilih untuk meneduh di saung itu. Tak lama dia datang juga berteduh di sana.” 

Mata lelaki itu tak lepas menatap Hilma saat menjelaskannya pada orang-orang di sana. 

“Lalu karena khilaf, kalian melakukan itu?” potong Hansip, yang membuat Zafar menatapnya lekat. 

Hilma yang mendengar itu menggeleng dengan air mata yang mengalir tanpa henti. 

“Sudah-sudah. Jadi ini bagaimana? Warga desa tak terima dengan ini semua. Karena mereka menyaksikan langsung kalian yang sedang….” 

Pak RT tak mampu melanjutkan kata-katanya, ia merasa tak enak pada Pak Hasan, dia pasti sangat terpukul dengan semua ini. 

"Saya akan menikahi dia," jawab Zafar lemah.

Related chapters

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 2

    "Neng Hilma mau dinikahkan?"Hilma tertunduk malu saat Ajat kembali menatapnya setelah meminta penjelasan pada Bapak. Dirinya merasa sangat hina di hadapan Ajat, apalagi ia merupakan guru ngajinya. Meskipun semua tuduhan yang semua orang berikan padanya itu palsu. Tapi tetap, di mata Ajat, Hilma berpikir, mungkin dia hanyalah gadis kotor yang selama ini menutupi semuanya dengan gamis dan kerudung panjangnya. "Mereka berdua melakukan zina, Aa Ajat, terpaksa mereka harus kami nikahkan," jelas Pak RT, Hilma memejamkan mata malu, rasanya lebih baik dia mati saja daripada menghadapi semua ini."Tapi itu semua tuduhan palsu, Pak. Demi Alloh Hilma gak ngelakuin itu." Ia perlahan mendongak, menatap Pak RT dengan penuh permohonan. "Kamu juga ngomong, dong... Kenapa diam aja? Kita gak ngelakuin apa-apa, di sini kita di fitnah!" geram Hilma pada Zafar, yang bukannya menantu lepas dari masalah, tapi malah memperburuk keadaan. "Bapak...." Gadis itu mentap Pak Hasan yang hanya diam memalingka

    Last Updated : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 3

    Zafar juga berjalan mendekat padanya, kemudian berkata, "Sekarang sudah tidak ada alasan lagi untukku mempertahan kamu, Sinta. Silakan pergi, dan carilah pria yang murahan, sama seperti dirimu."Plak! Satu tamparan mendarat di pipi Zafar, pria itu hanya tersenyum miring sambil memegangi pipinya. "Aku akan membuatmu hancur, Zafar. Ingat itu!" tekan Sinta, kemudian masuk ke dalam mobil dan pergi. Tiga tahun bersama bukan waktu yang singkat, Zafar sangat tau sifatnya seperti apa. Jika memang ada orang yang mengusik, dia tak segan akan membuat orang itu hancur lebur, lalu dia akan tertawa melihat balas dendamnya berhasil. Tapi Zafar tidak takut, akan ia terima apa pun nanti yang akan dilakukan Sinta padanya. Semua warga menatap Zafar yang kembali masuk. Ia meminta untuk segera dinikahkan saja, jangan menunggu apa-apa lagi, karena masalahnya sudah pergi. Pria itu menatao Hilma yang masih memegangi pipi, karena tadi Sinta juga memukul bagian pipi saat mendorong ia sampai jatuh. "Atas

    Last Updated : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 4

    "Hi—Hilma... namanya Hilma, Bu," kata Zafar, ia tau gadis itu sedang sangat ketakutan, terlihat dari tangannya yang saling bertautan dan sedikit gemetar. "Oh... Hilma. Ya sudah, kalian istirahat dulu, sepertinya Hilma sangat lelah." Bu Hani tersenyum pada gadis itu. "Ayo, kamar kita di atas. Bawa tehnya," ajak Zafar, pria itu membawa tas berisi baju Hilma kemudian menaiki tangga. Hilma meletakan teh manis kembali ke nampak, kemudian memngangkatnya. Ia mengangguk pada Bu Hani yang sedari tadi memperhatikannya, membuat Hilma berkeringat dingin dengan jantung yang sudah berdegup tak karuan. Saat kakinya ingin menaiki tangga, gadis itu lebih dulu menatap ke atas. Andai saja ada kamar kosong yang lain, kecil pun tak apa. Ia lebih baik tidur di sana daripada harus satu kamar dengan Zafar. Pada akhirnya dia hanya bisa menghela napas, kemudian menaiki anak tangga satu per satu. Sesampainya di atas, ia melihat pintu kamar terbuka, kemudian Hilma masuk ke sana. "Taruh sini aja tehnya," uja

    Last Updated : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 5

    Ada rasa lega di dalam hati gadis itu, ia bersyukur karena Bu Hani ternyata sangat baik padanya. Bayang-bayang mendapatkan caci maki, kini musnah sudah. Keduanya kembali ngobrol ngalor-ngidul, lebih tepatnya Bu Hani yang terus berbicara. Hilma hanya diam sesekali tersenyum saat ada hal yang lucu, yang diceritakan oleh mertuanya itu. ***"Mudah-mudahan aku betah di sini, dan tidak ketakutan lagi," ujar Hilma, menatap diri di cermin, gadis itu baru selesai mengenakan pakaian selepas mandi tadi. "Biasa saja.""Hah!" Hilma yang terkejut medengar Zafar yang tiba-tiba mendekat. Sekilas ia melihat suaminya itu tersenyum, kemudian kembali datar. "Sampai kapan takut terus. Kamu kan udah liat Ibu sebaiknya apa sama kamu. Sampai aku aja anaknya, malah kena omel," kata Zafar ngedumel. "Ayo turun!" Pria itu sedikit berteriak dari luar lamar. "Iya," jawab Hilma, sambil mengekor pria itu turun. Matanya melotot saat Zafar menunggu dan kemudian menggenggam tangan Hilma. Gadis itu merasa tak nyam

    Last Updated : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 6

    Bu Hani yang sedang berbincang dengan suaminya dikagetkan dengan Zafar yang tiba-tiba saja datang dari belakang. Mereka yang kebetulan sedang membicarakan hal itu, kesempatan bagi mereka untuk mempertanyakan seuatu hal pada Zafar, mumpung gadis itu tidak ada di sana. Sedangkan Zafar yang tadi ingin mengambil minum, mendadak diam karena tatapan kedua orang tuanya pada dia. "Ibu tidak mau basa basi, Zafar. Setidaknya kamu bisa memutuskan dulu baik-baik sebelum mengambil sebuah keputusan. Bagaimana dengan orang tua gadis itu saat kamu bicara akan menikahinya. Sedangkan mereka kenal denganmu saja tidak.""Apa kata orang tua dia saat tau kalian akan dinikahkan?"Zafar yang terus mendapatkan pertanyaan secara bertubi-tubi malah diam. Dia bingung harus menjawab yang mana dulu. Sedangkan orang tua Hilma, pria itu tak begitu yakin hafal. Karena yang ada di sana hanya Bapaknya saja, bahkan saat ijab qobul pun tidak ada lagi selain dia. Pak Jaidi menatap dengan serius, hatinya masih ragu jika

    Last Updated : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 7 Sekamar berdua

    "Yang apa, Bu?" tanya Hilma penasaran. "Hipotermia." Bu Hani mematikan kompor lebih dulu, kemudian berbalik menghadapi Hilma yang sudah menunggu penjelasan darinya. "Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh turun drastis hingga di bawah 35oC. Akibatnya, jantung dan organ vital lainnya gagal berfungsi. Jika tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan henti jantung, gangguan sistem pernapasan, bahkan kematian."Hilma mengingat bagaimna waktu itu Zafar seperti sesak bernapas, bahkan saat di arak oleh warga, dia seperti lemas tak berdaya. "Saya tidak tau kapan dan kenapa dia bisa memiliki penyakit itu. Semuanya karena dia karang ada di rumah, seringnya di luar, bahkan dalam seminggu belum tentu dia akan pulang ke rumah." Bu Hani menepuk pundak Hilma lembut. "Makasih ya, karena kamu sudah berusaha menyelamatkan anak saya, meskipun pada akhirnya kalian harus menghadapi hal ini. Tapi di sisi lain, saya bahagia Zafar menikau denganmu, karena hal ini Sinta pergi. Perempuan tak

    Last Updated : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 8 Hilma mempesona

    Sayup-sayup suara adzan terdengar dari masjid, membuat gadis itu mencoba terbangun. Tapi ia merasakan tangannya berat, ia membuka mata perlahan, di sana, Zafar tertidur pulas di tangan istrinya itu. Hilma yang masih setengah sadar hanya diam sejenak. "Astaghfirullahalazim!" Kemudian dia langsung duduk menarik tangannya dari sang suami, membuat pria itu terbangun karena kaget mendengar jeritan Hilma."Kamu ngapain tidur di tangan aku! Katanya gak boleh melewati batas, ini malah kamu yang melanggar aturan itu gimana sih—""Suut!" Zafar dengan cepat membungkam mulut gadis itu, dia yang tadi duduk berbaring kembali karena Zafar mendorongnya. Hal itu membuat keduanya kini berdekatan, Zafar perlahan menurunkan tangan yang dipakai untuk membungkam Hilma, sedangkan gadis itu hanya diam tak berkutik karena terkejut. "Nah begitu diam! Masih pagi banget juga, nanti kalo Ibu denger apa kata dia. Berisik!""Ishh!" Sekuat tenaga Hilma mendorong pria itu agar menjauh darinya. Kemudian dia bangkit

    Last Updated : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 9 Perdebatan Hilma dan Zafar

    "Maksudnya kamu udah punya pacar?" tanya Bu Hani bingung. Hilma yang keceplosan hanya diam berpikir, jika dibilang pacaran, tidak juga. Karena dia dengan Ajat tidak saling mengutarakan rasa cinta. "Bukan begitu, Bu. Maksud saya....""Oh... Kamu sudah ada pria yang dikagumin begitu? Tapi karena kejadian ini malah hilang harapan?"Gadis itu menggaruk kepalanya sambil tersenyum kecil. "Begitu, Bu," jawabnya pelan. Bu Hani mengangguk paham. "Kamu mau nerusin pernikahan ini atau kalian minta banding, bawa kasus ini ke jalur hukum. Ibu siap membantu jika memang kalian tidak melakukan apa-apa.""Jalur hukum, maksudnya polisi begitu, Bu?" Bu Hani mengangguk. Sedangkan Hilma diam, bukan tidak mau. Tapi ia paham betul bagaimna sifat watak warga desa di sana. Jika sampai kejadian ini dibawa ke jalur hukum, bahkan sang Bapak pun tidak akan pernah menerima Hilma kembali. "Maaf, Bu. Bukan saya tidak mau. Tapi sulit berada di posisi sekarang. Daripada saya tidak dianggap anak oleh Bapak lagi,

    Last Updated : 2024-01-19

Latest chapter

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 52

    "Kamu tak perlu tau orang itu siapa. Yang jelas, Paman kecewa pada kalian berdua. Mulai sekarang, Paman tidak mau berurusan dengan kalian lagi.""Tapi aku akan cari tau siapa orang yang sudah memfitnah istriku!" tekan Zafar, ia menarik Hilma saat wanita itu hendak berbicara. Zafar pergi dengan emosi yang meluap-luap di dadanya. Ia yakin sekali, jika dalang dari semuanya adalah Santi. Karena tidak ada lagi orang yang tidak menyukai istrinya itu kecuali dia."Aa aku belum sempat bicara sama Pak Haji.""Ngapain. Biarin aja dia, lama-lama juga bakalan ketauan iblis apa yang ada di rumahnya itu. Memfitnah orang lain agar dia bisa menikmati semuanya!"Hilma diam. Ia berpikir ada benarnya juga apa yang Zafar katakan, jika memang bukan Santi siapa lagi, karena di desa hanya dia yang berurusan dengannya."Mungkin karena dia suka sama Aa, makanya menghalalkan segala cara agar kalian bisa dekat."Mendengar itu Zafar langsung ngerem mendadak. Ia melirik sang istri yang juga tengah menatapnya."J

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 51

    Sebelum menuju ke rumah Haji Burhan, mereka makan siang lebih dulu karena merasa lapar setelah kehujanan. Zafar yang berusaha menenangkan istrinya itu dengan mencoba menyuapi makanan pada Hilma, tapi wanita itu seakan enggan untuk menerima.Belum pernah ia melihat Haji Burhan semarah itu padanya, tapi kenapa setelah ada anak perempuannya, Hilma rasa banyak yang berubah dari bos ayahnya itu.Padahal dulu ia orangnya sangat lembut dan penyayang. Bahkan orang yang salah di mata yang lain pun, ia selalu membela dan memilih untuk berdamai. Tapi sekarang, hal yang bahkan tidak Hilma ketahui hal buruk apa yang sudah ia lakukan, Haji Burhan nampak tidak menyukainya."Hilma...." Suara Zafar membuat wanita itu buyar dari lamunannya. Ia hanya bisa menarik napas pelan dengan wajah yang muram."Kamu tau paman, kan? Mungkin dia cuma mau mastiin aja.""Tapi... kata-kata dia tadi sangat tidak enak aku dengar, A. Kapan aku punya niat busuk padanya, sedangkan aku selalu berdoa agar dia hidupnya sejaht

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 50

    Santi melirik dari ujung matanya, kemudian dia tersenyum miring melihat sang ayah yang nampak emosi sekali. Wanita itu berhasil membuat seorang Haji Burhan yang dulunya rendah hati dan baik pada semua orang, kini ia nampak menjadi orang yang perhitungan."Tenang, Ayah... aku akan bantu untuk bikin mereka menyesali semuanya."'Lihat aja, setelah ini Hilma pasti akan kena marah habis-habisan sama Ayah. Aku harus menyusun rencana baru agar Zafar membela Ayah dan hubungan dia dengan istrinya itu renggang,' batin Santi."Ternyata wanita selugu dia bermuka dua. Padahal dulu siapa yang sering menolongnya kalau bukan saya!" tekan Haji Burhan, membuat hati Santi semakin gembira mendengarnya."Minta aja modal yang pernah Ayah berikan pada Zafar. Biar mereka tau rasa!"Haji Burhan menatap anaknya itu, ia kemudian duduk kembali setelah tadi berdiri karena emosi."Ayah gak bisa kalau lakuin itu, karena modal yang diberikan pada Zafar, itu uang ibunya dulu yang Ayah pinjam.""Jadi....""Kalau soal

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 49

    "Akhirnya selesai, sekarang aku tinggal mandi dan ngasih bekal ini buat Aa." Hilma tersenyum melihat menu-menu makanan yang sudah tersaji di meja. Ia sudah memisahkan mana yang akan di bawa dan untuk sarapan sang ayah di rumah.Wanita itu naik ke kamar untuk mandi gan berganti baju, kemudian sedikit memoles wajahnya dan memakai lipstik agar lebih segar.Setelah rapi ia turun lagi dengan suasana hati yang gembira. Pokoknya nanti ia harus meminta maaf atas perilakunya yang semalam. Hanya karena cemburu ia jadi mengacuhkan sang suami. Yang padahal Zafar sama sekali tidak ada niat untuk berdekatan dengan Santi.Sepeda ia goes menuju ke Konveksi setelah berpamitan dengan sang ayah yang sedang menikmati hidangannya. Semilir angin menabrak wajah membuat wanita itu tersenyum. Menarik napas dalam menghirup udara desa yang masih sangat segar.Dari kejauhan matanya menatap sang suami yang sedang membantu menurunkan bahan-bahan kain yang sangat besar itu. Membuat suaminya sampai membungkuk memba

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 48

    "A, yakin beli sebanyak itu?" Komar yang tadi hanya melongo kini bertanya saat melihat penjual dodol itu mulai menimbang dan memasukan dodol ke dalam kresek hitam yang cukup besar."Yakin dong... hanya dengan cara ini aku bisa meluluhkannya!""Meluluhkan siapa, A?"Zafar yang keceplosan langsung tutup mulut, kemudian meminta Komar untuk diam. Berisik sekali dia sedari tadi terus bertanya.Wajah Zafar berbinar dan dia membayangkan raut wajah sang istri saat mendapatkan dodol-dodol ini. Pria itu bergegas membayar dan mengajak Komar untuk pulang. Sepanjang jalan ia berharap semoga Kanjeng Putri itu tidak merajuk lagi.Malam semakin larut, mereka berdua kini sudah sampai di depan rumah, Zafar memberikan satu kilo dodol itu untuk Komar, dan juga uang sebagai tanda terima kasih untuknya."Kok, pake segala ngasih uang, A. Kan saya jadi enak," kata Koma r sambil nyengir. "Makasih ya, Mar. Udah kamu sekarang pulang, kasian istri kamu nungguin.""Iya, A. Makasih, ya. Kalau butuh bantuan lagi,

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 47

    Hujan kembali deras lagi setelah tadi agak sedikit reda. Zafar menembusnya karena sang paman berbicara dengan sangat panik di telfon tadi. Dia terpaksa datang karena sang paman memohon, sedangkan hatinya merasa berat untuk meninggalkan Hilma yang masih belum mau bicara dengannya. Pria itu bergegas turun dari motor dan mengetuk pintu dengan tubuh yang kedinginan. Haji Burhan datang, ia melihat Zafar basah kuyup, kemudian meminta Santi untuk mengambilkan anduk. Santi tersenyum saat mengalungkan handuk itu padanya, sedangkan Zafar langsung menepis tangan wanita itu yang sangat tidak sopan. "Apa yang bunyi, Paman?" tanya Zafar, sambil masuk ke dapur, karena tadi sang paman bicara bahwa gasnya bocor karena mengeluarkan bunyi dan bau. "Gak tau, tadi bau sama ada bunyi, ya kan, Santi?""I–iya, Aa, tadi bunyi gitu. Aku jadi takut...." Santi memanfaatkan situasi sambil memegangi tangan Zafar, membuat pria itu menatapnya tajam. "Kamu cek deh, paman mau ke atas dulu, sakit pinggang rasanya.

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 46

    Hilma kembali menikmati makanan yang sudah tidak mengunggah selera, tapi karena sayang jika di buang, maka ia harus menghabiskannya. Dengan wajah yang ditekuk, matanya melirik Zafar yang kembali turun mengenakan jaket. Karena posisi baru jam sembilan, bahkan matahari belum sepenuhnya muncul di langit. Membuat udara menjadi dingin. "Aku pergi dulu, ya." Zafar menghampiri kemudian mengecup kepala istrinya itu. Saat mengulurkan tangan, ia melihat istrinya itu berubah, tidak seperti tadi yang nampak segar sekali wajahnya. "Boleh kan aku pergi?""Kalau pun di larang, kamu bakalan tetap pergi, kan?"Zafat tersenyum, ia tau kenapa istrinya itu menjadi seperti ini. "Sayang... Aku ke rumah paman cuma mau membicarakan pembuatan alat untuk menarik air sungai ke sawah. Gak aneh-aneh, kok.""Hmm, ya udah pergilah kalau begitu. Nanti telat."Zafar menghela napas pelan melihat istrinya yang berbicara tanpa menatap dirinya. Karena waktu sudah semakin lambat, akhirnya ia kembali mengecup kening Hil

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 45

    "Ayah tau punya ponakan modelan Zafar kenapa gak dinikahkan dengan Santi? Kenapa harus memilih perempuan kampungan itu? Kan aku juga bisa menikah sama dia, Ayah.""Mereka juga menikah karena tak sengaja, bukan murni saling suka.""Maksudnya gak sengaja?"Haji Burhan menaruh sendok yang sedang ia pegang, kemudian menceritakan awal mula Zafar dan Hilma menikah karena apa."Gitu, mana bisa ayah larang mereka. Ini sudah menjadi tradisi di sini."Santi mengangguk paham. Dia tersenyum miring memikirkan suatu hal gila apa yang akan wanita licik itu lakukan. "Sayang sekali, ya. Padahal aku lihat-lihat Zafar tertarik sama aku. Kemarin aja dia lihat aku sampai segitunya. Cuma ya... Istrinya aja itu, si Hilma yang suka tiba-tiba muncul kayak kunti!""Kamu jangan berharap apa pun sama dia. Zafar sudah bisa menerima Hilma, bahkan mereka sedang bahagia ini, karena telah mengandung anak pertama.""Apa!" Santi melotot tak percaya mendengar penuturan sang ayah, karena Haji Burhan kemarin tiga hari se

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 44

    Zafar memancing untuk istrinya itu berbicara, padahal dia sudah tau pasti yang sedang Hilma pikirkan adalah Haji Burhan. Pria itu menggenggam tangan sang istri lembut, kemudian menciumnya. "Aku tau, kamu mikirin ucapan Paman, kan? Sudah aku bilang, gak usah dimasukin ke hati, jangan terlalu dipikirkan. Dia begitu pasti karena hasutan Santi.""Tapi kenapa dia jahat banget, A. Santi itu dari awal datang seperti tak suka sama aku. Apalagi kalau kita lagi berdua, terlihat jelas raut wajah sinisnya.""Maklumin aja, mungkin karena dia baru menikmati hidupnya sebagai anak dari Paman, dulu kan dia sembunyi-sembunyi dari warga, ya sekarang mungkin dia sudah bebas berperilaku. Dan itu lah sifat aslinya.""Apa mungkin juga dia suka sama kamu, A?"Mendengar penuturan sang istri, Zafar terdiam memandangnya. Ia mengingat kejadian saat pulang dari masjid tadi, seseorang menghadangnya saat di jalan, yang ternyata dia adalah Santi. Karena kebetulan wanita itu ada di sana, Zafar turun dengan niat ing

DMCA.com Protection Status