Share

Bab 3

Penulis: Uni Tari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-19 12:17:42

Zafar juga berjalan mendekat padanya, kemudian berkata, "Sekarang sudah tidak ada alasan lagi untukku mempertahan kamu, Sinta. Silakan pergi, dan carilah pria yang murahan, sama seperti dirimu."

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Zafar, pria itu hanya tersenyum miring sambil memegangi pipinya.

"Aku akan membuatmu hancur, Zafar. Ingat itu!" tekan Sinta, kemudian masuk ke dalam mobil dan pergi.

Tiga tahun bersama bukan waktu yang singkat, Zafar sangat tau sifatnya seperti apa. Jika memang ada orang yang mengusik, dia tak segan akan membuat orang itu hancur lebur, lalu dia akan tertawa melihat balas dendamnya berhasil.

Tapi Zafar tidak takut, akan ia terima apa pun nanti yang akan dilakukan Sinta padanya.

Semua warga menatap Zafar yang kembali masuk. Ia meminta untuk segera dinikahkan saja, jangan menunggu apa-apa lagi, karena masalahnya sudah pergi.

Pria itu menatao Hilma yang masih memegangi pipi, karena tadi Sinta juga memukul bagian pipi saat mendorong ia sampai jatuh.

"Atas nama Sinta saya minta maaf."

Hilma hanya melirik sekilas pria itu, kemudian memalingkan wajah.

Zafar sudah siap mengulurkan tangan, Pak Hasan nampak ragu untuk memulai ijab qobul, ia menatap Hilma yang hanya bisa menangis dalam diam.

Karena dorongan dari warga untuk segera dinikahkan, Pak Hasan pada akhirnya menjabat tangan pria itu, kemudian ijab qobul pun dimulai. Pernikahan dilakukan secara siri, karena membutuhkan waktu jika harus menikah secara resmi. Akan tetapi, mereka tidak hanya akan nikah siri saja, pernikahan resmi tetap akan digelar di desa, setelah semua persyaratan selesai.

***

Setelah dinyatakan resmi menikah siri, Zafar dan Hilma langsung diminta untuk ke Jakarta, menemui orang tua Zafar di sana. Karena jam masih menunjukan pukul delapan malam, sedangkan perjalanan Bandung-Jakarta hanya menghabiskan waktu kurang lebih empat jam, Zafar memutuskan untuk kembali ke kota malam itu juga.

Hilma dan Zafar memutuskan untuk ke rumah Pak Hasan dulu, agar gadis itu bisa merapikan pakaian yang ingin ia bawa. Dada Hilma masih terasa sesak, mengapa begitu cepat takdir merubahnya.

Hanya dalam sekejap, kini ia sudah menjadi istri orang lain. Yang bahkan orang itu sama sekali tidak Hilma kenal.

Setelah menunggu lima belas menit, gadis itu keluar membawa tas yang berisi baju. Zafar yang sedang menunggu kemudian membantu Hilma membawa tasnya. Ia meletakan tas itu di kursi tengah.

Zafar menghadap pada Pak Hasan, ia mengulurkan tangan tapi tak Pak Hasan hiraukan. Seorang ayah itu hanya diam, memandangi ke sembarang arah. Sama sekali tidak melirik pria itu. Begitu juga pada Hilma, ia melakukan hal yang sama.

"Assalamu'alaikum," ujar Hilma, kemudian berjalan menuju mobil. Sebelum naik, ia menatap kembali sang Bapak. Hilma membatin, sesakit itu kah hatinya? Sampai-sampai tidak mau melihat wajah anaknya lagi.

Setelah pamit pada semua orang di sana, mobil mulai berjalan, Zafar menyetir sendiri. Sesekali ia melirik Hilma yang hanya diam, kemudian menyeka air mata di pipi.

Sepanjang perjalanan tak ada percakapan di antara mereka. Hening.

Sampai di rest area, Zafar teringat jika gadis itu dan begitupun dia belum mengisi perutnya sama sekali. Pria itu memutuskan untuk berhenti sekalian mengisi bahan bakar.

Menyadari mobil berhenti, Hilma melihat sekeliling, Zafar turun tanpa mengatakan sepatah kata pun pada Hilma, membuat pikiran gadis itu takut, jika Zafar akan meninggalkannya di sana.

Padahal, Zafar sedang memesan satu cup kopi dan juga nasi goreng. Ia kemudian kembali ke mobil setelah membayarnya.

Hilma yang sedari tadi khawatir dibuang karena Zafar tak kunjung datang lagi, kini gadis itu merasa sedikit tenang saat pintu mobil terbuka, dan Zafar kembali masuk.

"A—aku kira, kamu ngebuang aku di sini," katanya pelan.

"Untuk apa saya ngebuang kamu di sini. Kalau memang mau ngebuang, sudah saya turunkan kamu saat masih di jalanan hutan tadi," jawab Zafar.

Kemudian ia menyodorkan sebungkus nasi goreng dan air mineral pada gadis itu. "Makan. Saya baru ingat kalau sejak tadi kamu belum makan."

Hilma yang memang juga merasakan lapar sejak tadi, dia tak mementingkan gengsi. Ia mengambil makanan itu, dan berucap terima kasih pada Zafar.

Pria itu hanya bergumam.

Melihat Hikma menikmati makanan, Zafar sedikit menghela napas. Dalam satu kali pertemuan, yang pada akhirnya mereka dinikahkan. Zafar masih merasa bahwa ini adalah mimpi, sungguh tak pernah terbayang sebelumnya, ia akan menikah di usia 25 tahun dengan gadis desa. Yang lugu dan polos itu.

***

Sekitar jam dua dini hari, mereka sampai ke rumah orang tua Zafar. Pria itu turun dari mobil untuk membuka pintu garasi, namun dikunci. Ia kembali ke mobil, menelpon sang ibu memintanya untuk membuka kuncinya.

Tak lama, Bu Hani, ibunya Zafar keluar, ia membuka gerbangnya, Zafar kembali ke mobil membawa mobil itu masuk.

"Ayo!" katanya pada Hilma, yang sejak tadi gemetar karena takut jika orang tua Zafar itu tak terima.

Hilma memejamkan mata, ia berdoa dalam hati semoga semua baik-baik saja. Gadis itu turun, kemudian memberanikan diri mengulurkan tangan pada Bu Hani. Ibunya Zafar itu menerimanya.

"A—assalamu'alaikum, Ibu."

"Waalaikumsalam. Zafar, bawa dia masuk," ujar Bu Hani, yang masih terkejut setelah mendengar kabar dari sang kakak. Bahwa anaknya itu dinikahkan.

Zafar membawa Hilma masuk, kemudian memintanya untuk duduk. Bu Hani pun sudah duduk menghadap mereka berdua.

"Sudah pada makan?"

"Sudah," jawab Zafar pelan.

Bu Hani ke dapur dulu, ia membuatkan teh hangat untuk mereka. Hilma yang tadi terasa sulit untuk bernapas, ia seakan lega saat Bu Hani pergi dari hadapannya.

Gadis itu melirik sekilas ke arah Zafar, yang juga hanya diam membisu. Tangannya saling bertautan, dengan raut wajah yang nampak gusar. Mendengar langkah kaki Bu Hani yang kembali, membuat Hilma kembali menunduk dalam, ia mengatur napas mencoba untuk menenangkan diri.

"Minumlah, perjalanan kalian jauh. Pasti capek," ujar Bu Hani, sembari meletakan dua cangkir teh manis dan satu toples kue.

Hilma masih saja menunduk, ia tak berani mengambil teh manis itu. Sedangkan Zafar menatap sekilas sang ibu, kenapa dia tidak marah dan mengomel, padahal perbuatannya ini sangat fatal.

'Mungkin belum,' batin Zafar.

"Ibu...."

"Zafar, nanti kamu bawa dia ke kamar kamu, ya. Kalau kalian capek, istirahat saja. Biar ibu bawa minumannya ke atas."

Belum sempat Zafar berbicara, Bu Hani sudah lebih dulu memotongnya.

"Tak perlu, Ibu. Saya bisa membawanya. Maaf, karena sudah merepotkan," ujar Hilma. Ia berusaha tersenyum, walaupun jantungnya sudah berdegup tak karuan.

Bu Hilma sedikit tersenyum melihat kesopanan gadis itu. "Siapa namamu?"

Hilma meneguk ludahnya sendiri mendengar pertanyaan itu. Bibirnya kelu untuk menjawab karena ketakutan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ulvyana Mpi
Thor Bab ini ada yang terlewatkah ? kok gak nyambung dengan bab sebelumnya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 4

    "Hi—Hilma... namanya Hilma, Bu," kata Zafar, ia tau gadis itu sedang sangat ketakutan, terlihat dari tangannya yang saling bertautan dan sedikit gemetar. "Oh... Hilma. Ya sudah, kalian istirahat dulu, sepertinya Hilma sangat lelah." Bu Hani tersenyum pada gadis itu. "Ayo, kamar kita di atas. Bawa tehnya," ajak Zafar, pria itu membawa tas berisi baju Hilma kemudian menaiki tangga. Hilma meletakan teh manis kembali ke nampak, kemudian memngangkatnya. Ia mengangguk pada Bu Hani yang sedari tadi memperhatikannya, membuat Hilma berkeringat dingin dengan jantung yang sudah berdegup tak karuan. Saat kakinya ingin menaiki tangga, gadis itu lebih dulu menatap ke atas. Andai saja ada kamar kosong yang lain, kecil pun tak apa. Ia lebih baik tidur di sana daripada harus satu kamar dengan Zafar. Pada akhirnya dia hanya bisa menghela napas, kemudian menaiki anak tangga satu per satu. Sesampainya di atas, ia melihat pintu kamar terbuka, kemudian Hilma masuk ke sana. "Taruh sini aja tehnya," uja

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 5

    Ada rasa lega di dalam hati gadis itu, ia bersyukur karena Bu Hani ternyata sangat baik padanya. Bayang-bayang mendapatkan caci maki, kini musnah sudah. Keduanya kembali ngobrol ngalor-ngidul, lebih tepatnya Bu Hani yang terus berbicara. Hilma hanya diam sesekali tersenyum saat ada hal yang lucu, yang diceritakan oleh mertuanya itu. ***"Mudah-mudahan aku betah di sini, dan tidak ketakutan lagi," ujar Hilma, menatap diri di cermin, gadis itu baru selesai mengenakan pakaian selepas mandi tadi. "Biasa saja.""Hah!" Hilma yang terkejut medengar Zafar yang tiba-tiba mendekat. Sekilas ia melihat suaminya itu tersenyum, kemudian kembali datar. "Sampai kapan takut terus. Kamu kan udah liat Ibu sebaiknya apa sama kamu. Sampai aku aja anaknya, malah kena omel," kata Zafar ngedumel. "Ayo turun!" Pria itu sedikit berteriak dari luar lamar. "Iya," jawab Hilma, sambil mengekor pria itu turun. Matanya melotot saat Zafar menunggu dan kemudian menggenggam tangan Hilma. Gadis itu merasa tak nyam

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 6

    Bu Hani yang sedang berbincang dengan suaminya dikagetkan dengan Zafar yang tiba-tiba saja datang dari belakang. Mereka yang kebetulan sedang membicarakan hal itu, kesempatan bagi mereka untuk mempertanyakan seuatu hal pada Zafar, mumpung gadis itu tidak ada di sana. Sedangkan Zafar yang tadi ingin mengambil minum, mendadak diam karena tatapan kedua orang tuanya pada dia. "Ibu tidak mau basa basi, Zafar. Setidaknya kamu bisa memutuskan dulu baik-baik sebelum mengambil sebuah keputusan. Bagaimana dengan orang tua gadis itu saat kamu bicara akan menikahinya. Sedangkan mereka kenal denganmu saja tidak.""Apa kata orang tua dia saat tau kalian akan dinikahkan?"Zafar yang terus mendapatkan pertanyaan secara bertubi-tubi malah diam. Dia bingung harus menjawab yang mana dulu. Sedangkan orang tua Hilma, pria itu tak begitu yakin hafal. Karena yang ada di sana hanya Bapaknya saja, bahkan saat ijab qobul pun tidak ada lagi selain dia. Pak Jaidi menatap dengan serius, hatinya masih ragu jika

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 7 Sekamar berdua

    "Yang apa, Bu?" tanya Hilma penasaran. "Hipotermia." Bu Hani mematikan kompor lebih dulu, kemudian berbalik menghadapi Hilma yang sudah menunggu penjelasan darinya. "Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh turun drastis hingga di bawah 35oC. Akibatnya, jantung dan organ vital lainnya gagal berfungsi. Jika tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan henti jantung, gangguan sistem pernapasan, bahkan kematian."Hilma mengingat bagaimna waktu itu Zafar seperti sesak bernapas, bahkan saat di arak oleh warga, dia seperti lemas tak berdaya. "Saya tidak tau kapan dan kenapa dia bisa memiliki penyakit itu. Semuanya karena dia karang ada di rumah, seringnya di luar, bahkan dalam seminggu belum tentu dia akan pulang ke rumah." Bu Hani menepuk pundak Hilma lembut. "Makasih ya, karena kamu sudah berusaha menyelamatkan anak saya, meskipun pada akhirnya kalian harus menghadapi hal ini. Tapi di sisi lain, saya bahagia Zafar menikau denganmu, karena hal ini Sinta pergi. Perempuan tak

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 8 Hilma mempesona

    Sayup-sayup suara adzan terdengar dari masjid, membuat gadis itu mencoba terbangun. Tapi ia merasakan tangannya berat, ia membuka mata perlahan, di sana, Zafar tertidur pulas di tangan istrinya itu. Hilma yang masih setengah sadar hanya diam sejenak. "Astaghfirullahalazim!" Kemudian dia langsung duduk menarik tangannya dari sang suami, membuat pria itu terbangun karena kaget mendengar jeritan Hilma."Kamu ngapain tidur di tangan aku! Katanya gak boleh melewati batas, ini malah kamu yang melanggar aturan itu gimana sih—""Suut!" Zafar dengan cepat membungkam mulut gadis itu, dia yang tadi duduk berbaring kembali karena Zafar mendorongnya. Hal itu membuat keduanya kini berdekatan, Zafar perlahan menurunkan tangan yang dipakai untuk membungkam Hilma, sedangkan gadis itu hanya diam tak berkutik karena terkejut. "Nah begitu diam! Masih pagi banget juga, nanti kalo Ibu denger apa kata dia. Berisik!""Ishh!" Sekuat tenaga Hilma mendorong pria itu agar menjauh darinya. Kemudian dia bangkit

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 9 Perdebatan Hilma dan Zafar

    "Maksudnya kamu udah punya pacar?" tanya Bu Hani bingung. Hilma yang keceplosan hanya diam berpikir, jika dibilang pacaran, tidak juga. Karena dia dengan Ajat tidak saling mengutarakan rasa cinta. "Bukan begitu, Bu. Maksud saya....""Oh... Kamu sudah ada pria yang dikagumin begitu? Tapi karena kejadian ini malah hilang harapan?"Gadis itu menggaruk kepalanya sambil tersenyum kecil. "Begitu, Bu," jawabnya pelan. Bu Hani mengangguk paham. "Kamu mau nerusin pernikahan ini atau kalian minta banding, bawa kasus ini ke jalur hukum. Ibu siap membantu jika memang kalian tidak melakukan apa-apa.""Jalur hukum, maksudnya polisi begitu, Bu?" Bu Hani mengangguk. Sedangkan Hilma diam, bukan tidak mau. Tapi ia paham betul bagaimna sifat watak warga desa di sana. Jika sampai kejadian ini dibawa ke jalur hukum, bahkan sang Bapak pun tidak akan pernah menerima Hilma kembali. "Maaf, Bu. Bukan saya tidak mau. Tapi sulit berada di posisi sekarang. Daripada saya tidak dianggap anak oleh Bapak lagi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 10 Kembali ke desa

    Hampir saja aku menyebutkan siapa orang yang aku cintai selama ini padanya. Tapi meskipun dia tahu juga apa salahnya, toh dia tidak akan mungkin merasa sakit hati bukan? Selang bebrapa hari aku di sini, merasa sangat bosan dan suntuk. Kerjaan itu-itu saja, dan hanya begitu-begitu saja, lain seperti di desa, kalau suntuk bisa pergi ke sawah menikmati pemandangan alam yang Alloh ciptakan. Huff.... Semakin lama di sini aku pasti akan titingkuheun, kalau bahasa Indonesia apa ya, aku juga kurang tau. Yang pasti kaki akan terasa kaku karena hanya jalan ke atas, bawah, teras lagi, dapur lagi. Begitu saja terus.Mana di sini dihadapkan dengan seorang pria yang setiap hari ada saja ulahnya. Kalau aku yang jadi Bu Hani, sudah emosi jiwa dibuatnya. Sedang asik melamun malam-malam, Tiba-tiba pintu diketuk, tak lama Bu Hani muncul dari balik pintu. Ia tersenyum lalu masuk. Aku membenarkan posisi duduk dan bergeser agar Ibu duduk di sebelahku. "Besok hari Kamis, kita siap-siap ke desa ya. Ibu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 11 Surat dari Ajat

    "Apa yang bisa Bapak lakukan selain memberikan kalian restu dan doa. Nak, Bapak bukan orang yang punya, Bapak tidak punya apa-apa untuk diberikan pada kalian selain doa dan restu Bapak. Setelah di pikirkan bermalam-malam, Bapak sadar bahwa anak kesayanganku ini tidak mungkin melakukan hal yang di mana itu akan merusak dirinya dan juga menyakiti Bapak."Hilma menangis mendengar itu, keduanya dibawa ke dalam pelukan Pak Hasan. Di sela-sela tangis, gadis itu menatap Zafar yang juga tengah menatapnya sadari tadi. Keduanya saling melempar senyum dengan air mata yang sudah membasahi pipi. Karena hari semakin larut, Hilma pulang ke rumah, sedangkan Zafar, menginap di rumah Haji Burhan. Hilma sangat bahagia ketika mereka menaiki sepeda tua berdua. Jalan di tengah-tengah sawah, rembulan yang menyinari malam itu. Ia memeluk erat sang Bapak, menikmati embusan angin malam yang terasa dingin. Wangi tanah basah yang Hilma rindukan ia menikmati wangi itu sepanjang jalan. Sampai di rumah, mereka m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20

Bab terbaru

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 52

    "Kamu tak perlu tau orang itu siapa. Yang jelas, Paman kecewa pada kalian berdua. Mulai sekarang, Paman tidak mau berurusan dengan kalian lagi.""Tapi aku akan cari tau siapa orang yang sudah memfitnah istriku!" tekan Zafar, ia menarik Hilma saat wanita itu hendak berbicara. Zafar pergi dengan emosi yang meluap-luap di dadanya. Ia yakin sekali, jika dalang dari semuanya adalah Santi. Karena tidak ada lagi orang yang tidak menyukai istrinya itu kecuali dia."Aa aku belum sempat bicara sama Pak Haji.""Ngapain. Biarin aja dia, lama-lama juga bakalan ketauan iblis apa yang ada di rumahnya itu. Memfitnah orang lain agar dia bisa menikmati semuanya!"Hilma diam. Ia berpikir ada benarnya juga apa yang Zafar katakan, jika memang bukan Santi siapa lagi, karena di desa hanya dia yang berurusan dengannya."Mungkin karena dia suka sama Aa, makanya menghalalkan segala cara agar kalian bisa dekat."Mendengar itu Zafar langsung ngerem mendadak. Ia melirik sang istri yang juga tengah menatapnya."J

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 51

    Sebelum menuju ke rumah Haji Burhan, mereka makan siang lebih dulu karena merasa lapar setelah kehujanan. Zafar yang berusaha menenangkan istrinya itu dengan mencoba menyuapi makanan pada Hilma, tapi wanita itu seakan enggan untuk menerima.Belum pernah ia melihat Haji Burhan semarah itu padanya, tapi kenapa setelah ada anak perempuannya, Hilma rasa banyak yang berubah dari bos ayahnya itu.Padahal dulu ia orangnya sangat lembut dan penyayang. Bahkan orang yang salah di mata yang lain pun, ia selalu membela dan memilih untuk berdamai. Tapi sekarang, hal yang bahkan tidak Hilma ketahui hal buruk apa yang sudah ia lakukan, Haji Burhan nampak tidak menyukainya."Hilma...." Suara Zafar membuat wanita itu buyar dari lamunannya. Ia hanya bisa menarik napas pelan dengan wajah yang muram."Kamu tau paman, kan? Mungkin dia cuma mau mastiin aja.""Tapi... kata-kata dia tadi sangat tidak enak aku dengar, A. Kapan aku punya niat busuk padanya, sedangkan aku selalu berdoa agar dia hidupnya sejaht

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 50

    Santi melirik dari ujung matanya, kemudian dia tersenyum miring melihat sang ayah yang nampak emosi sekali. Wanita itu berhasil membuat seorang Haji Burhan yang dulunya rendah hati dan baik pada semua orang, kini ia nampak menjadi orang yang perhitungan."Tenang, Ayah... aku akan bantu untuk bikin mereka menyesali semuanya."'Lihat aja, setelah ini Hilma pasti akan kena marah habis-habisan sama Ayah. Aku harus menyusun rencana baru agar Zafar membela Ayah dan hubungan dia dengan istrinya itu renggang,' batin Santi."Ternyata wanita selugu dia bermuka dua. Padahal dulu siapa yang sering menolongnya kalau bukan saya!" tekan Haji Burhan, membuat hati Santi semakin gembira mendengarnya."Minta aja modal yang pernah Ayah berikan pada Zafar. Biar mereka tau rasa!"Haji Burhan menatap anaknya itu, ia kemudian duduk kembali setelah tadi berdiri karena emosi."Ayah gak bisa kalau lakuin itu, karena modal yang diberikan pada Zafar, itu uang ibunya dulu yang Ayah pinjam.""Jadi....""Kalau soal

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 49

    "Akhirnya selesai, sekarang aku tinggal mandi dan ngasih bekal ini buat Aa." Hilma tersenyum melihat menu-menu makanan yang sudah tersaji di meja. Ia sudah memisahkan mana yang akan di bawa dan untuk sarapan sang ayah di rumah.Wanita itu naik ke kamar untuk mandi gan berganti baju, kemudian sedikit memoles wajahnya dan memakai lipstik agar lebih segar.Setelah rapi ia turun lagi dengan suasana hati yang gembira. Pokoknya nanti ia harus meminta maaf atas perilakunya yang semalam. Hanya karena cemburu ia jadi mengacuhkan sang suami. Yang padahal Zafar sama sekali tidak ada niat untuk berdekatan dengan Santi.Sepeda ia goes menuju ke Konveksi setelah berpamitan dengan sang ayah yang sedang menikmati hidangannya. Semilir angin menabrak wajah membuat wanita itu tersenyum. Menarik napas dalam menghirup udara desa yang masih sangat segar.Dari kejauhan matanya menatap sang suami yang sedang membantu menurunkan bahan-bahan kain yang sangat besar itu. Membuat suaminya sampai membungkuk memba

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 48

    "A, yakin beli sebanyak itu?" Komar yang tadi hanya melongo kini bertanya saat melihat penjual dodol itu mulai menimbang dan memasukan dodol ke dalam kresek hitam yang cukup besar."Yakin dong... hanya dengan cara ini aku bisa meluluhkannya!""Meluluhkan siapa, A?"Zafar yang keceplosan langsung tutup mulut, kemudian meminta Komar untuk diam. Berisik sekali dia sedari tadi terus bertanya.Wajah Zafar berbinar dan dia membayangkan raut wajah sang istri saat mendapatkan dodol-dodol ini. Pria itu bergegas membayar dan mengajak Komar untuk pulang. Sepanjang jalan ia berharap semoga Kanjeng Putri itu tidak merajuk lagi.Malam semakin larut, mereka berdua kini sudah sampai di depan rumah, Zafar memberikan satu kilo dodol itu untuk Komar, dan juga uang sebagai tanda terima kasih untuknya."Kok, pake segala ngasih uang, A. Kan saya jadi enak," kata Koma r sambil nyengir. "Makasih ya, Mar. Udah kamu sekarang pulang, kasian istri kamu nungguin.""Iya, A. Makasih, ya. Kalau butuh bantuan lagi,

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 47

    Hujan kembali deras lagi setelah tadi agak sedikit reda. Zafar menembusnya karena sang paman berbicara dengan sangat panik di telfon tadi. Dia terpaksa datang karena sang paman memohon, sedangkan hatinya merasa berat untuk meninggalkan Hilma yang masih belum mau bicara dengannya. Pria itu bergegas turun dari motor dan mengetuk pintu dengan tubuh yang kedinginan. Haji Burhan datang, ia melihat Zafar basah kuyup, kemudian meminta Santi untuk mengambilkan anduk. Santi tersenyum saat mengalungkan handuk itu padanya, sedangkan Zafar langsung menepis tangan wanita itu yang sangat tidak sopan. "Apa yang bunyi, Paman?" tanya Zafar, sambil masuk ke dapur, karena tadi sang paman bicara bahwa gasnya bocor karena mengeluarkan bunyi dan bau. "Gak tau, tadi bau sama ada bunyi, ya kan, Santi?""I–iya, Aa, tadi bunyi gitu. Aku jadi takut...." Santi memanfaatkan situasi sambil memegangi tangan Zafar, membuat pria itu menatapnya tajam. "Kamu cek deh, paman mau ke atas dulu, sakit pinggang rasanya.

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 46

    Hilma kembali menikmati makanan yang sudah tidak mengunggah selera, tapi karena sayang jika di buang, maka ia harus menghabiskannya. Dengan wajah yang ditekuk, matanya melirik Zafar yang kembali turun mengenakan jaket. Karena posisi baru jam sembilan, bahkan matahari belum sepenuhnya muncul di langit. Membuat udara menjadi dingin. "Aku pergi dulu, ya." Zafar menghampiri kemudian mengecup kepala istrinya itu. Saat mengulurkan tangan, ia melihat istrinya itu berubah, tidak seperti tadi yang nampak segar sekali wajahnya. "Boleh kan aku pergi?""Kalau pun di larang, kamu bakalan tetap pergi, kan?"Zafat tersenyum, ia tau kenapa istrinya itu menjadi seperti ini. "Sayang... Aku ke rumah paman cuma mau membicarakan pembuatan alat untuk menarik air sungai ke sawah. Gak aneh-aneh, kok.""Hmm, ya udah pergilah kalau begitu. Nanti telat."Zafar menghela napas pelan melihat istrinya yang berbicara tanpa menatap dirinya. Karena waktu sudah semakin lambat, akhirnya ia kembali mengecup kening Hil

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 45

    "Ayah tau punya ponakan modelan Zafar kenapa gak dinikahkan dengan Santi? Kenapa harus memilih perempuan kampungan itu? Kan aku juga bisa menikah sama dia, Ayah.""Mereka juga menikah karena tak sengaja, bukan murni saling suka.""Maksudnya gak sengaja?"Haji Burhan menaruh sendok yang sedang ia pegang, kemudian menceritakan awal mula Zafar dan Hilma menikah karena apa."Gitu, mana bisa ayah larang mereka. Ini sudah menjadi tradisi di sini."Santi mengangguk paham. Dia tersenyum miring memikirkan suatu hal gila apa yang akan wanita licik itu lakukan. "Sayang sekali, ya. Padahal aku lihat-lihat Zafar tertarik sama aku. Kemarin aja dia lihat aku sampai segitunya. Cuma ya... Istrinya aja itu, si Hilma yang suka tiba-tiba muncul kayak kunti!""Kamu jangan berharap apa pun sama dia. Zafar sudah bisa menerima Hilma, bahkan mereka sedang bahagia ini, karena telah mengandung anak pertama.""Apa!" Santi melotot tak percaya mendengar penuturan sang ayah, karena Haji Burhan kemarin tiga hari se

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 44

    Zafar memancing untuk istrinya itu berbicara, padahal dia sudah tau pasti yang sedang Hilma pikirkan adalah Haji Burhan. Pria itu menggenggam tangan sang istri lembut, kemudian menciumnya. "Aku tau, kamu mikirin ucapan Paman, kan? Sudah aku bilang, gak usah dimasukin ke hati, jangan terlalu dipikirkan. Dia begitu pasti karena hasutan Santi.""Tapi kenapa dia jahat banget, A. Santi itu dari awal datang seperti tak suka sama aku. Apalagi kalau kita lagi berdua, terlihat jelas raut wajah sinisnya.""Maklumin aja, mungkin karena dia baru menikmati hidupnya sebagai anak dari Paman, dulu kan dia sembunyi-sembunyi dari warga, ya sekarang mungkin dia sudah bebas berperilaku. Dan itu lah sifat aslinya.""Apa mungkin juga dia suka sama kamu, A?"Mendengar penuturan sang istri, Zafar terdiam memandangnya. Ia mengingat kejadian saat pulang dari masjid tadi, seseorang menghadangnya saat di jalan, yang ternyata dia adalah Santi. Karena kebetulan wanita itu ada di sana, Zafar turun dengan niat ing

DMCA.com Protection Status