Share

Bab 7 Sekamar berdua

Penulis: Uni Tari
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-19 12:55:07

"Yang apa, Bu?" tanya Hilma penasaran.

"Hipotermia." Bu Hani mematikan kompor lebih dulu, kemudian berbalik menghadapi Hilma yang sudah menunggu penjelasan darinya.

"Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh turun drastis hingga di bawah 35oC. Akibatnya, jantung dan organ vital lainnya gagal berfungsi. Jika tidak segera ditangani, hipotermia dapat menyebabkan henti jantung, gangguan sistem pernapasan, bahkan kematian."

Hilma mengingat bagaimna waktu itu Zafar seperti sesak bernapas, bahkan saat di arak oleh warga, dia seperti lemas tak berdaya.

"Saya tidak tau kapan dan kenapa dia bisa memiliki penyakit itu. Semuanya karena dia karang ada di rumah, seringnya di luar, bahkan dalam seminggu belum tentu dia akan pulang ke rumah."

Bu Hani menepuk pundak Hilma lembut. "Makasih ya, karena kamu sudah berusaha menyelamatkan anak saya, meskipun pada akhirnya kalian harus menghadapi hal ini. Tapi di sisi lain, saya bahagia Zafar menikau denganmu, karena hal ini Sinta pergi. Perempuan tak sopan itu, sejak dulu saya sama sekali tidak menyukainya. Dia yang membuat Zafar jatuh ke dalam kegelapan."

"Oh, jadi Teteh itu namanya Sinta? Pantas pas kita berhenti dulu di kamar-kamar waktu itu, dia udah gak ada pas kami mau ke sini."

Bu Hani mengerut mendengar penjelasan Hilma. "Kamar-kamar apa maksudnya?"

"Itu, anu... apa ya namanya, intinya kita ke gedung tinggi, tapi isinya kamar begitu, Bu."

Bu Hani tertawa mendengar penjelasan Hilma, membuat gadis itu menggaruk kepala bingung. "Maksud kamu hotel kali ya? Oh kalian sebelum sampai ke sini ke hotel dulu? Terus si Sinta itu perginya pas di hotel dong, ya?"

"Nah, iya, mungkin itu, Bu. Hotel namanya. Kalau soal si Teteh itu, pas kami mau berangkat dia udah gak ada. Kan saya tanya ke anak Ibu, katanya jangan di pikirin. Padahal saya kan cuma nanya ya, Bu, bukan mikirin dia. Uh, ada-ada saja si Kakak teh."

Bu Hani tertawa kecil mendengar penuturan mantu barunya itu. Hatinya merasakan kelegaan, mungkin karena selama ini ia jarang sekali mengobrol empat mata begini dengan anaknya. Kini, dengan adanya Hilma, mereka bisa berbicara ngalor ngidul.

"Udah, ah. Nanti ngobrol terus kita gak jadi-jadi masaknya." Mereka tutup obrolan itu dengan kembali memasak bersama.

***

Setelah solat jamaah di rumah, mereka kembali ke meja makan. Hilma juga sudah bersih karena Bu Hani memberikan sebuah Midi dres padanya untuk dipake. Lengkap dengan kerudung warna senada, yaitu warna hijau sage.

Bu Hani sampai terpana melihat cantiknya gadis itu, meskipun dari desa tapi kulitnya putih bersih. Meskipun memang soal baju dia tidak tau outfit yang baik untuk ia pakai. Wajar saja, setahun sekali saja belum tentu ia membeli baju baru. Kecuali kalau memang ada orang yang memberikannya baju bekas yang masih layak pakai.

"Mana Zafar?" tanya Bu Hani.

"Entahlah, disuruh solat juga gak ada," jawab sang suami, membuat Bu Hani kesal dengan anaknya itu. Sangat susah sekali untuk di aturnya.

"Dia itu gak malu apa, ya. Kamu aja yang baru ke sini sudah masak, solat bareng, lah dia. Aduh, bener-bener punya anak cuma satu-satunya malah begini. Ya Allohurobbi!"

Hilma hanya diam mendengar ibu mertuanya itu mengoceh, kemudian Pak Jaidi menutup kedua telinga saat Bu Hani berteriak membangunkan Zafar yang sedang menikmati lelapnya tidur.

Pak Jaidi memberi kode pada Hilma, kemudian dia memberitahu gadis itu, kalau hal ini sudah biasa terjadi saat Zafar sedang berada di rumah.

"Bangun, gak!" Bu Hani menarik selimut yang anaknya kenakan, teriakannya membuat pria itu akhirnya terbangun dengan wajah yang kusut. Ia merasa capek karena semalaman menyetir sendiri dari Bandung ke Jakarta.

"Teriak-teriak mulu, Bu. Pusing aku dengernya ah!"

"Ya gimana gak teriak, kamu diajak solat gak mau, sekarang waktunya makan malah masih tidur aja."

"Ya kan bisa nanti, Bu. Aku itu capek—"

"Gak ada nanti-nanti. Kalo mau nanti, kamu beli aja malan di luar. Kalau gak turun juga, makanan gak akan tersisa buat kamu, ya!"

"Loh kok gitu. Arghh!" Pria itu mengacak-ngacak rambutnya karena kesal, pada akhirnya turun juga karena merasa malas jika harus mendengar teriakan sang ibu yang menggelegar.

"Maaf ya, Saya memang sukan begini kalo dia ada di rumah. Musingin anaknya."

Hilma hanya diam sambil tersenyum kecil, merasa kaget juga ia dengan keluarga yang baru ia masuki ini.

"Ayo makan, ayo. Udah masak masa cuma dianggurin."

Hilma menerima piring yang diberikan oleh Bu Hilma, kemudian ia juga ikut menikmati makanan. Sedangkan Zafar, hanya duduk dia menunggu dilayani oleh sang ibu, tapi ibunya itu malah sibuk pada Hilma, yang pada akhirnya menikmati makanannya tanpa melirik Zafar sama sekali.

"Terus aku gimana?" tanya Zafar.

"Ya kamu ambil sendiri, biasanya juga gak kau dilayani." Pak Jaidi menyahut, pria itu kalau sudah, dia membuang napas kasar kemudian mengambil nasi. Di saat itu mata mereka tak sengaja saling tatap satu sama lain, membuat Hilma kembali menunduk menikmati makanan.

Saat makan, semua fokus pada makanan mereka masing-masing. Sampai makan sudah selesai, semuanya bubar kecuali Bu Hani dan Hilma yang kembali ke dapur untuk membereskan piring-piring kotor.

Bu Hani meminta Hilma untuk pergi ke kamar beristirahat, tapi Hilma menolaknya, ia ingin membantu ibu mertuanya itu untuk menberikan semuanya. Karena kebiasaan Hilma juga selama di desa ia selalu membereskan semuanya setelah selesai makan.

***

Malam menyapa, hati gadis itu merasa bahagia karena selepas makan siang tadi ia berbicara dengan sang Bapak meskipun hanya sepatah dua patah kata yang Bapaknya itu lontarkan.

Hilma memaklumi karena semua ini pasti tidak mudah untuk sang Bapak, tapi dengan itu ia sedikit bahagia karena setelah di diamkan Bapaknya itu mau bertanya lagi padanya.

Saat sedang memeluk guling dengan wajah yang memancarkan kebahagiaan, pintu tiba-tiba dibuka, Zafar menghambur ke kasur setelah ia menutup kembali pintu. Hilma yang melihat itu ia langsung terperanjat kaget dan turun dari ranjang.

"Matiin AC-nya tolong, aku gak bisa dingin-dingin banget. Kalau gak pindah mode aja, takut kamu kepanasan. Kan usaha Jakarta sama kampung beda."

Hilma yang masih terkejut malah dibuat bingung oleh remot AC yang bagian mana harus gadis itu tekan. Karena yang menyalakan AC tadi adalah Bu Hani, gadis itu sama sekali tidak mengerti mana yang harus pindah mode.

"Mmm, aku...."

Zafar yang menyadari itu berusaha sabar, kemudian bangkit dan memindahkan mode agar tidak terlalu dingin. Ia kembali ke ranjang, kemudian menatap Hilma yang hanya berdiri diam di tempat yang sama.

"Ngapain? Mau terus berdiri di situ?"

"Emm, aku di sini aja." Hilma menaruh guling yang ia peluk di lantai, kemudian berbaring. Membuka Zafar menggelengkan kepala.

"Naik ke atas kasur sekarang!"

Hilma menengok sebentar, kemudian kembali berbaring tak memperdulikan ucapan suaminya itu.

"Harus ku apakan dia!" gerutu Zafar pelan, ia bangkit kemudian menarik tangan Hilma untuk naik ke atas kasur, membuat pembatas untu mereka berdua.

"Sudah tidur yang tenang di sini. Jangan berulah lagi, aku malas dimarahin Ibu cuma gara-gara kamu, paham?! Kalo ngomong gak paham juga, aku habisi kamu di kasur ini!"

"Ha—habisi gimana?" tanya Hilma ngeri.

"Seperti apa yang orang desa itu pikirkan saat kita lagi di saung."

Hilma nge-lag sebentar, kemudian dia tersadar arti pembicaraan Zafar ke mana. Dengan cepat gadis itu berbaring memunggungi sang suami, demi apa pun saat ini jantung gadis itu berpacu hebat karena ketakutan. Takut....

Bab terkait

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 8 Hilma mempesona

    Sayup-sayup suara adzan terdengar dari masjid, membuat gadis itu mencoba terbangun. Tapi ia merasakan tangannya berat, ia membuka mata perlahan, di sana, Zafar tertidur pulas di tangan istrinya itu. Hilma yang masih setengah sadar hanya diam sejenak. "Astaghfirullahalazim!" Kemudian dia langsung duduk menarik tangannya dari sang suami, membuat pria itu terbangun karena kaget mendengar jeritan Hilma."Kamu ngapain tidur di tangan aku! Katanya gak boleh melewati batas, ini malah kamu yang melanggar aturan itu gimana sih—""Suut!" Zafar dengan cepat membungkam mulut gadis itu, dia yang tadi duduk berbaring kembali karena Zafar mendorongnya. Hal itu membuat keduanya kini berdekatan, Zafar perlahan menurunkan tangan yang dipakai untuk membungkam Hilma, sedangkan gadis itu hanya diam tak berkutik karena terkejut. "Nah begitu diam! Masih pagi banget juga, nanti kalo Ibu denger apa kata dia. Berisik!""Ishh!" Sekuat tenaga Hilma mendorong pria itu agar menjauh darinya. Kemudian dia bangkit

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 9 Perdebatan Hilma dan Zafar

    "Maksudnya kamu udah punya pacar?" tanya Bu Hani bingung. Hilma yang keceplosan hanya diam berpikir, jika dibilang pacaran, tidak juga. Karena dia dengan Ajat tidak saling mengutarakan rasa cinta. "Bukan begitu, Bu. Maksud saya....""Oh... Kamu sudah ada pria yang dikagumin begitu? Tapi karena kejadian ini malah hilang harapan?"Gadis itu menggaruk kepalanya sambil tersenyum kecil. "Begitu, Bu," jawabnya pelan. Bu Hani mengangguk paham. "Kamu mau nerusin pernikahan ini atau kalian minta banding, bawa kasus ini ke jalur hukum. Ibu siap membantu jika memang kalian tidak melakukan apa-apa.""Jalur hukum, maksudnya polisi begitu, Bu?" Bu Hani mengangguk. Sedangkan Hilma diam, bukan tidak mau. Tapi ia paham betul bagaimna sifat watak warga desa di sana. Jika sampai kejadian ini dibawa ke jalur hukum, bahkan sang Bapak pun tidak akan pernah menerima Hilma kembali. "Maaf, Bu. Bukan saya tidak mau. Tapi sulit berada di posisi sekarang. Daripada saya tidak dianggap anak oleh Bapak lagi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 10 Kembali ke desa

    Hampir saja aku menyebutkan siapa orang yang aku cintai selama ini padanya. Tapi meskipun dia tahu juga apa salahnya, toh dia tidak akan mungkin merasa sakit hati bukan? Selang bebrapa hari aku di sini, merasa sangat bosan dan suntuk. Kerjaan itu-itu saja, dan hanya begitu-begitu saja, lain seperti di desa, kalau suntuk bisa pergi ke sawah menikmati pemandangan alam yang Alloh ciptakan. Huff.... Semakin lama di sini aku pasti akan titingkuheun, kalau bahasa Indonesia apa ya, aku juga kurang tau. Yang pasti kaki akan terasa kaku karena hanya jalan ke atas, bawah, teras lagi, dapur lagi. Begitu saja terus.Mana di sini dihadapkan dengan seorang pria yang setiap hari ada saja ulahnya. Kalau aku yang jadi Bu Hani, sudah emosi jiwa dibuatnya. Sedang asik melamun malam-malam, Tiba-tiba pintu diketuk, tak lama Bu Hani muncul dari balik pintu. Ia tersenyum lalu masuk. Aku membenarkan posisi duduk dan bergeser agar Ibu duduk di sebelahku. "Besok hari Kamis, kita siap-siap ke desa ya. Ibu

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-19
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 11 Surat dari Ajat

    "Apa yang bisa Bapak lakukan selain memberikan kalian restu dan doa. Nak, Bapak bukan orang yang punya, Bapak tidak punya apa-apa untuk diberikan pada kalian selain doa dan restu Bapak. Setelah di pikirkan bermalam-malam, Bapak sadar bahwa anak kesayanganku ini tidak mungkin melakukan hal yang di mana itu akan merusak dirinya dan juga menyakiti Bapak."Hilma menangis mendengar itu, keduanya dibawa ke dalam pelukan Pak Hasan. Di sela-sela tangis, gadis itu menatap Zafar yang juga tengah menatapnya sadari tadi. Keduanya saling melempar senyum dengan air mata yang sudah membasahi pipi. Karena hari semakin larut, Hilma pulang ke rumah, sedangkan Zafar, menginap di rumah Haji Burhan. Hilma sangat bahagia ketika mereka menaiki sepeda tua berdua. Jalan di tengah-tengah sawah, rembulan yang menyinari malam itu. Ia memeluk erat sang Bapak, menikmati embusan angin malam yang terasa dingin. Wangi tanah basah yang Hilma rindukan ia menikmati wangi itu sepanjang jalan. Sampai di rumah, mereka m

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-20
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 12 Acara pernikahan

    "Neng, ayo dipakai dulu kebayanya!""Oh, iya!" Hilma segera menutup kembali surat yang baru saja ia baca. Gadis itu menyimpannya di atas lemari kecil, kemudian berdiri untuk dipakaikan kebaya dan juga singger Sunda. Tiga puluh menit berlalu, kini Hilma sudah siap. Ia nampak sangat anggun dengan kebaya putih menjuntai panjang, juga make-up yang membuat aura penyanyinya keluar. MUA itu sampai tersenyum takjup. Hilma yang selama ini terpoles lipstik saja belum pernah, sekalinya di makupin sangat manglingi sekali. "Masya Allah... Cantik banget, Neng," ujar MUA itu. Ia bergegas ke luar untuk memanggil Pak Hasan. Wanita beranak dua itu membawanya ke kamar, memperlihatkan betapa cantiknya sang anak. Pak Hasan diam sejenak menatap dari atas sampai bawah, matanya memerah menahan tangis. Terharu melihat sang anak yang sangat cantik sekali dengan riasan itu. "Nuhun, Des, sudah bikin anak Mamang cantik sekali begini," ujarnya. "Sama-sama, Mang. Ayo Desi foto dulu buat kenang-kenangan." Wani

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 13 Malam setelah akad

    "Asik ya, ditangkap mantan kekasih pas mau jatuh. Tatapan yang sangat mesra."Hilma berdiri ingin menjawab kata-kata suaminya itu, tapi urung karena Teh Desi kembali. Wanita itu bergegas memakaikan sabuk pada Zafar, kemudian merapikan Hilma kembali dengan gaun berwarna Navy itu. Keduanya kembali ke pelaminan, tidak ada tawa dan senyuman, mereka bahkan duduk berjauhan. Sedangkan Zafar sibuk bermain dengan ponselnya, pria itu sama sekali tidak berniat untuk membuat kenangan di ponselnya. "Foto lagi ya!" ucap fotografer. Salah satu asistennya mengatur sepasang pengantin itu dengan gaya yang romantis. Membuat Hilma tak nyaman, sedangkan Zafar datar-datar saja."Senyum atuh, jangan cemberut!" seru tukang foto. Mereka terpaksa tersenyum dengan gaya foto yang tukang foto itu berikan. Sampai pada akhirnya sesi foto selesai, mereka baru bisa menghela napas lega. Hilma meminta Teh Desi untuk segera mencopot konde yang dipakai karena berat sekali sampai-sampai kepalanya itu terasa puing seka

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 14 Ancaman

    "Ke—kenapa memang?" tanya Hilma terbata, ia menggeser kembali tubuhnya agar sedikit lebih jauh dari suaminya itu. "Gak papa, cuma di sini dingin. Apa gak ada selimut atau apa gitu?" Gadis itu langsung duduk, ia kemudian mengambil selimut dari lemari yang sudah usang, kemudian memberikannya pada Zafar. "Maaf, ya. Aku lupa," katanya. "Gak papa. Kirain tadi satu selimut berdua."Mendengar itu Hilma menatap protes, Zafar tertawa kemudian kembali meringkuk karena dingin. "Astaghfirullah, harus banyak-banyak istighfar, Hilma," gumam gadis itu. Kemudian kembali berbaring. Malam semakin larut, bahkan sebentar lagi waktu subuh, Zafar tak kuat dingin, ia menggigil karena memang di sana tempat di bawah kaki gunung, udara jadi sangat dingin jika subuh. Pria itu menggigil semakin parah, kemudian ia memegang tangan Hilma yang hangat, tanpa sadar dia bergeser, menenggelamkan wajah di antara leher dan pundak istrinya itu. Sedangkan Hilma tak sadar saking pulang karena merasa capek seharian men

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21
  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 15 Rencana Zafar

    "Kenapa dibuang?" tanya Hilma, yang melihat aksi suaminya itu. "Pokonya selama seminggu ke depan kamu jangan keluar rumah dulu." Setelahnya Zafar mengambil kunci motor dan pergi. Hilma yang melihat itu bingung, kenapa dengan suaminya itu. Setelah semua beres, gadis itu duduk di dekat jendela, menikmati embusan angin pagi yang terasa segar, dengan matahari yang masih sebunyi-sebunyi di atas sana. Tak lama Pak Hasan pulang membawa jaring di tangannya yang berisi ikan kecil-kecil. Melihat itu Hilma sangat antusias karena ikan itu adalah ikan yang sudah tiga minggu lalu ia inginkan. "Neng, buka pintu belakang, nya. Dan ini tolong dibawa."Gadis itu mengambil sambil tersenyum girang, ia berucap terima kasih dengan nada yang manja. Kemudian bergegas membukakan pintu belakang agar sang Bapak bisa masuk untuk mencuci kaki yang kotor. Hilma juga mengambil nasi dan lauk yang tadi ia bereskan. Kemudian mengambil ulekan batu untuk membuat sambal dadak kesukaan Pak Hasan. Sang Bapak keluar da

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-21

Bab terbaru

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 52

    "Kamu tak perlu tau orang itu siapa. Yang jelas, Paman kecewa pada kalian berdua. Mulai sekarang, Paman tidak mau berurusan dengan kalian lagi.""Tapi aku akan cari tau siapa orang yang sudah memfitnah istriku!" tekan Zafar, ia menarik Hilma saat wanita itu hendak berbicara. Zafar pergi dengan emosi yang meluap-luap di dadanya. Ia yakin sekali, jika dalang dari semuanya adalah Santi. Karena tidak ada lagi orang yang tidak menyukai istrinya itu kecuali dia."Aa aku belum sempat bicara sama Pak Haji.""Ngapain. Biarin aja dia, lama-lama juga bakalan ketauan iblis apa yang ada di rumahnya itu. Memfitnah orang lain agar dia bisa menikmati semuanya!"Hilma diam. Ia berpikir ada benarnya juga apa yang Zafar katakan, jika memang bukan Santi siapa lagi, karena di desa hanya dia yang berurusan dengannya."Mungkin karena dia suka sama Aa, makanya menghalalkan segala cara agar kalian bisa dekat."Mendengar itu Zafar langsung ngerem mendadak. Ia melirik sang istri yang juga tengah menatapnya."J

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 51

    Sebelum menuju ke rumah Haji Burhan, mereka makan siang lebih dulu karena merasa lapar setelah kehujanan. Zafar yang berusaha menenangkan istrinya itu dengan mencoba menyuapi makanan pada Hilma, tapi wanita itu seakan enggan untuk menerima.Belum pernah ia melihat Haji Burhan semarah itu padanya, tapi kenapa setelah ada anak perempuannya, Hilma rasa banyak yang berubah dari bos ayahnya itu.Padahal dulu ia orangnya sangat lembut dan penyayang. Bahkan orang yang salah di mata yang lain pun, ia selalu membela dan memilih untuk berdamai. Tapi sekarang, hal yang bahkan tidak Hilma ketahui hal buruk apa yang sudah ia lakukan, Haji Burhan nampak tidak menyukainya."Hilma...." Suara Zafar membuat wanita itu buyar dari lamunannya. Ia hanya bisa menarik napas pelan dengan wajah yang muram."Kamu tau paman, kan? Mungkin dia cuma mau mastiin aja.""Tapi... kata-kata dia tadi sangat tidak enak aku dengar, A. Kapan aku punya niat busuk padanya, sedangkan aku selalu berdoa agar dia hidupnya sejaht

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 50

    Santi melirik dari ujung matanya, kemudian dia tersenyum miring melihat sang ayah yang nampak emosi sekali. Wanita itu berhasil membuat seorang Haji Burhan yang dulunya rendah hati dan baik pada semua orang, kini ia nampak menjadi orang yang perhitungan."Tenang, Ayah... aku akan bantu untuk bikin mereka menyesali semuanya."'Lihat aja, setelah ini Hilma pasti akan kena marah habis-habisan sama Ayah. Aku harus menyusun rencana baru agar Zafar membela Ayah dan hubungan dia dengan istrinya itu renggang,' batin Santi."Ternyata wanita selugu dia bermuka dua. Padahal dulu siapa yang sering menolongnya kalau bukan saya!" tekan Haji Burhan, membuat hati Santi semakin gembira mendengarnya."Minta aja modal yang pernah Ayah berikan pada Zafar. Biar mereka tau rasa!"Haji Burhan menatap anaknya itu, ia kemudian duduk kembali setelah tadi berdiri karena emosi."Ayah gak bisa kalau lakuin itu, karena modal yang diberikan pada Zafar, itu uang ibunya dulu yang Ayah pinjam.""Jadi....""Kalau soal

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 49

    "Akhirnya selesai, sekarang aku tinggal mandi dan ngasih bekal ini buat Aa." Hilma tersenyum melihat menu-menu makanan yang sudah tersaji di meja. Ia sudah memisahkan mana yang akan di bawa dan untuk sarapan sang ayah di rumah.Wanita itu naik ke kamar untuk mandi gan berganti baju, kemudian sedikit memoles wajahnya dan memakai lipstik agar lebih segar.Setelah rapi ia turun lagi dengan suasana hati yang gembira. Pokoknya nanti ia harus meminta maaf atas perilakunya yang semalam. Hanya karena cemburu ia jadi mengacuhkan sang suami. Yang padahal Zafar sama sekali tidak ada niat untuk berdekatan dengan Santi.Sepeda ia goes menuju ke Konveksi setelah berpamitan dengan sang ayah yang sedang menikmati hidangannya. Semilir angin menabrak wajah membuat wanita itu tersenyum. Menarik napas dalam menghirup udara desa yang masih sangat segar.Dari kejauhan matanya menatap sang suami yang sedang membantu menurunkan bahan-bahan kain yang sangat besar itu. Membuat suaminya sampai membungkuk memba

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 48

    "A, yakin beli sebanyak itu?" Komar yang tadi hanya melongo kini bertanya saat melihat penjual dodol itu mulai menimbang dan memasukan dodol ke dalam kresek hitam yang cukup besar."Yakin dong... hanya dengan cara ini aku bisa meluluhkannya!""Meluluhkan siapa, A?"Zafar yang keceplosan langsung tutup mulut, kemudian meminta Komar untuk diam. Berisik sekali dia sedari tadi terus bertanya.Wajah Zafar berbinar dan dia membayangkan raut wajah sang istri saat mendapatkan dodol-dodol ini. Pria itu bergegas membayar dan mengajak Komar untuk pulang. Sepanjang jalan ia berharap semoga Kanjeng Putri itu tidak merajuk lagi.Malam semakin larut, mereka berdua kini sudah sampai di depan rumah, Zafar memberikan satu kilo dodol itu untuk Komar, dan juga uang sebagai tanda terima kasih untuknya."Kok, pake segala ngasih uang, A. Kan saya jadi enak," kata Koma r sambil nyengir. "Makasih ya, Mar. Udah kamu sekarang pulang, kasian istri kamu nungguin.""Iya, A. Makasih, ya. Kalau butuh bantuan lagi,

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 47

    Hujan kembali deras lagi setelah tadi agak sedikit reda. Zafar menembusnya karena sang paman berbicara dengan sangat panik di telfon tadi. Dia terpaksa datang karena sang paman memohon, sedangkan hatinya merasa berat untuk meninggalkan Hilma yang masih belum mau bicara dengannya. Pria itu bergegas turun dari motor dan mengetuk pintu dengan tubuh yang kedinginan. Haji Burhan datang, ia melihat Zafar basah kuyup, kemudian meminta Santi untuk mengambilkan anduk. Santi tersenyum saat mengalungkan handuk itu padanya, sedangkan Zafar langsung menepis tangan wanita itu yang sangat tidak sopan. "Apa yang bunyi, Paman?" tanya Zafar, sambil masuk ke dapur, karena tadi sang paman bicara bahwa gasnya bocor karena mengeluarkan bunyi dan bau. "Gak tau, tadi bau sama ada bunyi, ya kan, Santi?""I–iya, Aa, tadi bunyi gitu. Aku jadi takut...." Santi memanfaatkan situasi sambil memegangi tangan Zafar, membuat pria itu menatapnya tajam. "Kamu cek deh, paman mau ke atas dulu, sakit pinggang rasanya.

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 46

    Hilma kembali menikmati makanan yang sudah tidak mengunggah selera, tapi karena sayang jika di buang, maka ia harus menghabiskannya. Dengan wajah yang ditekuk, matanya melirik Zafar yang kembali turun mengenakan jaket. Karena posisi baru jam sembilan, bahkan matahari belum sepenuhnya muncul di langit. Membuat udara menjadi dingin. "Aku pergi dulu, ya." Zafar menghampiri kemudian mengecup kepala istrinya itu. Saat mengulurkan tangan, ia melihat istrinya itu berubah, tidak seperti tadi yang nampak segar sekali wajahnya. "Boleh kan aku pergi?""Kalau pun di larang, kamu bakalan tetap pergi, kan?"Zafat tersenyum, ia tau kenapa istrinya itu menjadi seperti ini. "Sayang... Aku ke rumah paman cuma mau membicarakan pembuatan alat untuk menarik air sungai ke sawah. Gak aneh-aneh, kok.""Hmm, ya udah pergilah kalau begitu. Nanti telat."Zafar menghela napas pelan melihat istrinya yang berbicara tanpa menatap dirinya. Karena waktu sudah semakin lambat, akhirnya ia kembali mengecup kening Hil

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 45

    "Ayah tau punya ponakan modelan Zafar kenapa gak dinikahkan dengan Santi? Kenapa harus memilih perempuan kampungan itu? Kan aku juga bisa menikah sama dia, Ayah.""Mereka juga menikah karena tak sengaja, bukan murni saling suka.""Maksudnya gak sengaja?"Haji Burhan menaruh sendok yang sedang ia pegang, kemudian menceritakan awal mula Zafar dan Hilma menikah karena apa."Gitu, mana bisa ayah larang mereka. Ini sudah menjadi tradisi di sini."Santi mengangguk paham. Dia tersenyum miring memikirkan suatu hal gila apa yang akan wanita licik itu lakukan. "Sayang sekali, ya. Padahal aku lihat-lihat Zafar tertarik sama aku. Kemarin aja dia lihat aku sampai segitunya. Cuma ya... Istrinya aja itu, si Hilma yang suka tiba-tiba muncul kayak kunti!""Kamu jangan berharap apa pun sama dia. Zafar sudah bisa menerima Hilma, bahkan mereka sedang bahagia ini, karena telah mengandung anak pertama.""Apa!" Santi melotot tak percaya mendengar penuturan sang ayah, karena Haji Burhan kemarin tiga hari se

  • MALAM PERTAMA SI GADIS DESA   Bab 44

    Zafar memancing untuk istrinya itu berbicara, padahal dia sudah tau pasti yang sedang Hilma pikirkan adalah Haji Burhan. Pria itu menggenggam tangan sang istri lembut, kemudian menciumnya. "Aku tau, kamu mikirin ucapan Paman, kan? Sudah aku bilang, gak usah dimasukin ke hati, jangan terlalu dipikirkan. Dia begitu pasti karena hasutan Santi.""Tapi kenapa dia jahat banget, A. Santi itu dari awal datang seperti tak suka sama aku. Apalagi kalau kita lagi berdua, terlihat jelas raut wajah sinisnya.""Maklumin aja, mungkin karena dia baru menikmati hidupnya sebagai anak dari Paman, dulu kan dia sembunyi-sembunyi dari warga, ya sekarang mungkin dia sudah bebas berperilaku. Dan itu lah sifat aslinya.""Apa mungkin juga dia suka sama kamu, A?"Mendengar penuturan sang istri, Zafar terdiam memandangnya. Ia mengingat kejadian saat pulang dari masjid tadi, seseorang menghadangnya saat di jalan, yang ternyata dia adalah Santi. Karena kebetulan wanita itu ada di sana, Zafar turun dengan niat ing

DMCA.com Protection Status