Jihan dan Agnes"Euhmmm, sebelumnya aku minta maaf, karena telah membuatmu harus rela menerima pernikahanku dengan Azam."Agnes memulai percakapan langsung pada intinya, saat ia dan Jihan sudah saling berhadapan, di sebuah Cafe yang sudah di pilih nya."Sebenarnya, aku tak rela suamiku menikah lagi, tapi saat itu aku menempatkanku sebagai seorang adik sepupu yang melihat kakak sepupunya sedang berjuang mempertahankan cinta yang sudah lima tahun di jalinnya. Tapi, entah mengapa justru akulah yang merasa menjadi orang ketiga dalam kehidupan kalian," guman batin Jihan."Jihan. Bicaralah, katakan apa yang ingin kamu katakan tentang hubungan kita bertiga yang sepertinya di luar batas kemampuan kita ini," ujar Agnes yang membuyarkan lamunan Jihan."Iya, semua ini memang di luar kendali kita. Tapi, kita bisa saja membuat pilihan yang terbaik untuk semuanya," sahut Jihan."Andai boleh memilih, apa yang ingin kamu pilih?""Andai saja kakekku tak memintaku menjadi istrinya mas Azam, mungkin sa
Pov Azam"Assalamualaikum."Terdengar suara Jihan mengucapkan salam sambil mengetuk pintu dari luar, aku yang dari tadi menunggunya dengan keresahan, lansung merasa lega dan sangat bahagia, karena akhirnya dia pulang."Waalaikumsalam," akupun segera membuka pintunya.Kulihat dia tersenyum, tampaknya dia tak marah lagi padaku. Senyumannya kali ini mampu menghilangkan rasa frustasiku sejak tadi, apalagi saat dia mencium tanganku seperti seorang istri pada umumnya yang mencium tangan suaminya saat akan pergi maupun pulang.Aku melongo dan takjub dengan sikap Jihan yang tiba-tiba mulai berubah manis seperti ini."Maaf Mas, jika aku pulang malam, itu karena aku ikut kajian ustadzah Halimah di Masjid At Taqwa, seperti malam kemarin itu. Mas juga jangan kawatir, tadi aku naik ojolnya aku pesen yang perempuan kok!" Guman Jihan dengan wajahnya yang khas dan cantik."Oh, iya," Aku masih keheranan atas perubahan sikap Jihan itu, sehingga aku tak bisa berkata-kata lagi."Aku masuk kamar dulu, nga
Pov AzamSeminggu sudah, aku kehilangan jejak Agnes. Sungguh, hatiku rasanya hancur saat aku tahu, orang yang selama ini aku cintai telah pergi meninggalkanku begitu saja tanpa permisi.Aku tahu aku salah, tapi aku tak pernah bermaksud menduakan ataupun menyakitinya, aku hanya sedang terjebak oleh keadaan yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.Jujur, aku sangat mencintai Agnes, karena dialah yang mengisi hari-hariku selama ini, tapi saat takdir berkata aku harus mencintai dan menjaga Jihan, ternyata hatiku juga mencintainya, karena dia adalah istriku.Dan pada kenyataannya, tak dapat kupungkiri, aku mencintai Agnes dan juga Jihan. Entah, apakah aku ini serakah atau sedang menikmati kesempatan, yang jelas aku sudah berusaha sekuat tenagaku untuk mencintai keduanya dengan adil.Sebenernya, hatiku sedang tidak baik-baik saja dengan kepergian Agnes, tapi aku tak berani menceritakan pada Jihan tentang kepergian Agnes. Bila aku ijin keluar untuk ke rumah Agnes, akupun memanfaatkan waktu
Pov author"Apah? Mas mau aku pake itu?" Jihan terlihat shock."Iya, memangnya kenapa?" "Ya nggakpapa, tapi jangan beli di sini, malu!" Pipi Jihan terlihat merah karena malu."Terus, beli dimana, dong?""Memangnya Mas pingin banget lihat aku pake gituan?" Ucap Jihan dengan suara pelan."Iya," Azam yakin sambil tersenyum.Jihan tak menjawab lagi, ia pun kembali fokus memilih baju untuknya sembari sibuk dengan pikirannya sendiri.Sementara itu, tak jauh dari tempat itu, Rozi masih mengawasi mereka dengan tatapan mata elangnya dan kebenciannya pada Azam justru semakin mendalam."Aku mungkin sangat terkejut karena baru mengetahui kalau Jihan ternyata istrimu, tapi aku semakin yakin dan mantap untuk mendapatkan Jihan, meskipun itu harus menghancurkan hubungan kalian.Dulu, kau mengambil Agnes dariku, sekarang aku akan mengambil Jihan darimu. Karen aku sudah terlanjur berambisi padanya. Azam, aku akan membuatmu patah hati sepertiku dulu. Lihat saja nanti, apa yang akan aku lakukan padamu,"
"Sebenarnya, Agnes...,""Kenapa? Ada apa dengan ci Agnes, Mas?" "Euhmmm, Sebenarnya sudah lebih satu bulan Agnes pergi meninggalkanku tanpa jejak, ia hanya meninggalkan sepucuk surat dan memintaku untuk tidak mencarinya."Jihan terlihat shock."Kenapa Mas tidak memberitahukanku tentang ini dari awal?""Kamu, kan pernah bilang kalau kamu tidak mau bila aku menyebut namanya ada di antara kita?""Tapi bukan berarti aku harus tak tahu apapun tentang nya," Jihan terlihat marah."Kenapa kamu seolah menyalahkanku seperti ini?""Aku tahu, Ci Agnes adalah istri Mas yang lain, aku memang tidak suka dia berada di antara hubungan kita, tapi aku tak pernah berharap dia pergi dari kehidupan kita. Ci Agnes itu baru menjadi muslimah, dia masih butuh banyak pemahaman dan pengetahuan tentang agama islam. Alasan itulah yang membuatku rela Mas menikahinya, karena saat ini agamanya termasuk tanggung jawab kita. Kalau dia pergi menghilang seperti ini, bagaimana dengan keimanannya?""Aku tak tahu dia akan
Siasat Rozi"Memangnya ada apa, bu?""Jangan panggil ibu, dong!" Guman Indira dengan suara mendayu, kemudian mendekati bahkan mulai menggerayangi tubuh Azam. Sepertinya Indira tahu kalau tubuh Azam sedang merasa kegerahan. Azam pun semakin merasa tak nyaman dengan sikap Indira.Kemudian, Azam segera bangkit dari tempat duduknya untuk menghindarinya."Memangnya apa yang anda ingin bicarakan?" Sahut Azam.Tapi Indira ikut berdiri dan terus mendekati Azam yang sepertinya sedang berusaha menjauh, ia bukan hanya berusaha menghindari Indira yang terlihat sengaja mendekat, tapi ia juga sedang berperang melawan hasrat yang tiba-tiba muncul."Begini, saya ingin menambahkan bayaran anda dalam endrose ini, tapi anda jangan bicarakan ini pada temanmu, ini hanya antara aku dan kamu," ujar Indira yang malam itu sedang berpakaian dress tanpa lengan dan panjangnya hanya sampai lutut."Maaf bu, sebaiknya anda jangan terlalu mendekat agar tidak terjadi hal yang tak diinginkan," Guman Azam dengan bahasa
Badai"Mas, coba jelaskan, ini bukan editan, kan?" Dengan penuh amarah, Jihan memperlihatkan vidio mes*m Azam yang ia dapatkan dari Rozi.Azam yang tengah sibuk dengan laptop di kamarnya itu seketika terperanjat dan shock. Sjenak ia tak bisa menjawab, ingatannya langsung tertuju pada kejadian di Hotel Angkasa dua hari yang lalu bersama Indira.Dalam vidio tanpa suara itu, terlihat jelas, Azam dan Indira sedang berci*man, dengan posisi Indira di atas tubuh Azam. Saat itu, Indira mengenakan dress warna merah dan posisi pengambilan vidionya berasal dari arah kiri."Darimana kamu mendapatkan vidio ini?" "Ini vidio asli, kan Mas, dan Mas adalah pemeran laki-laki di vidio mes*m ini?" Suara Jihan terdengar serik karena menangis."Ini bisa aku jelaskan!" Azam berdiri sembari memegang kedua bahu Jihan."Astaghfirullahal adzim, Mas. Berarti laki-laki di vidio ini benar Mas?" Jihan semakin shock dan tak bisa menyembunyikan kemarahan serta kekecewaannya. "Aku kira, Mas itu suami baik-baik kare
RenggangDalam setiap pernikahan pasti akan ada badai yang menerjang, baik itu hanya ombak kecil maupun ombak besar. Tapi, ombak kecil maupun besar, tidak akan berarti apa-apa jika di hadapi dengan kepercayaan, keyakinan serta kesabaran menghadapinya.~~~Azam dan Rozi sempat bersitegang saat penangkapan Rozi di rumahnya, hingga ibu Rozi yang mengetahui hal itu menangis dan memohon pada Azam agar Rozi di bebaskan, tapi karena kesalahan Rozi benar-benar fatal bukan hanya pada kehidupan rumah tanga Azam, tapi juga terhadap kariernya, dimana teamnya juga terkena imbasnya, sehingga ia tak bisa memaafkan Rozi.Setelah penangkapan itu kemudian sepuluh jam kemudian, Rozi dibebaskan karena ternyata Rozi tak terbukti bersalah. Ia mungkin memiliki vidionya yang ia serahkan pada Jihan, tapi ternyata bukan Rozi yang menyebarkannya ataupun yang merencanakan kejadian di Hotel Angkasa.Indira, yang juga dimintai keterangan juga terbebas dari tuntutan, bisa dipastikan ada pihak lain yang sengaja menj